The way

39 3 1
                                    

"Kak"

"Hem"

Run menatap kakaknya dengan seksama, sedangkan yang ditatap menghentikan sejenak acaranya memotong sayur malam ini.

"Tuhan itu adil?" tanyanya

"Tentu saja adil!"

"Apa kau yakin?" bibirnya menganga lucu, mata berbinar dnegan kepala sedikit miring, benar-benar bingung mengapa kakaknya dengan yakin menjawab hal tersebut.

"Tentu saja, kenapa, Run tidak yakin?!"

"Hem, Run bingung. Kakak selalu saja bilang bahwa Tuhan itu adil, tapi kenapa kita seperti ini, maksudnya kita miskin, kita dikucilkan. Setiap hari Run harus sendirian, teman-teman Run pergi menjauh. Kadang mereka datang untuk memukul Run, sama seperti apa yang ayah lakukan pada ibu dan kakak. Lihat, tidak adil bukan?!"

"Ada lagi?!"

"Ada. Ayah selalu mengambil uang ibu, ayah terus pulang dan mabuk. Kita bahkan tidak punya uang untuk makan, tapi dia tetap memaksa untuk memberikan uang padahal dia tau sendiri bahwa ibu tidak memilikinya. Jika Tuhan benar-benar ada, bukankah dia tidak akan pernah membiarkan semua orang tersakiti? bukankah dia akan membuat semua orang bahagia? Lalu, kenapa kita seperti ini?!"

Yui terdiam sejenak.

Anak kecil bukan hanya sekedar anak kecil bukan, bahkan ia selalu melihat bagaimana keadaan di sekitarnya.

Anak kecil yang ia anggap selama ini adalah anak pendiam, bukan tanpa alasan karena selama ini ia selalu memendam semuanya sendirian

Takut bertanya?

Takut akan amarah?

Takut membuat orang lain tersinggung?

Bahkan mungkin ada lebih banyak lagi pikiran-pikiran yang terus berputar diotak mereka, harus dewasa dipaksa oleh waktu, harus memahami walau tau bahwa hal itu tidak boleh dilakukan, harus tunduk terhadap kebohongan yang dilakukan oleh orang dewasa.

Dengan berhati-hati, Yui mendekap adiknya, mengucapkan kalimat pelan nan lembut yang mampu membuat Run menjadi tenang.

"Run..."

"Iya..." Run ingin menoleh, menghadap ke arah kakaknya, namun segera Yui menahan leher adiknya itu.

"Run tidak boleh berkata seperti itu ya..., kakak tau mungkin keadaan saat ini kita sedang sulit, tapi yakinlah, suatu saat kita akan bahagia"

"Kapan kita akan bahagia?"

"Run.. apa run percaya jika tidak ada orang yang terlahir menjadi pintar, siapapun yang pintar pasti mereka berusaha untuk belajar, untuk bangkit dari kegagalan dan mencoba lagi hingga mereka sukses"

Yui membelai rambut pendek adiknya.

"Run.. hidup ini tidak ada yang instan, semakin Tuhan ingin menaruh tinggi derajat kita, semakin besar juga tantangan yang dihadapkan pada kita. Bukan berarti Tuhan tidak membantu, hanya Tuhan sedang ingin menguji kita, itulah kenapa kondisi kita seperti ini, cobaan yang kita hadapi sebisa mungkin harus kita lewati, mengerti?!"

Gadis kecil dalam pelukannya mengangguk.

"Ada yang ingin Run katakan lagi?!"

"Ada..."

"Apa?"

"Run.."

Dengan melepas pelukan Yui, Run menghadap ke arahnya dengan berlinang air mata.

"Run ingin bahagia... tapi Run tidak kuat..."

Yui mengangguk, kembali memeluk tubuh ringkuh itu.

"Run ingin bahagia?"

"Iya..."

"Kalau begitu, coba tutup mata Run.."

1

2

3

Semoga kamu berbahagia disana...

Pisau yang sedari awal ia pegang kini jatuh dengan darah dan tubuh tanpa nyawa milik adik kecilnya.

Biar aku yang menanggung dosa ini, agar Kamisama membebaskanmu untuk berbahagia disana.





Langit tampak tak berawan hari ini, tak juga cerah, seakan layu, sepertinya ia sedang bersedih, entah bersedih untuk diri sendiri atau bersedih untuk mewakilkan manusia yang ada di bumi....







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekali baca KeyaSaku46Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang