Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Menit demi menit berlalu, Chen Yu merasa bosan menunggu di luar ruangan tanpa kepastian kapan sang kekasih akan keluar. Setelah menyelesaikan pelepasan yang kedua, Gu Wei memaksanya untuk meninggalkan ruangan sebab ingin merapikan diri terlebih dahulu sebelum mereka menuju ke kediaman Wang. Tanpa diketahui bahwa dia ingin menyendiri sementara waktu untuk menetralkan degup jantung yang tak beraturan sekaligus tidak sanggup berlama-lama berada di ruangan yang sama dengan Chen Yu.
Bukan karena khawatir akan diserang lagi oleh Chen Yu, melainkan Gu Wei takut dia yang akan mengambil tindakan semakin jauh. Bagaimanapun, dia adalah lelaki dewasa yang juga mendambakan kepuasan seksual. Dia tidak berani bercinta di saat usia Chen Yu belum genap 20 tahun, tidak ingin dianggap cabul kepada anak kecil.
Rona merah di pipi sangat sulit memudar, begitu pula dengan rasa panas yang mendera di sekujur tubuh. Berkali-kali Gu Wei menggosok pipi untuk meredakan hawa nafsu yang melingkari tubuhnya. Itu tidak mau pergi, potongan-potongan adegan sensual bersama Chen Yu pun tidak mau pergi, membuat nafsu semakin bergelora alih-alih padam. Beruntung dia masih bisa menenangkan adik kecilnya yang nyaris terjaga, tetapi dia merasa membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mengontrol diri sepenuhnya.
Menutup mata sejenak, menarik napas dalam-dalam. Dia berniat untuk memenuhi paru dengan udara dingin dan mendorong keluar udara panas yang menguasai tubuh. Hal itu sangat berguna dilakukan, sedikit demi sedikit ketenangan dapat diraih. Mengandalkan indra peraba, dia mengaitkan kancing kemeja yang sesaat tadi dibuka oleh Chen Yu. Jika saja dia terlambat menyadari tindakan pihak lain yang semakin jauh, mungkin pergulatan tidak akan berhenti di situ saja.
Sementara Chen Yu yang tidak bisa bersabar lagi pun membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, berhasil mengejutkan sosok di dalam yang kini melotot dengan tajam. Entah apa yang membuat diri Gu Wei panik, pergerakan yang dilakukan sangat berantakan, membuat beberapa barang di atas meja jatuh secara tidak wajar.
"Kamu melupakan sesuatu." Chen Yu menatap lamat-lamat pada diri Gu Wei yang tampak sedikit lebih rapi. Dia bersandar di ambang pintu dengan tangan terlipat di depan dada. Ada seringai tipis yang menghiasi wajahnya ketika melihat wajah panik Gu Wei yang sangat menggemaskan.
Tidak lama kemudian, wajah lelaki manis itu dipenuhi tanda tanya setelah mendengarkan pernyataan Chen Yu. Dia menggerakkan dagu ke depan, mempertanyakan masud dari kalimat tersebut melalui tindakan. Chen Yu pun menjawab melalui tindakan juga. Membawa jari telunjuk ke arah kepalanya sendiri, diikuti oleh Gu Wei yang saat ini telah meraba bagian kepalanya. Ternyata dia masih menggunakan topi operasi. Betapa bodohnya!
"Kamu tampak buruk dengan topi itu," goda Chen Yu dengan nada dibuat serius, membuat Gu Wei kesal sebab dia tidak ingin diejek oleh lelaki tampan yang kini telah menjadi miliknya.
Dengan segenap kekesalan yang membengkak di hati, Gu Wei menodongkan jari telunjuk dengan penuh penekanan, memerintahkan agar pihak lain enyah dari hadapannya detik itu juga. Namun, Chen Yu sama sekali tidak mengindahkan perintah tersebut. Semakin Gu Wei marah, semakin besar pula keinginan untuk menggoda. Sayangnya, dia tidak lagi dapat melanjutkan godaan ketika melihat lelaki manis itu meraih sebuah spidol dan bersiap untuk melemparkan ke arahnya. Chen Yu segera menyelamatkan diri, menutup pintu secepat cahaya sehingga spidol membentur pintu dengan keras.
Kemudian, Gu Wei mulai melepaskan topi bersamaan dengan meraih kaca kecil yang tersembunyi di laci. Dia berkaca sembari merapikan rambut yang berantakan seperti dilanda angin ribut. "Apakah aku benar-benar buruk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN)
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...