Kamar ini tidak banyak berubah, hanya kasurnya saja yang terlihat baru. Selebihnya tetap sama seperti semula. Juny masih ingat sebelum insiden kecelakaan terjadi di pagi hari itu, ia sempat singgah ke kamar ini di malam harinya.
Lalu entah setan apa yang membuatnya lari ke club malam yang sampai saat ini masih menjadi salah satu kebodohan yang disesalinya. Jika saja dia tidak mabuk malam itu mungkin Billa tidak akan berada di apartemennya di pagi hari dan mendapatinya seperti orang bodoh.
Juny berdecak kesal, pada akhirnya ia menyadari bahwa alkohol memang bukan pelarian yang tepat. Dia kemudian melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul 10 malam. Billa masih di bawah bersama kak Mira memberesi beberapa sisa pesta kecil yang baru saja mereka lakukan. Untuk masa recovery ini Juny memang diwajibkan oleh kak Mira tinggal bersama mereka. Jangan di apartemen dulu, begitu katanya.
Lalu tak berapa lama suara pintu terbuka dan menampilkan sosok Billa yang memakai kaos oversize bertuliskan MICKEY MOUSE. Kali ini ia kelihatan sudah lebih cair ketimbang sebelum-sebelumnya yang kaku seperti kanebo kering.
"Belum tidur?"
Juny menggeleng, kemudian menepuk sisi kasur di sebelahnya yang kosong.
Billa mengangguk paham lalu berjalan mendekatinya untuk kemudian bergabung di atas tempat tidur dan berbagi selimut. "Maaf ya."
"Untuk?"
"Semuanya. Terutama untuk tiga hari ini yang aku kayak ilang-ilangan."
"Nggak papa, kak Mira udah cerita kamu sibuk sama brand terbaru kamu. Congrats ya, terus belum lagi kamu juga sibuk ngurus chigo dan yang lainnya termasuk, Irfan?"
Uhhuk! Billa terbatuk. Tiga hari ini mereka memang tidak sempat memiliki waktu ngobrol berdua. Semua informasi yang diterima Juny hanya berasal dari kak Mira. Dan untuk satu itu, mungkin kak Mira tak sempat membahasnya. Atau memang wanita itu membiarkan dirinya saja yang memberitahu.
"Well aku dan Irfan udah putus. Mungkin kak Mira belum cerita sama kamu."
"HAH seriuss, tapi kenapa??" Wajah Juny sangat keheranan sekaligus penasaran. Satu tahun telah berlalu begitu saja, pasti banyak cerita yang telah ia lewatkan. Dan malam ini ia tak ingin melewatkan satu hal pun.
"Serius, tepat beberapa hari setelah insiden kamu kecelakaan..." mengatakan kata kecelakaan kembali batin Billa terenyuh penuh rasa bersalah.
Melihat Billa yang terdiam, Juny seakan mengerti, " sstttt, udah jangan ngerasa bersalah terus. Lanjut, kenapa kamu putus? Irfan tau-tau simpanan om-om?"
Billa menggeleng gemas, tersenyum lemah lalu, "dia ketauan selingkuh, udah ML lagi sama selingkuhannya. Lagian kalaupun dia gak selingkuh aku bakal tetap mutusin dia."
"Kenapa?"
"Aku ngerasa nggak cocok sama dia."
Juny mengangguk-anguk paham, "Terus satu tahun ini. Gak mungkin dong seorang Billa jomblo dan cuma berkutat dengan kain dan kertas-kertas sketsa."
Billa terdiam, seperti berpikir sejenak.
"Kamu beneran nggak ingat?"
"Ingat apa? chigo? Tapi kamu bilang dia baik-baik--"
"Bukan, bukan soal chigo."
"Terus?" alis Juny bertaut bingung. Memangnya apa yang sudah dia lupakan.
Hufft Billa menghela napas berat. Bingung, bagaimana caranya memulai semua ini. Ia tidak mau kehilangan momen lagi. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang barangkali tidak ia temukan di kemudian hari nanti. Sudah cukup satu tahun ini ia tersiksa oleh perasaannya sendiri. Dan sudah cukup ia pura-pura sibuk--walau sebenarnya memang sibuk-tiga hari belakangan ini. Karena sebenarnya launching brandnya sudah selesai satu hari itu juga. Sisanya? Ia habiskan untuk mengumpulkan nyali agar mampu mengatakan isi hatinya secara langsung seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juny
Roman d'amourMemilih antara cinta dan persahabatan membuat Juny seolah berdiri diantara dua jurang. Kemana pun akan terjatuh juga~ (No plagiat!)