suasana yang ribut terasa dalam ruang penuh dengan orang orang berseragam putih dan abu. Suara sang guru yang terus membisikan kata sabar kepada dirinya sendiri, mengalihkan perhatian salah satu siswi yang duduk dibarisan paling depan.
DUG! DUG! DUG!
"WOY! kalian bisa diem ga sih?! kalian ga liat dari tadi Bu Santi ngejelasin materi sampe kesel sama kalian gara gara ga bisa diem. ngotak dong! seenggaknya kalo kalian bodoh, pikiran kalian ga bodoh kaya gini. hargain dong gurunya!" teriak salah satu siswi berambut panjang yang di kuncir kuda. ia memukul mejanya untuk mengalihkan perhatian seluruh murid.
seketika semuanya senyap. tidak ada lagi suara canda tawa dari beberapa murid yang sendari tadi tak henti hentinya bermain dan tak memerhatikan guru mengajar.
seorang siswa laki laki dengan pakaian tak rapih dan kondisinya yang bisa dibilang tak taat peraturan, melangkah untuk sedikit mendekat kearah sisiwi yang protes itu.
"EHH! ga usah songong deh Lo! sok banget mau ngatur ngatur. Bu Santi aja ga marah marah, kenapa Lo sampe marah kaya gitu?!" teriak laki laki itu kesal.
"HEH! denger ya. Bu Santi dari tadi nahan sabar sama kelakuan Lo Sama temen temen Lo. ga usah sok bener deh. gw marah sama Lo karna gw bukan guru. sikap gw ga bisa di gugu dan ditiru kaya kesabaran Bu Santi." teriak sisiwi itu dengan lebih keras.
siswa laki laki itu hendak membuka mulut dan menjawab teriakan siswi itu sebagai perlawanan. Namun, seorang siswa lain yang duduk didekat siswi yang protes itu membuka suaranya.
"bro Lo salah. Lo ga malu adu mulut sama cewe? mending Lo duduk dan diem ditempat Lo, atau gw aduin Lo ke pak kepsek dan Lo bisa aja dikeluarin dari sekolah"
"dan Lo Atma, kontrol emosi Lo. jangan bersikap ga sopan didepan guru. niat Lo baik, tapi kita bisa ngomong baik baik. kalo dia ga mau denger dan tetep kaya gitu, kita serahin aja dia sama kepsek." ucap siswa berkaca mata bulat itu dengan suara tegas
dengan wajah yang kesal dan terlihat tidak terima, siswa yang marah dengan siswi bernama Atma yang protes karna ulahnya, pasrah untuk kembali duduk dan diam ditempat duduknya.
Bu Santi yang mendengar perdebatan kedua muridnya yang di tengahi oleh siswa berkaca mata itu dengan tegas, tersenyum tipis sebagai ucapan terimakasih. iapun melanjutkan pelajarannya dengan tenang. ia senang karna masih ada siswa yang peduli dengan dirinya dan berani protes karna ulah teman sekelasnya. Atma memang terbilang kurang sopan didepan dirinya, namun hal itu diwajarkan oleh Santi sendiri. karna Atma tipikal anak ambis yang benci keributan dan berani protes kalau dirinya terganggu. ia sungguh butuh siswa seperti Hasta untuk menengahi sebuah perdebatan dengan kepala dingin dan dengan adil tanpa memihak siapapun. Santi merasa, emosi Atma perlu sikap tegas Hasta sebagai peredam nya.
Dengan begitu keduanya bisa saling melengkapi untuk menegakkan sebuah keadilan dengan membenarkan hal yang benar dan menyalahkan hal yang salah diwaktu yang tepat. ia setuju kalau Hasta ditunjuk Pak Joko selaku wali kelasnya, sebagai ketua kelas dengan Atma sebagai wakil nya. Perpaduan yang sempurna antara Hasta dan Atma untuk mengatur kelas ini.
kelas yang sangat susah di atur dan sangat berisik diantara kelas kelas yang lain. Dengan adanya Atma dan Hasta dikelas itu, membuat kondisi kelas sedikit tertangani.
sudah 2 jam sejak Bu Santi mengajar dikelas Hasta dan juga Atma. akhirnya bel istirahat terdengar. murid dikelasnya buru-buru berlari keluar kelas untuk kekantin dan mengisi perut mereka masing masing. ada beberapa murid yang masih menetap di kelas untuk beberapa saat karna malas berdesak desakan. salah satunya Hasta dan juga Atma.
"ma, Lo marah sama gw? kok dari tadi Lo diem aja sih??" ucap Hasta menoel Noel lengan Atma yang sedang menjadi tumpuan kepapalany diatas meja.
suara Isak tangis yang pelan terdengar ditelinga Hasta. Hasta yang kaget mengangkat kepala Atma dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat pulang sementara
Romancesampai kapan pun aku menunggumu, cintamu tetap bukan diriku -Atma Puspa Ayuni-