4. Cowok Seblak

7.8K 1K 30
                                    

Tahu arti dari bakat?

Kemampuan yang dimiliki manusia dari lahir yang membuatnya unggul dari yang lain tanpa perjuangan. Bakat harus diasah hingga benar-benar menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Bella adalah anak yang lahir dengan bakat psikomotorik. Yang membuatnya mudah sekali mempelajari hal yang berbau dengan gerakan fisik. Tak hanya itu, Bella juga terlahir dengan kekuatan dan stamina tubuh sangat jauh di atas rata-rata. Hingga tak heran jika sejak belia pun dia mampu melewati senior-seniornya dalam beladiri.

Karena tidak mudah lelah, Bella bisa berlatih sepanjang hari, yang membuatnya lebih cepat ahli dibanding siapa pun.

Keren?

Tentu saja. Bella pernah di posisi yang mana ia sangat bangga terhadap dirinya. Yang kini bergulir membencinya. Bella bahkan berharap dirinya punya hidup yang normal. Seperti Rista, atau bahkan seperti Jeya yang payah sekali. Jika melihat kehidupan mereka berdua, yang bisa bebas tertawa. Bella selalu iri.

"GUE PENGEN HIDUP NORMAL! KENAPA SIH?"

Bella berteriak dengan kencang. Mengisi sepinya malam dengan suara frustrasinya.

Bella hanya ingin jadi cewek biasa. Yang lemah, tidak memakai kekerasan, tidak berkata kasar, semua tertata cantik, dan dia normal.

2 tahun Bella menahannya, dan hampir berhasil menjadi sosok normal itu, tapi kini dengan mudahnya semua kembali. Tanpa kurang sedikit pun, bahkan dengan instingnya yang tajam.

Bella mulai menarik tali hoodienya, mengikatnya dengan kencang hingga menutupi sampai alis. Membuat lukanya tidak terlihat, karena seseorang kini berjalan di belakangnya.

"Kalo mau bunuh diri jangan banyak drama. Loncat aja langsung," ucap orang itu.

"Siapa yang mau mati?" pekik Bella tidak setuju.

"Yaudah jauh-jauh dari sana. Kalo kepleset dan jatuh 'kan jadinya mati sia-sia."

Bella berbalik pada orang itu. Ia menilik wajahnya yang sudah tertempel plester. Rupanya dia sudah diobati dengan baik.

Oh iya, orang itu adalah cowok yang tadi membawa Bella keluar dari kerumunan, juga yang Bella hajar terakhir. Bella bisa langsung ingat hanya dengan mendengarkan suara langkahnya.

Mengerikan 'kan?

Jadi, bagian mananya dari ucapan Dhika bahwa Bella tidak apa-apa menjadi dirinya yang dulu?

"Eh, eh, lo kenapa nangis?"

Bella terisak, air matanya berjatuhan tanpa bisa ditahan, belum lagi bahunya yang sampai terlihat terguncang.

Cowok itu menepuk-nepuk bahu Bella. "Udah-udah mata lo udah bengkak, nanti makin susah melek gimana."

"Gu-gue jelek?" tanya Bella terbata.

"Ya jelek lah, makanya berhenti nangis."

Bella pun menepisi air matanya meski masih terisak.

"Udah, mau jajan seblak nggak?"

"Lo mau bikin gue gendut?!" sergah Bella dengan nada suara tinggi.

"Tubuh krempeng juga," desis cowok itu yang masih bisa didengar baik oleh Bella.

"Lo belum pernah denger ya. Nangis itu ngeluarin banyak tenaga, lemak lo udah kebakar, jadi kalo sekarang lo makan seblak, nggak bakal nambah berat badan."

Bella terdiam sesejenak mencerna perkataan cowok itu. "Masa lo cuma ngajak makan seblak."

"Ngelunjak anjir. Ya lonya juga sadar posisi, ini deket pasar, yakali nyari makanan elit," balas cowok itu yang tak sungkan berkata pedas.

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang