1. 🍓

1.9K 129 0
                                    

Sudah hampir 3 Hari aku bermalam di kantor. Banyak sekali masalah di kantor yang membuat ku harus lembur. Beberapa rekanku sudah beranjak dari meja kerja masing-masing. Menyisakan diriku seorang.

Aku menghela nafas, memijit pangkal hidung mencoba menghilangkan rasa pening di kepala. Sepertinya hari ini aku akan mampir di kedai soju milik bibi Im.

"Argh sial. Kenapa tidak habis-habis juga". Ucapku sedikit membanting kertas di tangan.

Aku sungguhan kesal. Kenapa bisa semuanya di limpahkan padaku. Menatap nanar pada kertas di depanku, aku memutuskan untuk membawa pekerjaan ku ke rumah. Padahal aku bukan tipe orang yang akan bekerja di rumah. Rumah adalah tempat beristirahat.

Aku membawa mobilku menuju kedai soju milik bibi Im di seberang jalan. Aku hanya ingin menenangkan pikiran ku. Rasanya otakku sebentar lagi akan pecah karena dokumen sialan itu. Argh!

"Halo bi, seperti biasa ya". Ucapku sembari membungkukkan badan, menyapa bibi Im yang langsung tergesa-gesa menghampiri ku.

"Wajahmu pucat sekali, nak". Tangan keriputnya mengusap pelan bahuku.

Aku balas menggenggam tangannya, mencoba tersenyum walau kentara sekali di paksakan.

"Ah! Tidak apa-apa bi, ini sudah biasa terjadi pada pekerja kantoran sepertiku". Aku terkekeh pelan, lengan kananku mengusap leher canggung.

Bibi Im selalu saja seperti ini. Beliau selalu menyambutku antusias saat aku berkunjung. Beliau juga tak segan menunjukkan raut senang atau khawatir saat aku mengalami hal buruk atau mendapatkan hal baik.

"Nak, bibi akan memasakkan sesuatu untukmu. Aku tau kau belum makan". Bibi Im mendorongku pelan ke meja yang berada di pojok dekat jendela, tempat favoritku.

Aku masih berusaha menolak walau akhirnya menerima tawaran nya juga. Yah, mau bagaimana lagi. Aku memang melewatkan makan siang dan malamku. Apalagi Bibi Im bilang masakannya kali ini tidak perlu bayar, alias gratis. Hehe, kapan lagi kan.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menghabiskan masakan Bibi Im. Masakan nya selalu mengingatkan ku pada mendiang ibuku. Ah tidak, jangan bersedih. Aku benci itu.

"Terimakasih banyak Bi, makanannya sangat enak". Ucapku seraya merapikan alat makan, menumpuk nya lalu membawa nya kedapur.

Sudah terlalu sering kemari, membuatku hafal tata letak kedai Bibi Im. Setelah mencuci tangan, aku kembali duduk. Menoleh sebentar pada Bibi Im yang tengah sibuk melayani pelanggan yang semakin banyak, aku memutuskan untuk memulai acara minum-minum ku malam ini.

Aku terus menerus menuangkan soju pada gelas kecil, lalu meminum nya. Aku tidak tahu pasti sudah berapa gelas soju yang aku minum. Tapi kepalaku mulai merasa pusing, dan kesadaranku mulai menipis.

Samar-samar aku mendengar suara Bibi Im yang mencoba menyadarkanku. Namun kepalaku benar-benar pusing.

Sepertinya aku akan tidur sebentar disini.

***

BECAME IMPROMPTU FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang