Setelah menumpuk kue dengan krim keju putih, kini Ren beralih memberikan krimnya pada bagian atas kue. Melakukan dengan pelan karena tidak terlalu terbiasa menghias kue seperti ini.
Helaan napas lega keluar begitu ia selesai. Ayu di sebelahnya pun sama. Entah kenapa anak ini ikut tegang melihat Ren menghias kue.
"Oke, sekarang kita kasih stoberinya," kata Ren sumringah sambil mengambil mangkok berisi stoberi yang sudah mereka cuci dan potong. Sedangkan Ayu mengangkat tangan ke atas seraya bersorak dengan girang.
"Pelan-pelan Yu," ucap Ren. Berusaha mengingatkan ketika Ayu menata stoberi.
Tak sampai lima belas menit, mereka berdua selesai menghias kue. Ren mengajak Ayu tos-tosan begitu melihat red velvet buatan mereka terlihat bagus.
*Red velvet cake
Kue mereka letakan sementara di kulkas dan kini keduanya beralih membersihkan dapur yang telah keduanya gunakan. Seperti biasa, Ayu dengan semangat membantu Ren.
Mengelap meja juga alat-alat yang sudah mereka cuci. Selalu diselingi obrolan seakan sekali mereka mulai berbicara, topik tidak akan ada habisnya.
Sudah mirip penggosip kelas internasional.
Itu semua karena Ayu. Selama ini ia jarang punya tempat cerita sehingga semua hal yang ingin dibicarakan hanya bisa disimpan sendiri.
Selesai membereskan dapur, keduanya beralih keruang tengah. Ren membawa kue. Sedangkan Ayu membawa piring dan sendok untuk alat mereka makan.
Di sana sudah menunggu Arsa yang duduk membaca novel dengan tenang. Tadi ia ingin membantu, tapi Ayu mengusirnya.
"Yang ga bisa masak nungguin aja. Hus! Huss! Sana!" kata Ayu ketika kakaknya menawarkan bantuan. Membuat Arsa seketika tertohok.
Kenapa adiknya malah jadi lebih menempel pada Ren dan bukan dirinya?
Arsa kan ingin menempel dengan Ren juga. Ia takut jikalau Ayu tiba-tiba menikungnya.
"Wih, enak nih," ucap Arsa begitu melihat kue buatan sang adik dan Ren sudah tersaji pada meja di depannya.
Ayu membusungkan dada menyombongkan diri pada kakaknya. Membuat Ren yang tengah memotong-motong kue terkekeh geli melihat tingkah bocah SD di dekatnya.
Begitu sudah mendapatkan potongan kue masing-masing ketiganya lantas mulai memakannya dengan lahap.
Arsa berulangkali memuji red velvet yang ia makan. Ayu juga sama, dia terlihat begitu menikmati. Ren sendiri tersenyum senang, puas dengan rasa red velvetnya yang enak.
"Anjir! Gue belum ngabarin Mama dari siang!" kata Ren di sela-sela makan. Dia baru ingat jika sekarang sudah sore dan dirinya belum mengabari Miyabi. Pasti setelah ini akan diomeli.
"Tenang, tadi gue udah nelpon. Bilang kalo lo di sini. Gue juga izin sama Mama biar lo dikasih nginep," jawab Arsa setelah menelan kue dalam mulutnya.
Mendengar ucapan si cowok perfeksionis membuat Ren menaikan sebelah alis.
Sejak kapan Arsa punya nomor telpon ibunya?
Dan sejak kapan pula ia memanggil Miyabi dengan sebutan 'Mama'?
"Waktu makan malam kemarin, gue tukeran nomor sama orang tua lo. Yah, kita jadi deket dan sering telponan. Mereka juga minta gue buat manggil pake 'Mama-Papa'," ucap Arsa menjelaskan.
"Apa-apaan? Gue aja nggak punya nomor telpon lo, tapi mereka udah?"
Arsa tertawa ganteng. Ia kemudian mengambil ponsel mahalnya dan menyerahkannya pada Ren. Menginstruksi agar Ren memasukan nomor kontaknya di ponsel itu.
"Mau buka yang lain juga boleh kok," ucap Arsa seakan meyakinkan Ren bahwa dia tidak punya simpanan lain.
~~•°•~~
Arsa menutup pintu kamarnya dengan pelan. Takut membangunkan Ayu yang sudah tertidur dengan lelap setelah dibacakan dongeng rakyat lokal. Yaitu, Maling Kondangan dan Keong Racun.
Arsa kemudian berjalan turun ke lantai bawah rumahnya. Mendapati Ren tengah sibuk membuat sesuatu di dapur.
"Bikin apa?" tanya Arsa, ia berjalan mendekat ke arah Ren yang sibuk menghias kue.
"Strawberry shortcake. Mumpung bahannya masih banyak, jadi gue bikin aja."
Arsa hanya mengangguk menanggapi Ren. Masih setia mengamatinya tengah memberi krim di atas kue.
Beberapa detik berlalu sampai jari Ren tak sengaja terkena krim. Dia mendesah kesal kemudian mencari-cari keberadaan tisu.
Ketika pandangannya sudah menemukan tisu, gerakan Ren harus terhenti karena Arsa meraih tangannya. Menariknya pelan. Memandang lekat-lekat pada jari telunjuk Ren yang terkena krim.
Tanpa aba-aba, Arsa langsung saja menjilat krim yang ada di tangan Ren. Bermaksud membersihkannya walaupun dengan cara yang kelewatan ambigu.
"S-sa?"
Arsa hanya berdeham menanggapi Ren. Ia terus menjilati jari dari tangan yang lebih kecil dari miliknya itu meski sudah tidak berisi krim.
Dirinya bahkan mengemut sekilas jari Ren. Memberi gigitan kecil dengan pandangan yang tak lepas memerhatikan setiap reaksi yang diberikannya.
"Arsa, u-udah..." ucap Ren frustasi mencoba menarik tangannya dari Arsa.
Namun tidak bisa karena ditahan oleh Arsa di hadapannya yang kini bahkan dengan berani menjilati sela antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
Ren makin terpojok di kala Arsa kian mendekat. Mengurungnya yang membelakangi kitchen bar.
"Lo tau Ren? Gue juga punya gigi manis kayak Ayu. Cuman, gue suka manis dalam artian lain," kata Arsa dengan nada rendah.
Ia kembali menggigit telunjuk Ren. Membuat empunya was-was sampai menahan napas.
~~•°•~~
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret side: Arsa | BL
Romance"Lo udah berusaha semampu yang lo bisa, dan itu cukup. Arsa, lo nggak perlu nyalahin diri sendiri atas masalah yang nggak sanggup lo tangani. Lo nggak salah." - Ren Narendra ~~•°•~~ Dia Ren Narendra. Mahluk peranakan Indonesia-Jepang yang tanpa s...