"KANAYA PUTRI DANISWARA BANGUN!!! MAU BERANGKAT KE KAMPUS JAM BERAPA KAMU!!"
Seperti ini lah rutinitas pagi disebuah mansion yang cukup megah itu dimulai. Seorang wanita paruh baya harus selalu mengawali hari dengan suara menggelegar miliknya, sedangkan sang putri masih setia mengarungi mimpi indahnya tanpa menghiraukan teriakan itu.
Merasa tak dihiraukan dan belum ada tanda-tanda pergerakan dari dalam kamar, akhirnya wanita paruh baya yang kita panggil saja ia bunda itu pun langsung turun memanggil pawang dari sang putri yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya, ayah dari anak semata wayangnya itu.
"Loh kok bunda sendirian, Nayanya mana Bun?". Tanya pria paruh baya yang menjabat sebagai suami si bunda dan ayah sang putri tunggal mereka.
"Anakmu masih tidur kayaknya itu loh mas, udah dibilangin jangan tidur lagi abis subuh, tapi tetep aja tuh. Padahal kemarin bilangnya mau ketemu dosen pembimbing pagi ini, tapi jam segini malah belum bangun juga. Mas, kamu tolong bangunkan Naya ya, aku mau lanjut siapin sarapan." Terang bunda saat sudah sampai didepan ayah yang sedang menunggu di ruang makan.
"Anak kita bun, bikin bareng itu loh. Mungkin abis begadang lagi si Naya. Ya udah mas ke atas bangunin Naya dulu ya". Ucap ayah sambil berlalu pergi ke lantai 2 dimana kamar sang anak berada.
TOK
TOK
TOK"Kanaya sayang bangun atau ayah jual si Rubi sekarang!". Ucap sang ayah dengan suara tegasnya. (BTW Rubi ini mobil kesayangan si Kanaya).
Kanaya dapat mendengar dengan jelas ultimatum yang diberikan sang ayah pun langsung membuka matanya lebar-lebar. Tanpa menghiraukan penampilannya yang sudah seperti gembel, Naya sapaan gadis tersebut langsung turun dari ranjang dan berlari kearah pintu kamarnya. Langsung dibukanya pintu yang terkunci itu dan bisa dilihat di sana sang ayah yang masih berdiri tegak dengan menyilangkan kedua tangan didepan dadanya.
"Ayah Damar yang tampannya melebihi song Joong Ki, ini loh Kanaya udah bangun jadi Rubi jangan dijual ya ayah~". ucap Naya sambil menatap ayah dengan puppy eyes andalannya.
"Mandi, siap-siap ke kampus ayah sama bunda tunggu dibawah, kita sarapan dulu sebelum pergi keluar". Ujar ayah dengan nada lembut tapi penuh ketegasan.
"Siap, laksanakan". Balas Naya dengan gerakan hormatnya.
Setelah mengatakan itu ayah langsung saja turun kebawah untuk menunggu sang putri bersama istrinya. Sedangkan Naya, langsung menghembuskan nafas lega sambil mengusap dadanya dia berkata
"Haaaah untung aja masih bisa nego ke ayah, kalau ngga bisa tamat riwayat si Rubi. Langsung mandi aja lah ya daripada kena ultimatum susulan". Ucap Naya lega.
Selanjutnya Naya langsung pergi ke kamar mandi dan dilanjut ritual mandi paginya. Setelah itu Naya keluar dengan penampilan yang lebih segar dan lebih terlihat waras. Dengan memakai pakaian kasual andalannya, Naya lanjut menyiapkan keperluan kuliahnya hari ini.
•
•
•Kira-kira setelah menunggu selama 20 menit akhirnya sang tuan putri a.k.a Kanaya/Naya turun juga ke lantai 1. Di sana sudah terduduk sepasang manusia paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Naya sendiri, yang sudah menunggu putrinya itu keluar dari 'sarangnya?'.
Naya yang memang sudah lapar juga dikejar waktu itu pun langsung saja menuju meja makan dan duduk di kursi sisi kiri sang ayah.
"Selamat pagi ayang eh maksudnya ayah Damar yang ganteng dan bundahara Tari yang gal-cantik sekali pagi ini ya ayah yaa". Ucap Naya dengan meralat sapaan untuk sang bunda, setelah mendapatkan tatapan maut yang dapat sangat beresiko bagi keberlangsungan hidup uang yang ada di dompet.
"Pagi nay". Serempak ayah dan bunda menjawab sapaan sang putri.
"Dah yuk, langsung dimulai aja sarapannya". Ujar ayah pada kedua bidadarinya.
Setelah mendengar ujaran ayah Naya langsung mengambil sandwich isi daging dan sayur yang menjadi pilihannya untuk sarapan pagi ini. Sedangkan sang bunda menghidangkan nasi goreng untuk ayah dengan ditemani secangkir kopi yang hampir habis akibat menunggu putrinya. Tak ada obrolan selama sarapan, itu adalah kebiasaan keluarga mereka, untuk menghargai makanan juga orang yang ada di sana. Setelah mengambil dan memakan beberapa potong Sandwich secara cepat, Naya ambil gelas yang berisi susu coklat kesukaannya.
Selesai sarapan Naya langsung berdiri dan meletakkan gelas ditangannya ke meja, dan langsung mengambil tangan tangan ayah untuk disalaminya juga diciumnya pipi ayah, hal yang sama juga Naya lakukan pada bunda, sudah menjadi kebiasaan baginya melakukan hal itu. Setelahnya Naya berlari ke arah pintu keluar mansion dengan terburu-buru karena dikejar waktu.
"Naya langsung berangkat aja ya ayah bunda udah mepet soalnya!?". Teriak Naya sambil berlari keluar mansion.
"Jangan lari-lari Naya, nanti jatuh. Lain kali kalau bunda bangunin itu langsung bangun jangan malah dilanjut lagi tidurnya. Jadi ngga kesiangan kayak gitu!?". Balas bunda dengan setengah berteriak juga.
"Iya bunda iya, ceramahnya nanti aja ya. Dadah ayah bunda, Assalamualaikum". Ucap Naya sebelum tubuhnya tak terlihat lagi, untuk pergi ke garasi.
"Waalaikumsalam". Jawab ayah dan bunda berbarengan.
"Anak kamu tuh mas kebiasaan banget selalu gitu". Ujar bunda pada ayang eh maksudnya ehm ayah, yang masih melihat ke arah perginya sang putri.
"Eh eh eh emang mas bikinnya sama siapa?, Gitu-gitu juga anak kamu Bun. Udahlah jangan cemberut gitu masih pagi juga atau mau coba bikin adik buat Naya aja nih Bun? Mumpung Naya juga dah berangkat ke kampus". Balas ayah sambil cengengesan.
"Masih pagi ini mas, malah ngajakin begituan. Udah sana mas juga berangkat, pimpinan kok berangkatnya siang pas yang lain udah pada mulai kerja". Ujar bunda dengan dibumbui usiran secara terang-terangan pada ayah.
"Iya deh iya bunda yang cantik. Ayah berangkat aja deh sekarang daripada ngga dapet jatah kan ya". Ucap ayah sambil mengedipkan satu matanya pada bunda.
Saat itu juga bunda keluarkan tatapan mautnya yang langsung membuat ayah berdiri dari duduknya dan berlari kecil menuju pintu keluar. Jaga-jaga takutnya si bunda bakal nyubit atau pukul-pukul manja pada lengan ayah.
"Mas Damar iih!? Aku belum Salim mas!?". Ucap bunda sambil menyusul ayah alias suaminya sendiri.
"Eh lupa masnya, maaf ya bunda sayang". Ucap ayah dengan senyum lebarnya. Setelah itu dia berikan tangan kanannya untuk dicium oleh bunda.
"Mas berangkat ya, Assalamualaikum". Ucap ayah setelah memberikan ciuman di kening untuk bunda.
"Waalaikumsalam, iya mas hati-hati dijalan". Ucap bunda kemudian.
"Siap bunda sayang, ouh iya jangan lupa nanti malam yaa. Mas usahain pulang cepat hari ini". Lagi dan lagi ayah berupaya negosiasi dengan bunda.
"Mas Damar udah sana berangkat!? Kalau dalam hitungan 5 mas belum masuk mobil, ngga akan ada jatah buat mas!?". Ancaman dari bunda sudah mulai keluar nih.
Ayah yang sudah menangkap sinyal bahaya langsung saja tancap gas masuk mobil dan meminta supir pribadinya untuk langsung saja menuju kantornya.
Saat mobil sudah mulai melaju ayah membuka kaca samping dari mobilnya dan mengeluarkan kepala sambil dadah-dadah ke arah bunda. Tapi tenang aja itu cuma sebentar kok abis dibales dadah juga gelengan dari bunda yang heran melihat tingkah suaminya, ayah langsung masukin kepalanya lagi, bahaya cuy kalo sampai itu kepala kena tembok atau batang pohon.
Sedangkan bunda masih berdiri di sana sampai mobil ayah tak terlihat lagi, baru masuk ke dalam mansion nya.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
BarraNaya
FantasyKanaya Putri Daniswara seorang perempuan muda berusia 23 tahun yang harus menerima atau mungkin terpaksa menerima perjodohan dengan seorang laki-laki yang tak dikenalnya, tak pernah dilihatnya, tak tau latar belakangnya, tapi sang ayah mengatakan ba...