BAB 7

1.1K 50 11
                                    

Beberapa hari kemudian, di pagi menjelang siang yang cukup cerah ini, menemani Naya yang keluar dari ruang sidang tesisnya dengan wajah full senyum. Aura cerah juga terpancar dari senyumnya, kabar baik pasti sudah didapatnya.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai semuanya. Sekarang mending ke kantor ayah aja kali ya. Anak-anak temuin bentar abis ini dan buat partynya sekalian abis wisuda aja deh". Naya berujar pada dirinya sendiri sambil berjalan sendirian menuju taman yang ada di kampusnya.

"Nayaaaa!!?". Teriak ketiga sahabat Naya bersamaan.

Naya tersentak karena teriakan itu. Dirinya langsung membalikkan badan dan dapat dilihat ketiga sahabat sedang berlari kecil ke arahnya.

"Bisa biasa aja ngga?. Ngga usah teriak-teriak, malu tau". Ujar Naya berlagak sedikit kesal, dan langsung melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti.

"Dih ngga sadar diri lu. Biasanya juga lu yang teriak-teriak manggil kita". Kata Anya yang dibalas anggukan setuju dari Nanda dan Dina. Langsung mensejajarkan langkah dengan Naya yang tadi langsung melangkah pergi.

"Eh btw congrats loh, udah lulus. Partynya kapan nih?". Ujar Nanda kemudian

"Lu pada mah pikirannya party mulu. Gue hari ini mau quality time bareng ayah bunda dulu. Kalian sekalian nanti aja pas dah wisuda ya". Kata Naya pada ketiga sahabatnya.

"Ya ilah gaya lu. Eh tapi paling nggak traktir makan di kantin dong kalau partynya nanti pas wisuda". Jawab Nanda tak mau rugi.

"Gas lah". Kompak Anya dan Dina sambil menarik kedua tangan Naya ke arah kantin.

"Bener-bener ya lu pada. Giliran makan aja nomer 1. Tuh tugas kuliah lu pada beresin dulu". Gerutu Naya sambil berjalan mengikuti para sahabatnya. Sedangkan mereka lebih memilih menulikan telinga dan melanjutkan langkah menuju kantin. Mumpung bisa minta traktir sama si Naya cuy, ngga boleh dilewatkan dong.



"Assalamualaikum ayah bunda!?". Salam Naya saat membuka pintu ruang kerja ayahnya.

"Waalaikumsalam". Jawab ayah Damar dan bunda Tari berbarengan.

"Waaah senyumnya lebar banget nih". Ujar ayah Damar dari kursi kebesarannya.

"Maaf ya Nay, ayah bunda ngga bisa nemenin kamu pas sidang tadi". Lanjut ayah Damar sambil mendekat kearah Naya dan mencium kening putrinya itu.

Naya yang tadinya akan melangkah ke sofa yang diduduki bunda, sengaja menghentikan langkahnya dan berdiam diri didekat pintu saat melihat ayah Damar akan mendekat kearahnya, dan kembali melebarkan senyumnya melihat tindakan ayahnya.

"Nggak papa koh yah. Lagian kan Naya bukan anak kecil lagi yang harus ditemani kemana-mana. Nggak masalah ayah bunda nggak selalu disamping Nay, yang terpenting buat Nay ayah bunda sehat, bahagia, akur, ada untuk temani Nay waktu Nay butuh support ayah bunda, juga sayang selalu sama Nay". Jelas Naya kemudian

"Auwh so sweet. Bunda juga pengin ikutan dong". Bunda Tari berucap sambil menghampiri suami dan anaknya kemudian langsung dipeluknya mereka berdua.

"Selamat sayangnya bunda. Makasih udah jadi hal paling indah dalam hidup ayah dan bunda. Love you so much". Lanjut bunda Tari masih memeluk keduanya dan satu tangan mengelus lembut rambut hitam putrinya.

"Aaahh kok jadi melow si. Ini kan harusnya hari bahagia Nay karena dah lulus dan bisa bener-bener bantu ayah urus perusahaan". Ucap Naya yang merasa terharu dengan perkataan singkat dari bunda Tari.

"Mending ayah kasih hadiah kek atau surprise party atau apaan gitu buat Nay, sebelum anak-anak angkat ayah nyerbu rumah buat minta jatah party lulusan Nay". Lanjut Naya sambil mengurai pelukan keluarga kecilnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BarraNayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang