Lisa POV
"Terus jaga kandungannya, kalian hanya akan bertemu denganku dua kali lagi sebelum akhirnya bertemu dengan anak kalian."
"Terima kasih banyak, Dokter." Aku tersenyum lembut dengan kedua calon orang tua di hadapanku, sepasang suami istri yang sudah menikah selama hampir sepuluh tahun lamanya dan baru dipercaya untuk memiliki momongan adalah pasien terakhirku untuk malam hari ini.
"Dengan senang hati, Tuan dan Nyonya Jung." Ucapku, aku memberikan satu lembar kertas yang berisikan resep untuk calon ibu pada perawat yang berada di sampingku.
Dibantu oleh suaminya, si calon ibu dengan perutnya yang membesar kemudian bangkit, asisten perawat ku ikut mengantar mereka keluar, nantinya obat yang aku resepkan akan langsung diberikan pada pihak apoteker untuk ditebus, metode ini dilakukan oleh semua rumah sakit.
Aku melemaskan bahuku dan menyandarkan tubuhku dengan santai ke kursi kebesaran ku, kursi dokter yang cukup nyaman meski aku harus menempelkan bokongku selama berjam-jam lamanya, ini pantas aku dapatkan karena menjadi dokter bukna pekerjaan yang mudah.
Ah ya, aku Lisa, usiaku tiga puluh satu tahun dan aku sudah menjadi dokter spesialis kandungan selama beberapa tahun lamanya, sekitar empat tahun? Dari jam terbang yang aku miliki, bisa dikatakan aku adalah dokter muda dan masih junior, namun meski seperti ini, pasien banyak mempercayaiku, terlebih pasangan-pasangan muda.
Aku menyukai bayi sedari kecil tapi sayangnya aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk merawat bayi, bukan anak maksudku, aku masih terlalu muda untuk memiliki buah hati, maksudku adalah adik, sayangnya aku terlahir menjadi anak bungsu, aku memiliki seorang kakak laki-laki.
Saat usiaku lima atau enam tahun, aku pernah meminta adik pada orang tuaku dan mereka hanya tertawa, lalu kakak laki-lakiku yang berbeda lima tahun denganku mengatakan jika dia tidak mau memiliki adik lagi selain diriku, alhasil, aku tidak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan, orang tuaku malah membawaku pergi ke toko mainan lalu kami membeli sebuah boneka bayi yang dapat berkedip.
Aku bersumpah, aku hanya pura-pura senang malam itu karena mendapatkan mainan bayi tanpa rambut, tapi sebenarnya aku memiliki keinginan lain, aku ingin bayi manusia yang benar-benar bisa bertumbuh.
Mungkin sampai usia sepuluh tahun aku masih merengek pada orang tuaku agar mereka memberikanku seorang adik, yang ada di pikiran Lisa kecil saat itu adalah aku ingin memiliki teman bermain di rumah, karena kakak laki-lakiku sibuk dengan teman-temannya seumurannya dan yang dia tidak pernah mengijinkan ku bergabung, aku kesepian!
Tapi saat itu ayahku mengangkat tubuhku dan membiarkan aku duduk di pangkuannya, dia mengatakan dengan lembut jika mereka sudah terlalu tua untuk memiliki seorang bayi kecil lagi, lalu mereka mengatakan kakak laki-lakiku bisa saja tidak lagi menyayangiku jika aku memiliki adik, saat itu pemikiran Lisa kecil berubah, dia lebih takut tidak lagi disayang oleh kakaknya dibandingkan memiliki adik bayi.
Saat itu, mendiang nenekku yang lebih tepatnya ibu kandung dari ayahku juga berada di rumah, aku memanggilnya dengan sebutan Oma, dia mengatakan jika aku ingin sering berhubungan dengan bayi, aku bisa menjadi Dokter anak.
Namun saat itu aku hanya mengerucutkan bibirku dan langsung menolak tanpa ragu, semua bayi dan anak kecil takut dengan dokter, aku juga seperti itu dulu, aku tidak mau bayi ataupun anak kecil membenciku.
Jika aku tidak salah mengingat, aku menangis karena aku takut bayi-bayi membenciku, Lisa kecil yang polos, terkadang mengingat kejadian ini membuatku malu sekaligus jadi merindukan Oma, hem, dia sudah meninggal delapan tahun yang lalu.
Yang paling aku ingat, Oma kemudian menenangkan ku dengan senyumannya yang manis, dia mengatakan, "kalau begitu, bagaimana Lisa menjadi dokter yang mengantar bayi-bayi kecil ke dunia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVENEMIES - JENLISA [G×G]
FanfictionProfesi keduanya mungkin sama, tapi pasien mereka tidak akan ada yang menyangka jika kedua dokter hebat ini membenci satu sama lain. Tanpa alasan, Lisa tidak menyukai Jennie yang selalu bersikap sinis dengannya, sebaliknya, Jennie juga membenci Lisa...