Dari Alana untuk Shaka dan dari Shaka untuk Amira...
"Aku mengenang mu bukan karena butuh tetapi karena rindu".
Dari Alana untuk tangisan semestanya, Arshaka...
Jika senyummu semanis madu dan tawamu seindah langit biru, maka mengenal dirimu adalah sebuah kebagiaan dan kesedihan untukku.
Jikalau samudra menunjukkan betapa luas dan dalamnya dirinya, maupun tangisan semesta yang menunjukkan derasnya butiran air yang jatuh ke buana, maka akulah, Alana Rikayasa akan menunjukkan betapa bahagianya aku bisa mengenal sosok Arshaka.
Alana Rikayasa, wanita tunanetra karena musibah yang pernah ia alami diwaktu masih remaja. Wanita yang seharusnya sekarang bisa melihat antara kesenangan dan kesedihan didunia ini, sekarang hanya bisa terdiam sembari mendengarkan deru air dari sungai didepannya. Sosok perawakan tinggi yang selalu menemaninya ketika sore hari, kini telah kembali seraya membersihkan dedaunan di tanah untuknya duduk disamping gadis itu.
Arshaka tersenyum manis hingga gigi putih bersihnya ketara. Laki-laki itu sejenak mengelus rambut pendek dari gadis disampingnya, yang notabenenya adalah teman kecilnya. Alana tersenyum lebar, walaupun ia tidak bisa melihat lengkungan indah yang tertera pada lelaki itu, tetapi ia dapat merasakannya.
Laki-laki berusia 17 tahun itu menatap manik coklat dari teman kecilnya itu. Indahnya.
Shaka mengusap rambut hitamnya kebelakang seraya tersenyum manis pada gadis itu. Shaka tak menyangka, wanita secantik dan sepolos Alana harus kehilangan penglihatannya.
Ia kembali mendekatkan dirinya pada Alana hingga jarak antara mereka sangat dekat. "Bilang ke aku, siapa yang berani bikin kamu sedih lagi? ucapnya spontan.
Alana sedikit terkejut dengan perkataan tiba tiba yang keluar dari bibir laki-laki itu. "Kamu tau dari mana?"
"Aku tau semua tentang kamu, Na." jawabnya dengan nada halus.
"Aku suka sama orang, Ka. Tapi dia suka sama yang lain dan milih pergi dengan orang yang dia sukai. Menurut kamu aku harus gimana?"
"Setiap manusia bakalan pergi, Na. Entah itu untuk sementara atau untuk selamanya. Tugas kita cuman buat ikhlasin aja. Aku tau kalau kamu sedih dengan ucapan aku tadi, tapi buat apa sedihin laki laki yang menyia-nyiakan wanita secantik kamu, Na".
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas Shaka
Ficção Adolescente"Disaat mengingat tawamu mengembang, disitu lah hati mulai mengenang."