HBILY|| 01

9 1 0
                                    

"YAAMPUN INI JAM BERAPA, BANGUN!"

Awal pagi di sambut dengan suara yang seperti biasa gadis itu dengar.

"Kamu jangan seenaknya ya, kamu di sini cuman numpang," Gadis itu menguap lebar dan mengucek sebelah matanya.

"Numpang?" Satu sudut bibirnya terangkat.

"Heh Lo tuh yang numpang, ini rumah gue Lo cuman berperan jadi ibu tiri di sini," Ingin rasanya berujar seperti itu tapi ia lebih sayang rambutnya kali ini ia tidak ingin di Jambak dan berakhir rontok lagi.

"Cepat buatkan sarapan!" Titah Susan sang ibu tiri.

Namanya Yona Gadis berusia dua puluh tahun yang hidup menderita setelah kedua orang tuanya memilih untuk bercerai beberapa tahun lalu dan dia ikut bersama dengan Ayahnya yang tidak pernah terpikir akan membuat kehidupannya menjadi babu bagi Ibu tiri dan adik tirinya.

Yona POV

Rasanya ingin sekali banyak uang supaya gue bisa pergi dari rumah sebenarnya kesalahan apa sih yang gue perbuat sampai gue harus hidup seperti ini.

"Ayah uang SPP aku belum di bayar," Cantika wajah nggak sama seperti nama. dia adik tiri gue yang amat gue benci kesehariannya penuh akan drama.

"Iya nanti Ayah bayar,"

"Tapi kapan, aku malu tau di tanyain Mulu," Nggak tau di untung udah numpang banyak mau.

"Secepatnya, sabar ya," Sosok Ayah yang aku bangga banggakan dia lebih sayang anak sambungnya dari pada anak sendiri.

Gue letakin semua makanan yang baru aja gue buat di atas meja.

"Yona apa kamu sudah gaji-an bulan ini," Gue mulai duduk di kursi dan mengambil makanan.

"Belum, Kenapa?" Sebisa mungkin gue belaga bego padahal udah tau jika Ayah bertanya seperti itu, tandanya dia ingin minta sebagain uang gaji ku, bukannya pelit tapi Ayah meminta uang itu untuk di berikan kepada Cantika.

"Adik kamu membutuhkan uang," Gue males kalau udah seperti ini tapi perut gue laper.

"Ayah ngeharepin apa dari aku yang cuman kerja jaga toko baju, kenapa Ayah nggak suruh Cantika kerja aja," Nggak tahan lagi terserah lah rambut gue botak setelah ini intinya gue keluarin unek-unek gue.

"Dia kan masih sekolah,"

"Kan bisa kerja separuh waktu," Ibu tiri gue udah melotot gue nggak peduli.

"Ibu juga cuman diam di rumah nggak ada niatan buat kerja memperbaiki uang perekonomian keluarga?" Gue harus cepet cepet habisin makanan terus langsung pergi sebelum Susan ngamuk.

Belum sempet gue kena amukan secepet kilat gue langsung taro piring bekas gue makan di tempat pencucian dan pergi keluar jam kuliah masih lama tapi dari pada gue ada di rumah mending jalan jalan sebentar.

Jauh jauh hari gue ngerencanain keluar dari rumah sebagian baju juga udah di kantongin kayanya hari ini waktunya, nggak tahan lagi harus serumah sama Ibu tiri dan adik tiri.

Masalah modal gue bakalan cari gapapa walaupun harus banting tulang demi membiayai hidup sendiri.

..........

Matanya menatap tajam seorang pria berumur yang berada di depannya. Padahal dia tidak mengharapkan dijemput sampai bandara.

"Akhirnya kamu pulang juga Erga," Antonio melebarkan senyumannya.

Erga yang malas harus berbasa basi dengan Papahnya lebih memilih masuk kedalam mobil.

"Hai Erga Mamah udah bikinin masakan kesukaan kamu loh," Tangannya mengepal wanita yang tidak ingin ia lihat duduk di depannya.

Tidak ada jawaban dia lebih memilih memalingkan wajahnya ke luar kaca mobil.

Selama perjalanan Erga hanya fokus kepada handphonenya dan mengacuhkan pertanyaan pertanyaan dari Papah dan Ibu tirinya. Yang ia inginkan hanyalah segera sampai rumah.

Malamnya setelah perdebatan panjang Anton pun menyetujui keinginan anak satu satunya itu.

"Kamu yakin ingin tinggal sendiri, atau Papah pekerjakan pembantu,"

"Nggak usah," Erga mengambil kunci mobil dan juga kunci rumah setelah itu dia beranjak pergi Ke alamat rumah yang akan ia tempati kebetulan dulu ia sempat tinggal beberapa hari dirumah itu setelah Bundanya meninggal.

Angin malam menerpa rambut panjang Yona malam ini begitu indah bintang yang jarang menampakan diri kali ini begitu banyak menghiasi langit.

Dia baru saja pulang dari tempat kerjanya tiga bulan menjadi pegawai di Butik Mawar lumayan mengisi tabungannya berbeda jauh dari tempat sebelumnya yang menggajinya kecil di tambah pemiliknya juga galak.
Bosnya yang sekarang malah sangat baik.

"Enak kali ya punya rumah kaya gini." Yona berhenti di depan gerbang rumah yang sangat tinggi.

Dia sedikit mengintip di celah pagar besi matanya mengedip takjub"Perasaan sering lewat jalan sini tapi kenapa gue baru tau ini rumah," Yona yang sedang asik mengintip di kagetkan dengan suara klakson mobil.

Bukannya menghindar Yona masih anteng berdiri di depan gerbang bahkan kini dirinya tersorot lampu mobil.

"Minggir!," Kaca mobil terbuka suara berat pun terdengar Yona yang penasaran siapa pemilik suara tersebut dia berjalan ke arah sisi mobil dan melihat wajah tampan dengan rahang yang tegas.

Belum pernah sebelumnya ia melihat Cowo yang seperti di hadapannya apa mungkin dia akrtis, wajahnya seperti orang luar negri.

Kaca mobil kembali menutup dan pagar besi itu pun terbuka otomatis Yona bisa melihat dengan jelas rumah tiga lantai dengan desain mewah beberapa saat kemudian pagar itu kembali menutup.

"Pagar aja pake remot," Yona membayangkan seberapa kaya Cowo itu.

Sesampainya di dalam rumah Erga membaringkan tubuhnya di Sofa matanya memejam dan bayangan wajah gadis aneh yang ketahuan mengitip rumahnya malah terlihat.

TBC

Vote! Pokoknya aku maksa!!!

Hi Babu! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang