Pupus

48 10 0
                                        

Hari Ahad 13 Agustus 1522 ,jika Mentari sudah terbenam jangan larang datangnya malam ,kalau Angin bertiup dengan kencangnya jangan larang daun daun berguguran ,jika seseorang sudah tiba ajalnya ,maka tiada seorang pun bisa larang ia kembali kepada Tuhannya.

Tiada satupun mahkluk yang hidup kekal abadi di Dunia ini, Harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan gading, Manusia mati meninggalkan nama. Setiap Pilihan yang dipilih oleh manusia akan menjadi bagian dari kisah hidupnya sampai terpisahnya antara jiwa dan raganya.

Manusia memiliki kehendak terhadap dirinya akankah ia meninggalkan Nama Baik nan Mulia ataukah Nama Zolim lagi Durjana.

Semua hanya tinggal kenangan
Kepada Dunia untuk diceritakan
Kain kafan terbalut di ragamu
Ayah Itulah pakaian terakhirmu

Ucap Syah ketika melihat Ayahnya sudah berbalut kain kafan.

Amalan yang pahalanya mengalir sampai kiamat ada tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh.

Teman-teman, keluarga, Guru-guru, Masyarakat, Bangsawan dan lain sebagainya.
Turut bersedih hati karena kepergian pak Idris Mulkasa sang mantan Senopati yang "Adil lagi Bijaksana".

Demi Angkasa yang memiliki gugusan Bintang dan demi hari yang di janjikan, ialah sang penguasa semesta yang maha Kekal Abadi lagi Esa,Dan tiada yang setara dengannya.

Sungguh tiada yang hal yang terjadi di Dunia ini selain dari kehendaknya,
Pak Idris Mulkasa meninggal Ketika sedang sujud saat melakukan Sholat Subuh di Rumahnya.

Lalu beberapa saat kemudian ketika mentari sudah terbit ketika Syah mengetuk pintu kamar Ayahnya,sang Ayah tidak menjawab.

Syah:
Tok tok tok yah ayah,tok tok tok yah ayah,tok tok tok yah ayah,lah ini aneh kenapa ayah tidak menjawab,ya sudah Aku langsung masuk saja.

Dan ketika Syah melihat ayah sedang bersujud Syah berpikir ayah sedang malaksanakan Sholat Dhuha.

Syah :
Oh sedang sholat

Lalu Syah melihat dengan keheranan kok ayahnya tidak bangkit dari sujudnya,Syah pun memegang punggung sang ayah lalu memegang tangan sang ayah dan ternyata tangan ayah terasa dingin.

Syah :
Dingin(Ketika Syah memegang tangan sang ayah)

Dan akhirnya Syah menyadari bahwa Ayahnya sudah di panggil malaikat Izrail malaikat pencabut nyawa dan Syah pun menangis lalu berteriak sambil memeluk Raga Ayahnya.

Syah:
Aayyaahh aayyaah ayyaah ayaah.

Dan pada petang harinya,Ayah Qois Al Ganjavi Mulkasa di makamkan bersebelahan dengan makam Istrinya  Hayra Hamidiv.

Setelah selesainya acara pemakaman
Satu persatu setiap Insan Manusia  melangkahkan kakinya untuk kembali menuju tempat yang di inginkan.

Lalu Qois pada saat sesampainya ia di depan pintu Rumah,ia terdiam sejenak dan menghela nafas lalu Qois pun masuk ke dalam rumahnya.

Qois:
Semenjak kepergiannya rumah ini terasa agak sunyi
Jiwa dan raganya telah pergi

Dan tak mungkin dapat kembali
Tapi cintaku tidaklah pergi

Ada selalu di dalam hati
Cinta yang akan selalu bersemi

Sayang yang tiada berhenti
Ayah tidak pernah pergi

Karena cinta dan sayang ini
Ayah selalu ada di dalam sanubari ini.

Lalu sesaat sebelum mentari memasuki waktu Dzuhur dan betapa indahnya langit biru Lazuardi yang terbentang di langit Cakrawala yang menjadikannya bukit betapa Kirananya ciptaan Sang Pencipta.

Datanglah
Teman teman :
Hafsah
kulsum
Asep
Javad
Shahal
Alamsyah
Abdullah
Jaka
Ujang

Kepala sekolah dan guru:
Pak Encep Al Banungi (Kepala sekolah)
Bu Euis Al Tasiki,
Pak Lukman Al Jabar
Pak Arjuna Al Galuhi
Bu Citra Al Tsianjuri
Bu Ameri Al Karawani
Pak Cecep Al Sukafurani
Bu Elis Al Garuti

Kerabat dari Ayah :
Dadang Mulkasa (Adik Ayah Qois)
Lara Sati (Istri Dadang Mulkasa)
Afandi Mulkasa (Anak Dadang Mulkasa dan Lara Sati )

Arya Mulkasa (Adik Ayah Qois)
Roro (Istri Arya Mulkasa)
Nurhayati Mulkasa (Anak Arya Mulkasa dan Roro)

Jaya Mulkasa (Adik Ayah Qois)
Lestari (Istri Jaya Mulkasa)
Syifa Mulkasa (Anak Jaya Mulkasa dan Lestari)

Kerabat dari Ibu :
Ruqaya Hamidiv (kakak Ibu Qois)
Ishaq Setiawan (Suami Ruqaya Hamidiv)
Abdullah Isa (Anak Ruqaya Hamidiv dan Ishaq Setiawan)

Firoz Hamidiv (Adik Ibu Qois)
Shazwani Al Syirazi (istri Firoz Hamidiv)
Yakub Hamidiv(Anak Firoz Hamidiv dan Shazwani Al Syirazi)

Yang dianggap keluarga :
Nek Tuti (Pengasuh Qois saat kecil)
Aki Tireum (Suami Nek Tuti)
Om Indra (Sahabat Ayah Qois)

Oleh Karena kedatangan mereka Kesedihan Qois pun mereda karena mendapatkan support untuk Mengiklaskan kepergian Ayahnya.

Dan mereka berpamitan pulang saat memasuki waktu Asar kecuali Nek Tuti dan Aki Tireum yang menginap di rumah Qois untuk menjaga sampai umur 19 tahun.

Dan kebesokan harinya Sultan Cirebon berserta Wazir(perdana menteri), Menteri, menteri berserta Zoya Mulkasa dan Salim Arjuna datang ke Kota Sukapura untuk berbela sungkawa dan berziarah ke makam Mantan Senopati Sukapura yaitu Pak Idris Mulkasa.

"Jangan Lupa untuk melakukan perbuatan baik,kasih sayang sesama manusia dan eratkan tali persaudaraan"

Layla & Qois (Tamat & Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang