14. Clubbing

1.4K 144 1
                                    

Malam ini, dengan cuaca dingin ini Jean habiskan untuk bersenang-senang. Sudah cukup ia dibuat pusing memikirkan masalah percintaannya yang tak berguna. Sungguh, menyukai seseorang yang tidak peka itu sangat sulit, benar bukan? Itulah yang dirasakan Jeandra.

Entah bagaimana dirinya bisa jadi berbeda sejak memiliki rasa pada seseorang, yang tak lain dan tak bukan adalah Jonandreas. Dia satu-satunya orang yang mampu membuat seorang Jean menjadi sebodoh ini hanya karena cinta.

'Apa mendingan gue mundur aja ya? Cape betul ngincer yang ga pasti.'

Jean melamun, memikirkan rencana untuk kedepannya. Mood nya jadi sedikit berantakan sekarang. Ia menjadi malas untuk melakukan apa-apa.

Lalu tiba-tiba suara menginterupsi nya, “Bengong aja, kenapa hm?” Suara gadis berambut hitam pekat itu menyapa lembut di telinga Jean.

Menyadari Jenaya yang baru saja duduk di dekatnya, Jean segera memberi tempat agar mereka tidak berdempetan.

“Oh, gapapa Nay,” Jean menjawab. Pandangannya tetap ke arah jalanan di depan.

Jenaya tersenyum lembut, “Kalo ada apa-apa jangan dipendem sendiri.” ucapnya sambil menepuk bahu Jean.

Tawa kecil keluar dari bibir Jean, ia menolehkan kepalanya ke kanan.

“Gue gapapa kok Nay, aman.” Mendengar itu, Jenaya hanya menganggukkan kepalanya.

“Oi! berduaan mulu! jadi jalan kaga!?” Teriakan dari kejauhan mengalihkan atensi keduanya. Jean dan Jenaya tertawa kecil.

Setelah itu, Jenaya bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepada Jean, “Ayo?” Jean tersenyum dan menggapai tangan Jenaya.

“Kedinginan ngga?” Tanya Jean.

Jenaya menatapnya dan menjawab, “Oh ngga kok..”

“Kalau kedinginan pake aja hoodie gue. Gue mah kebal dingin.” Jenaya yang mendengar itu sontak bersemu. Ia mengangguk kecil sembari mengalihkan pandangannya agar Jean tidak melihat wajahnya yang kini memerah padam.

---

Kini tujuan mereka adalah Club. Bukan berniat untuk apapun, mereka hanya ingin relax sembari menikmati minuman kadar alkohol rendah.

Setelah lama melewati dinginnya malam, mereka juga perlu menghangatkan tubuh, bukan?

“Lo udah pernah nge club sebelumnya?”

“Ngga, aku ga pernah club sebelum ini. Takut ada apa-apa aja sih kalo kesini sendirian.” tutur Jenaya.

“Ah oke, gapapa ada gue disini. jadi ga bakal ada yang berani macem-macem ke lo.” ujar Jean. satu tangannya terangkat untuk mengusap kepala gadis cantik itu. Tanpa memikirkan perasaan Jenaya yang sudah campur aduk.

“Cantik.”

Kepala Jenaya terangkat setelah gumaman kecil itu menyapa indera pendengarannya. Maniknya membulat lucu dengan mata yang berkedip-kedip, ia menatap lurus ke arah sang pemuda berdarah Amerika tersebut.

“Hum? Kamu bilang apa?”

Jean mendekatkan kepalanya ke samping kepala Jenaya, lalu berbisik lirih, “Lo cantik, such a pretty girl i've ever seen.”

Sontak Jenaya mendorong bahu Jean untuk menjauh, “Males ah, niat baperin kan?” Tuduhnya sambil menjauhkan kepala dari Jeandra.

“Mana ada? Gue serius..” Setelah menggumamkan itu, Tiba-tiba dirinya lemas dan terjatuh di paha Jenaya membuat gadis itu tersentak.

Wish I Knew || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang