01 - Dijodohin?

6 1 0
                                    

Di rumah mewah nan megah bergaya Eropa modern, Arkhanio sedang duduk menonton televisi di ruang keluarga seraya memakan cemilan yang ada di atas
meja. Sesekali ia melirik orangtuanya yang terus memperhatikannya dengan tatapan serius nan tajam.

Ayah sama Bunda kenapa? Batin Nio berbicara.

Tak mau ambil pusing, Arkhanio masih asik memandang layar televisinya. Sampai akhirnya, Farhan Ardeontara—ayah Nio dan Maia—ibunda Nio mulai berbicara.

"Nio..," panggil Maia pada anaknya.

Arkhanio pun menoleh. Cowok murah senyum itu langsung meletakkan kembali toples cemilan nya di atas meja lalu mulai duduk dengan tegap ketika melihat ekspresi serius dari kedua orangtuanya. Ia tau jika kedua orangtuanya akan membicarakan hal serius kepada dirinya.

Mau ngomong apaan sih? Batin Nio lagi.

"Ayah mau ngomong sebentar bolehkan, Nio?" Tanya Farhan kepada anak lelakinya itu.

Arkhanio mengangguk mantap. Mendadak suasana hening sejenak membuat Nio merasa jantungnya berdetak kencang karena deg-degan takut dengan pembicaraan orangtuanya nanti. Nio rasa, akhir-akhir ini ia belum terlibat tawuran lagi meskipun jika setiap tawuran orangtuanya tidak pernah dipanggil karena Vanostra yang selalu pintar menyembunyikan rahasia-rahasia mereka dari Orangtua dan juga pihak sekolah mereka.

"Ayah, ada apa sih sebenarnya?"

Farhan menatap Maia sejenak sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan pembicaraannya setelah Maia mengangguk menandakan setuju dengan apa yang akan diucapkan oleh Farhan meskipun mereka tak yakin Nio akan setuju dengan ucapan mereka nantinya yang membuat cowok itu terkejut. Tapi, akhirnya Farhan pun tetap melanjutkan pembicaraan nya. Farhan menghela nafasnya.

"Ayah mau menjodohkan kamu dengan anaknya Om Baihaqi, Nio." Ucap Farhan membuat Nio membelalakkan matanya tak percaya sekaligus kaget mendengarnya.

"A-ayah serius?" Ucapnya mengerjapkan matanya beberapa kali seolah masih mencerna apa yang di ucapkan ayahnya tadi. Jujur, Nio merasa seperti bermimpi.

"Ayah serius, Nio," balas Farhan.

Nio menghela nafasnya pasrah. Mau marah pun, dia tidak bisa karena walaupun dia seorang Ketua Geng Motor. Nio sama sekali tidak pernah berbicara dengan nada tinggi pada orangtuanya. Nio tidak ingin menjadi anak durhaka.

"Tapi, kenapa mendadak, Yah?"

Farhan kembali menghela nafasnya. "Ayah harap, setelah kamu mengetahui alasan Om Baihaqi mau menjodohkan anaknya dengan kamu, kamu gak akan menolak perjodohan ini apalagi menerima perjodohan ini hanya karena kasian dengan anaknya itu," jelas Farhan.

"Alasan nya apa, Ayah?"

"Sebelum Ayah kasih tau alasannya sama kamu. Apa kamu bersedia menerima perjodohan ini, Arkhanio?" Tanya Farhan lagi memastikan jawaban anaknya.

Nio menghela nafasnya panjang, "Insyaa Allah, Ayah. Nio bersedia ikhlas lahir batin menerima perjodohan ini. Walaupun nantinya Nio tau alasan Om Baihaqi menjodohkan anak nya dengan Nio, itu murni karena keyakinan Nio sendiri, bukan karena kasihan."

Farhan dan Maia pun tersenyum senang mendengar jawaban lantang yang terucap oleh Nio. Mereka beruntung memiliki anak yang penurut dan berbakti seperti Nio. Dan tidak pernah membantah ucapan mereka.

"Alhamdulillah, nak. Kamu menerima perjodohan ini, Bunda seneng deh dengernya." Ujar Maia.

"Jadi, Om Baihaqi tiba-tiba menjodohkan anak perempuan satu-satunya dengan kamu karena sebuah alasan. Beberapa tahun lalu, Om Baihaqi divonis mengidap gagal ginjal akut stadium akhir. Sebenarnya, anak perempuan nya itu sudah sering menyuruhnya untuk pergi berobat ke luar negeri agar segera mendapat penanganan lebih lanjut dengan fasilitas yang lebih canggih dan lengkap,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARKHANIO [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang