“Hati-hati,” titip Mingi.
And weirdly enough, he kinda genuinely meant it.
Yunho di ambang pintu mengangguk, menepuk pelan celana yang ia kenakan, lalu berjalan meninggalkan rumah. Dengan senyum kecil di wajahnya. Mingi merasa suasana di luar rumah mendadak lebih cerah, seperti Yunho membantu matahari bersinar atau semacamnya.
Rutinitasnya tidak berubah.
Mingi bergumam, memikirkan berbagai kemungkinan akan kegiatan Yunho di hutan dengan dalih mencari makanan. Di samping sifat Yunho yang polos di hadapan Mingi, kecurigaan akan dirinya yang merupakan gembong narkoba masih mengganggu pikiran Mingi, membuatnya ragu untuk mempercayai semua cerita Yunho kemarin malam.
Mingi benar-benar terikat dilema, di satu sisi jika ini akting, akting Yunho sangat meyakinkan. Ramah, polos, baik hati. Setengah hati Mingi ingin mempercayainya.
Tapi logikanya mengelak, itu yang ia inginkan. Mengambil kepercayaanmu dan melanjutkan bisnis narkobanya di bawah hidungmu.
Dalam beberapa menit, Yunho sudah menghilang di balik pepohonan, bersama tas besar di lengan kanannya. Mingi segera berjalan pergi, meninggalkan rumah mengambil jalan berlawanan dengan Yunho.
“Hongjoong masih mengurus hal lain, sebentar lagi akan kemari. Bagaimana hasilnya sejauh ini?” sambut Wooyoung saat Mingi sampai ke sektor. Seonghwa dan Jongho juga ada di sana, mengobrol sambil bertukar pikiran tentang gembong narkoba yang mereka cari sekarang ini. Jika Mingi mencuri dengar, sepertinya tidak banyak perkembangan juga.
Mingi menggeleng, mengedikkan bahu sedikit kesal lalu mengempaskan tubuhnya ke atas kursi. “Tidak ada. Aku sudah mengobrak-abrik semuanya, dan tetap tidak menemukan apa-apa.”
“Mungkin waktu itu hanya kebetulan saja dia lewat. Bahwa sebenarnya dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan gudang narkoba yang kita temukan,” ungkap Seonghwa. Selama bertahun-tahun bekerja, ia paham betul seberapa teliti Mingi dalam mencari sesuatu. Dan jika ia memang tidak menemukan apa-apa, Seonghwa lebih yakin bahwa memang tidak ada apa-apa di sana. Termasuk dalam kasus Yunho saat ini.
Lagi pula jika ia memang menyembunyikan sesuatu, bukankah seharusnya ia sudah kabur sejak lama? Kenapa harus bersusah payah berpura-pura? Namun memang di sisi lain posisi pemuda itu ketika terjadi penyergapan terlalu sempurna untuk sekadar lewat, seakan ia memang sedang memperhatikan dari kejauhan.
“Aku bisa membantumu menggeledah,” tawar Jongho. Bukan ide buruk, bukan juga ide brilian.
Tapi Mingi pikir akan mencurigakan jika ada dua agen di satu tempat yang sama. Tentu Jongho bisa saja menyelinap, tapi terdengar lebih mencurigakan lagi sesungguhnya.
“Tidak perlu,” tolak Mingi, “Lagi pula Hongjoong pasti membutuhkanmu untuk hal lain.” Ia tahu akan bagaimana jadinya jika melibatkan Jongho dalam penyelidikan. Pemuda yang lebih muda dua tahun darinya ini memiliki temperamen yang sangat buruk. Bukan keputusan yang bagus mengajaknya menyelidiki diam-diam, ketika kebiasaannya adalah mendobrak dan merusak segalanya tanpa peduli seberapa besar dampak buruk nantinya.
Menunggu Hongjoong, Mingi menyempatkan waktu menyantap seporsi ayam panggang lengkap dengan makanan penutup dan minuman. Dua hari memakan makanan sederhana di rumah Yunho membuat makanannya kali ini terkesan mewah. Setengah hati Mingi jadi ingin membawakan makanan mewah ini untuk pemuda itu. Bahkan jika pemuda itu memang bandar narkoba yang dicarinya yang sedang menyamar. Akting memakan makanan sederhananya sangat meyakinkan, Mingi jadi sedikit kasihan.
Hongjoong baru sampai sekitar satu jam setelah Mingi tiba. Ia langsung bertanya tentang laporan Mingi. Sama seperti yang lain, Hongjoong menampilkan raut kecewa. Hanya tidak terlalu kentara, ketika Mingi memberikan ponsel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sector 1 ⚖ YunGi [⏹]
Fiksi PenggemarMingi seorang agen badan intelijen yang berada dalam misi pencarian gembong narkoba, dipertemukan dengan Yunho yang tinggal di dekat gudang narkoba yang ditemukan di dalam hutan. Sector 1 tempat Mingi bertugas juga berada di dalam hutan yang sama ©2...