Bab 29 (end)

12.4K 802 129
                                    

*di vote dulu yak....

.

.

.

"Gimana dok keadaan istri saya??"

Mas Raka emot batu, Dokternya makin emot batu.

Tapi beneran loh, semenjak mas Raka muntah-muntah tadi siang, Wildan langsung bawa mas Raka ke dokter kandungan. Di USG, dan yang muncul cuma organ dalam nya mas Raka.

Mas Raka aslinya udah malu berat pengen buang ini anak kecil kekar kumisan ini ke parit. Tapi ya mau gimana lagi, semua kuasa sekarang berada di tangan nya Wildan.

Tadi juga gitu, di ruang tunggu aja mereka jadi pusat perhatian. Kek orang-orang tuh pada bilang, "ini kenapa dia batang pada kesini dah?"

Terus ada lagi tuh yang bilang, "kalo mereka kek pasangan suami istri, yang jadi istri nya siapa yak?"

Pokoknya gitu terus. Wildan tetap memperlakukan mas Raka se-istimewa mungkin. Walaupun kerap kali mas Raka harus menanggung malu karena Wildan perhatiannya ke mas Raka like a queen gak tau tempat.

Bu dokternya menghela napas. Capek aslinya ketemu orang random kek gini. Tapi ya udah karena emang kerjaan dia jadi tetep aja disambut baik.

"Anaknya sehat kok mas!"

Buset bu dokternya ikutan sinting. Mas Raka usap muka gak percaya aja beliau malah ngedukung pemikiran gila Wildan.

"Asiiiiiikkk.... " Wildan sambil tepuk tangan. "Anaknya cowok apa cewek buk?"

Buk. Dikata jual nasi uduk apa. Bu dokter nya emot batu lagi, menghela napas lagi, dan berusaha tetap tegar ngadepin Wildan.

Untung ganteng, jadi bu dokter nya masih kuat iman.

"Campur pak. Kembar sepuluh malah!"

"Haduuuuhhh!!" Mas Raka makin frustasi.

Dan seperti biasa, Wildan justru makin girang. Bahkan selepas pergi dari dokter kandungan itu, Wildan langsung pergi ke toko perlengkapan bayi. Milih milih semua kebutuhan bayi yang bagus padahal mas Raka cuma masuk angin.

"Naaah ini bagus nih." Wildan masukin bantal bayi ke troli.

Sementara mas Raka, dia ngikutin di belakang sambil berkacak pinggang. Gak abis pikir sama Wildan yang randomnya kelewat batas normal.

Wildan jalan lagi. "Eh sayang, kesini. Bumil gak boleh jauh jauh sama ayah sini!" Dan Wildan nyamperin mas Raka lalu di gandeng tangannya. Diajak jalan bareng.

Karena keadaan tokonya masih rame, dan mereka dijadikan bahan tontonan mbak mbak penggila BL, mas Raka lambat laun mulai risih.

Dengan berat hati, dia lepaskan rangkulan tangan Wildan.

"Kenapa mas? Ayo abis ini kita cari popok."

"Cil."

"Em. Kenapa?"

"Lu tuh yang kenapa?" sedikit meninggikan nada suara, mas Raka mulai stress.

Sadar sama mas Raka yang mulai nunjukin perbedaan sikap, Wildan ngasih semua atensinya ke mas Raka.

"Gue tuh cuma masuk angin. Gue cowo dan gue masih manusia normal yang mana gue gak punya rahim. Udah deh, lu tuh kenapa buang buang duit cuma buat beli barang kek gini?" Mas Raka mulai gemes sama bantal bayi itu lalu di lempar lagi ke troli.

Tapi semakin kesini, Wildan aslinya semakin menunjukkan sifat dewasa yang aslinya mas Raka aja gak tau. Jadi bukan kaya dulu lagi Wildan bakalan labil dan bisa bisa ikutan ngambek, sekarang Wildan merespon ke mas Raka dengan hati dingin dan senyum manis ke pasangannya itu.

WILDAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang