Laboratorium Pusat

68 15 24
                                    

Baca pelan-pelan dan nikmati alurnya.. ^^

.

10 Mei 2222
Kota Midastrima, Provinsi Irsia


Langit temaram yang kelabu masih dihiasi sekelompok burung-burung kecil yang beterbangan. Mengiringi tangis dan nestapa pada ratusan ribu nyawa yang melayang. Jeritan menggema. Duka dan kehilangan mengantar jiwa-jiwa yang masih bernapas pada keputus-asaan.

Dunia telah porak-poranda untuk waktu yang lama. Bangkai besi menggunung disertai aroma amis yang busuk dan memenuhi udara. Suhu setelah bencana gelombang mereda mencapai 59℃elcius. Terasa membakar kulit hingga ke tulang.

Bayangan musim semi yang indah telah sirna, digantikan oleh badai panas yang terjadi hingga akhir April sebelum akhirnya, rintik salju berguguran lembut dari langit pada awal Mei kemarin.

Siapa yang akan menyangka, teknologi adidaya yang menjadi andalan dan kebanggaan Manusia di Hiddenland kini telah lebur dan hanya menjadi onggokan rongsok tak berguna. Mungkin hanya segelintir saja yang masih berfungsi dengan baik, itu pun tidak bisa bekerja dengan maksimal.

Theressa masih bergeming pada pembaringannya di atap dalam keadaan tak sadarkan diri. Kulitnya yang berdebu kini tertutup salju selama berhari-hari. Udara menurun drastis hingga di bawah titik beku. Tak ada yang tahu bahwa ia terbaring lama di sana setelah mengalami rasa sakit yang amat menyiksa.

Sekumpulan bola Drone melayang-layang di udara untuk mengamati keadaan sekitar setelah badai panas mereda. Drone itu berasal dari bunker ICL—Irsia Central Laboratory di bawah tanah—salah satu tempat yang masih memepertahankan teknologi canggihnya, terutama teknologi penelitian, sains dan medis.

"Pak Kepala, sepertinya saya melihat mayat yang kondisinya masih bagus. Perlu kita cek?" ujar pemuda berusia 20 tahun. Dia adalah Stevan Cattegirn, asisten kepala laboratorium.

Salah satu bola Drone memutari tubuh Theressa dengan kamera pengamat yang bisa dilihat melalui banyak jendela Virtual di bunker bawah tanah tersebut. Salju yang menutupi tubuh itu beterbangan oleh embusan angin yang menguar pada corong yang memanjang dari salah satu benda bulat bersayap yang melayang-layang itu.

Pria berambut Karamel itu diam sejenak. Dia adalah Edmund Ludwig, kepala laboratorium yang dikenal jenius. Usianya kini menginjak 27 tahun. "Coba amati lebih dekat."

Bola Drone mulai melakukan aktivitas tambahan berkat kontrol dari jarak jauh. Corong yang sebelumnya mengeluarkan udara kini terlipat masuk. Sensor pada kameranya telah diaktifkan hingga menghasilkan data-data mengenai kondisi tubuh itu.

"Aku tak melihat adanya pembusukan. Seharusnya tubuhnya sudah sedikit hancur setelah terkena badai panas sebelum akhirnya membeku." Bella Addison berkata.

Ia adalah salah satu petugas lab di bidang Anatomi dan ahli bedah yang biasa mengecek kondisi fisik para spesimen yang diteliti.

"Oww! Tunggu sebentar!" Bella mengontrol Drone agar lebih dekat mengamati wajah si mayat. "Bukankah ini...Nona Libert?"

"Maksudmu...anak Pak Perdana Menteri?" sahut Stevan bertanya.

Bella mengangguk, menatap layar di depannya. Kali ini mengecek lebih detail. "Tidak salah lagi. Dia Theressa, putri Tuan Libert."

"Jadi bagaimana? Apa kita harus mengambil DNA-nya untuk diteliti? Atau biarkan saja?" Stevan bertanya lagi.

"Ijinkan saya mengeceknya, Pak. Mungkin saja dia masih hidup," pinta gadis berambut pirang ikal sebahu itu.

"Astaga, Bella. Yang benar saja! Mana mungkin dia masih hidup setelah berbulan-bulan seperti itu?" Stevan menghela frustrasi menghadapi sikap rekannya. "Pak, saya sarankan—."

Taurus : Defence From The DestructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang