"𝐀𝐤𝐮 𝐫𝐚𝐠𝐮 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐠𝐚𝐥, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭𝐤𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚."
**✿❀ 𝑅𝑢𝑠𝑘𝑖𝑦 𝐴𝑙𝑒𝑥𝑎𝑛𝑑𝑒𝑟❀✿**Tidak terasa, malam pun tiba menutup segala keributan dan keras nya hidup yang terjadi hari ini. Seolah olah menyuruh semua makhluk untuk beristirahat dari segala aktivitas. Namun, tidak untuk Ruskiy. Dia masih duduk termenung dengan siku yang menempel di celah jendela. Netra nya begitu serius mengamati kelap kelip bintang dan gelapnya angkasa. Seperti sedang membayangkan sesuatu.
"Bisakah aku menerimanya? Atau jangan? Apa reputasi ku tak akan terganggu?"
Disaat pikirannya itu sedang ramai dengan pertanyaan, ponselnya berdering dan memecah keheningan di kamar asrama nya. Tampak juga foto dan nama seseorang di layar benda itu.
Ya, nama orang itu adalah Bela.
Ruskiy segera membalas panggilan itu. "Hai, Bela. Ada apa?"
"Rus, aku ingin bicara denganmu..." ujar Bela singkat.
"Bicara? Tentang masalah apa?"
"Organisasi yang akan kita bentuk. Dimana visi nya adalah menentang segala kediktatoran yang diciptakan oleh Eric. Apakah kau akan ikut dalam misi ini?" jelas Bela sedikit membuka ingatan Ruskiy mengenai kejadian terbakarnya Margheta Factory beberapa jam lalu.
"Entahlah, Bela. Aku masih bingung," walaupun Ruskiy sudah diberi dukungan oleh sang ayah, tetapi ia ingin menunjukkan pada Bela bahwa dia tidak menerima kesempatan itu begitu saja.
"Jangan takut. Semua sudah ku perhitungkan. Bahkan tugas kuliah pun ku pastikan tidak akan mengganggu itu!" bujuk gadis itu. Niatnya mengajak Ruskiy bergabung bagaikan perintah seorang ibu.
"Akan ku pertimbangkan lagi." tegas remaja itu lalu menekan tombol merah yang ada di ponselnya. Sambungan pun seketika terputus.
"Baiklah, Bela. Kau memaksaku untuk mencari tahu. Kau tahu, aku tidak akan menerima apapun sebelum aku benar benar tahu mengapa aku harus melakukannya!" pikirnya membela penolakannya.
Matanya pun melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul delapan malam. Otaknya memutar ingatan, dan dia pun menyadari bahwa masih ada waktu untuk mengerjakan proyek makalah miliknya yang belum selesai.
Saat ia ingin membuka aplikasi Microsoft Word di laptopnya, tampak benda bulat yang dengan lihainya bergerak lurus lalu menembus pertahanan kaca yang rapuh. Suara dari pergerakannya pun terekam begitu menusuk di pendengaran Ruskiy. Tak sampai satu detik, dia menoleh ke arah yang menurutnya adalah asal dari bunyi mengganggu itu.
"Siapa yang bermain main dengan ini, hah? Ini sudah malam, teman teman!" celetuknya kasar. Perasaan remaja itu bisa saja hancur jika kedamaian yang dia perlukan dirusak seseorang.
Berat sekali rasanya saat Ruskiy mencoba melangkahkan kakinya untuk keluar di malam hari, terutama saat otaknya penuh dengan segala keributan yang menimpa kehidupannya. Saat ia membuka pintu kamar, ada sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruskiy In Revolution Action
ActionIkut dalam kegiatan revolusi negara bukanlah keinginan murni Ruskiy Alexander. Itu adalah pesan dari sang ayah, yang amat ia benci. Tetapi, kekesalan dan kebencian itu menuntun Ruskiy melewati perjalanan baru. Ia diberi kesempatan untuk bergabung m...