𝚁𝚎𝚟𝚘𝚕𝚞𝚝𝚒𝚘𝚗 𝟷: 𝚁𝚞𝚜𝚔𝚒𝚢'𝚜 𝚏𝚒𝚛𝚜𝚝 𝚌𝚑𝚊𝚗𝚌𝚎

30 7 1
                                    

"Ingatlah. Berani merubah karena benar, Ruskiy. Jangan biarkan diktator seperti Eric menguasai Federasi Bumi kita yang hebat ini. Kau harus bertindak!"

Begitulah isi dari sebuah surat yang dikirimkan kepada Ruskiy dari pedesaan. Sebetulnya, ia masih tak paham dengan perkataan sang ayah. Apakah benar presiden baru negaranya adalah diktator? Dia merasa tidak setuju dengan hal itu.

Merasa terbebani dengan pikirannya sendiri, remaja itu pergi keluar dari asrama kuliahnya untuk hanya sekedar berjalan jalan mencari udara segar. Sejak acara pergantian presiden dua minggu lalu, ayah Ruskiy seperti tak ada lelahnya mengingatkan sang anak untuk segera melakukan perubahan terhadap negaranya.

"Huh, apakah Pak Eric sekejam itu? Atau ayah saja yang terobsesi dengan presiden kita yang dulu? Sudahlah, ayah itu sudah tua. Wajar jika dia bertingkah laku seperti anak kecil!" Ruskiy melampiaskan kekesalannya dalam perjalanan. Ia tampak sudah muak dengan sang ayah yang terus menerus mengirimkan surat berisi sama setiap hari.

Dengan mempercepat langkahnya dan alis mata yang terangkat tanda kesal, ia menuju supermarket bertujuan untuk memperbaiki perasaannya.

Di tengah perjalanan, sebuah kabut asap terlihat di atas langit. Ia tampak menghalangi birunya langit di waktu siang ini. Tampak semakin banyak dan semakin menyebar, Ruskiy takut jika itu terjadi di sekitar supermarket favorit nya itu. Kini, ia berlari dengan wajah datar dan hati yang bertanya-tanya.

Begitu sampai, suasana disana ramai sekali bagaikan kemacetan jalan di hari yang sibuk. Banyak warga-warga setempat mengobrol dengan penuh perhatian atas apa yang terjadi. Beberapa orang juga tampak memberhentikan kendaraan mereka dengan ekspresi kaget dan bingung, membuat perjalanan mereka seolah olah terhenti hanya untuk mempertanyakan kejadian ini.

Pada awalnya, Ruskiy hanya penasaran. Tetapi, saat kembali memfokuskan netranya ia pun tersadar dengan apa yang terjadi.

"Bukankah ini Margetha Factory? Pabrik yang menyuplai pasokan bahan pangan Newrath City?" tanya remaja itu dalam hati.

Ia pun mencoba melihat sekali lagi.

"Ya ampun, itu benar! Pabrik itu terbakar!" celetuknya sembari refleks memegang kepalanya. Matanya tampak membulat sempurna bagaikan baru saja melupakan sesuatu.

"Ruskiy! Kemari!" panggil seseorang yang terdengar tak jauh dari tempatnya saat ini.

Rupanya itu adalah suara Bela dan Rasya, dua temannya di kampus. Dengan cepat Ruskiy menghampiri mereka berdua.

"Ada apa?"

"Para demonstran pro-Eric membakar pabrik ini!" jelas Rasya begitu antusias mengatakannya.

"Iya, itu benar. Mereka mendapat propaganda sialan lagi!" umpat Bela tampak ingin menahan emosinya.

"Apakah ada kaitannya dengan tindakan mereka yang sekarang membakar Margheta Factory?" tanya Ruskiy tampak serius menanggapinya. Itu terlihat dari tatapannya yang tegak mengarah kepada kedua lawan bicaranya.

"Eric si presiden bodoh itu dalangnya! Dia mengatakan pabrik ayahku ini memproduksi makanan-makanan beracun. Tapi, mereka malah mempercayainya!" Rasya meninggikan suaranya. Alisnya mengarah ke bawah dan tangan kiri nya menujuk-nunjuk ke samping.

Ruskiy In Revolution ActionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang