*𝐁𝐚𝐛 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐝𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚(𝐏𝐎𝐕 𝟏). 𝐇𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐦𝐚𝐤 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐛𝐚𝐢𝐤, 𝐲𝐚^^
◦•●◉✿ 𝑅𝑒𝑣𝑜𝑙𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 4 ✿◉●•◦"A..., apa? Ayah masuk rumah sakit?" Seketika, netra biru Ruskiy membulat sempurna. Tidak ada yang salah ataupun benar dari pernyataan itu, tetapi tetap saja berhasil membuat batinnya gemetar sekaligus tak tenang.
Fietcha tak menjawab apapun. Tanpa berlama lama lagi, ia melangkah cepat meninggalkan kamar. Masih terbayang akan masa lalu kelam itu, Ruskiy mengejarnya tanpa berpikir lagi.
"Ibu, biarkan aku ikut, bu!" pinta Ruskiy sambil berlari mengikuti wanita itu. Tangannya berusaha menggenggam erat lengan baju sang ibu.
Mereka pun melangkah kecil perlahan menuju pintu keluar asrama. Fietcha pun berkata, "ini sudah malam! Kau lebih baik beristirahat!" tegasnya memadatkan penolakannya.
Ruskiy teringat saat ibunya mengatakan hal yang sama ketika perempuan berambut merah itu mencoba menghilang dari kehidupannya beberapa tahun lalu. Sulit bagi dirinya untuk menerima nasib yang sama lagi. "Aku berhak tahu keadaan ayah juga. Aku gak mau ibu ninggalin aku lagi kayak dulu!"
Fietcha berhenti. Ia memutar ingatannya lagi. Apakah kepergiannya dahulu benar benar berpengaruh terhadap bagaimana sang anak akan memperlakukannya?
"Ibu, tolong. Izinin aku ikut..." Ruskiy bersungguh sungguh dengan berharap Fietcha akan menurutinya.
"Kayaknya, dulu aku keterlaluan banget ninggalin Ruskiy. Kasihan kalau aku tinggalin dia lagi, yaudah deh aku izinin aja," renung Fietcha dalam hati.
"Baiklah, Rus. Kau boleh ikut. Tapi, minta izin dulu," kata Fietcha mengungkapkan renungan nya tadi.
"Baik bu. Aku ngisi surat izin dulu nanti, " jawab Ruskiy lalu pergi mencari pengurus asmara.
Sementara itu, Fietcha merasa dirinya begitu aneh. Setelah dahulu, dirinya meninggalkan Ruskiy tanpa kabar. Dia sangat merindukan anak itu, tapi setelahnya ia harus pamit lagi dengan cara serupa. Apakah itu yang disebut sebagai relasi ibu dan anak? Pergi, datang, setelah itu pergi lagi?
Setelah mengurusi surat izin keluar asrama, mereka pun berangkat menggunakan mobil yang sudah Fietcha bawa. Dalam ruangan yang terbatas itu, mereka sempat membicarakan kembali topik-topik yang sudah sempat dibahas beberapa waktu lalu.
"Rus, ibu mau nanya. Kenapa kamu kelihatan ragu banget buat ikut organisasi itu?" tanya Fietcha di tengah tengah fokus dirinya menyetir.
Hawa dingin pun berlalu lalang melewati mobil hitam yang mereka tumpangi. Suara keributan dari luar juga terdengar mengetuk-ngetuk luar kendaraan itu. Terdengar samar, tetapi juga jelas. Mereka tampak ingin menutupi diamnya Ruskiy dan keheningan yang telah tercipta akibatnya.
"Mengapa diam saja? Ibu kan udah bilang, jangan takut ngomong jujur," Fietcha sedikit mengungkit perkataan dirinya sebelumnya.
Ruskiy masih diam, tidak berkata apapun. Hanya mata yang sibuk menatap kaca dan bibir yang tertutup rapat saja yang ia lontarkan pada sang ibu.
Fietcha menghela napas, "Nak, kalau kamu gak bisa ngungkapin karena perlakukan ibu waktu dulu, maafin ibu ya," pesannya pada anak itu.
POV 1: Ruskiy
Aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku masih membutuhkan keberadaan cinta pertamaku di dalam kehidupan ku yang masih sebutir pasir. Ayahku begitu sibuk dengan pekerjaannya, kami berdua dianggap angin. Awalnya, aku dan ibuku masih mencoba sabar dari sikap cuek ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruskiy In Revolution Action
ActionIkut dalam kegiatan revolusi negara bukanlah keinginan murni Ruskiy Alexander. Itu adalah pesan dari sang ayah, yang amat ia benci. Tetapi, kekesalan dan kebencian itu menuntun Ruskiy melewati perjalanan baru. Ia diberi kesempatan untuk bergabung m...