Di stasiun kereta kota Hilir, terdapat beberapa orang sedang berlalu-lalang menunggu kereta mereka tiba. Hari sudah sore sehingga stasiun tidak terlalu ramai oleh hiruk-pikuk manusia.
Dari jauh, terlihat sebuah kereta melaju perlahan mendekati stasiun bersamaan dengan suara pengumuman dari pengeras suara.
"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, sebentar lagi kereta akan tiba di stasiun. Tolong berdiri di belakang garis kuning untuk menghindari terjadinya kecelakaan."
Seorang pria muda berambut hitam dengan streak berwarna putih berdiri dari tempat duduk diikuti oleh kedua anak dan sebuah robot bulat berwarna merahnya. Anak kembar beda gender itu mengikuti ayahnya mendekati kereta yang baru saja berhenti.
"Boboiboy, Naurah, jaga diri kalian, ya. Jangan lupa juga untuk saling tolong menolong dan melindungi," ucap pria itu, Amato, sambil mengusap kedua kepala anak kembarnya.
"Baik ayah," jawab kedua anak kembar itu. Si anak laki-laki bertopi orange dinosaurus, si kakak—Boboiboy, tersenyum memandang ayah mereka, sedangkan si anak perempuan berjilbab merah, si adik—Naurah, bertanya ke ayah mereka, "Ayah, kapan Ayah akan pulang?"
"Ayah tidak tahu. Tapi, Ayah akan berusaha untuk cepat pulang," jawab Amato.
"Cepat pulang, ya, Ayah!" ucap Boboiboy sambil memeluk erat Amato.
"Iya. Aku dan Boboiboy akan merindukan Ayah," tambah Naurah, kemudian mengikuti abangnya memeluk ayah mereka.
"Ayah juga akan selalu merindukan kalian." Amato tersenyum sambil memeluk balik si kembar.
Sejujurnya, ia merasa sangat berat melepas kedua anaknya untuk menjelajahi dunia luar tanpa pengawasannya. Namun ia tidak memiliki pilihan lain. Tuntutan pekerjaan yang cukup berbahaya membuat Amato harus memisahkan diri dengan anak-anaknya agar mereka selamat dan hidup dengan damai.
"Berdikari ya. Jangan menyusahkan Tok Aba," pesan Amato yang diberi anggukan tanda mengerti dari Boboiboy dan Naurah.
Kedua anak itu lalu menoleh ke robot bulat berwarna merah–sebuah power sphera milik ayah mereka, untuk mengucapkan salam.
"Mechabot, jaga Ayah baik-baik, ya!" pesan Boboiboy.
"Iya. Jangan berkelahi terus dengan Ayah," tambah Naurah.
"Haih, Ayah kalian itulah yang selalu mencari masalah denganku," jawab Mechabot dengan ketus.
"Sejak kapan? Kau yang sering tidak mendengarkan ucapanku!" balas Amato yang tidak terima dituduh oleh power sphera-nya.
Boboiboy dan Naurah hanya tertawa melihat Amato dan Mechabot yang mulai berdebat untuk yang kesekian kali. Mereka sudah terbiasa melihat pertengkaran itu, seperti makanan sehari-hari.
Orang-orang mengenal Amato sebagai orang yang berwibawa dan contoh teladan. Namun, mereka tidak melihat sisi Amato yang jahil dan sedikit kekanak-kanakan. Sifat itu sering bertabrakan dengan sifat Mechabot yang terkadang nakal dan keras kepala. Setiap hari pasti ada saja ulah mereka.
"Terserah kau saja," ucap Mechabot, tidak ingin berdebat lebih jauh dengan tuannya. Ia lebih memilih untuk mengucapkan salam perpisahan ke Boboiboy dan Naurah.
"Selamat tinggal. Jangan nakal-nakal."
"Iya. Nanti kita main mechanize-mechanize lagi, ya!"
Baru saja Naurah akan mengatakan sesuatu pada Mechabot, suara pengumuman menghentikan aksinya.
"Kereta akan berangkat sebentar lagi. CEPAT NAIK! Kalau tidak? TINGGAL!"
"Eh, kejap la. Kitorang masih nak ucap bye bye ni," cibir Naurah sambil menatap kesal ke pengeras suara.
"Takde kejap kejap. Kereta akan berangkat sebentar lagi. Jauh perjalanan tau,"
"Aik? Dia boleh jawab cakapan Naurah?"
"Mesti la boleh. Dah, cepat naik!"
Boboiboy lagi-lagi tertawa, kali ini karena adu mulut antara adiknya dan petugas stasiun yang membacakan pengumuman. Amato juga tersenyum geli melihat kelakuan anak perempuannya.
Tidak ingin meneruskan adu mulut, Naurah memilih untuk berpamitan ke Amato. Begitu juga dengan Boboiboy. Mereka mengulurkan tangan ke Amato dan saling bergantian salim ke ayah mereka.
"Sampai jumpa, anak Ayah."
"Bye Ayah. Assalammualaikum," ucap si kembar bersamaan.
"Waalaikumsalam," jawab Amato sambil mengusap pipi Boboiboy lalu berpindah mencium pucuk kepala anak perempuannya.
Boboiboy dan Naurah berlari kecil menuju kereta mereka. Sebelum masuk, mereka berhenti tepat di depan pintu masuk kereta untuk melambai ke ayah mereka. Momen itu di potret oleh Mechabot sebagai kenangan.
Melihat anak-anaknya yang mulai menjauh, membuat Amato merasa sedih. Padahal rasanya baru saja ia menggendong tubuh mungil si kembar itu di kedua tangannya. Sekarang mereka sudah bisa berlari sendiri untuk melakukan petualangan melihat semua sisi dunia.
Tidak berbeda dengan Mechabot. Kalau dia bisa menangis, wajahnya pasti sudah berantakan dengan air mata. Mechabot adalah salah satu saksi yang melihat tumbuh kembang Oboi dan Nora. Sejak dari bayi itu lahir, Mechabot selalu menolong tuannya untuk menjaga para kurcaci dino itu. Rasa sayang dan protektif tumbuh, dia tidak ingin anak-anak itu terluka.
Begitu Boboiboy dan Naurah masuk ke dalam kereta, kereta itu mulai bergerak menjauhi stasiun. Amato menatap kepergian kereta itu hingga kereta itu hilang dari jarak pandangannya. Ia berdoa untuk kebaikan kedua anaknya.
'Selamat tinggal, anak Ayah. Selamat menjelajahi dunia dengan mata kalian sendiri.'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
—to be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Naurah: The Elemental Hero's Sister (Boboiboy Fanfiction)
Teen FictionIni adalah cerita tentang Boboiboy, pahlawan dengan kekuatan elemental, dari sudut pandang adik kembarnya, Naurah. Boboiboy dan Naurah pergi ke rumah kakek mereka, Tok Aba, di Pulau Rintis untuk menghabiskan masa libur sekolah. Mereka tidak menyangk...