Hai.
***
Alara menjambak rambut frustasi saat Daffa berulang kali menggelengkan kepala seraya berkata 'tidak'. Jam istirahat telah dimulai sejak lima belas menit lalu saat dia dan Daffa memutuskan untuk duduk di pinggir lapangan yang berhadapan langsung dengan lorong-lorong sekolah.
"Daf, sumpah deh! Lo tuh jangan milih-milih dong. Yang gue pilih tadi tuh udah masuk kriteria Lo banget, asu!" Alara setengah berteriak saat berbicara pada Daffa, matanya melebar seakan gemes ingin keluar dari tempatnya.
"Masuk kriteria mana bego! Orang yang Lo tunjuk itu rata-rata slay semua. Gue kan maunya yang Maco."
Oke, ini mungkin sedikit tidak masuk akal. Perempuan gila mana yang rela mencarikan teman laki-laki nya seseorang yang satu jenis dengannya untuk disukai. Lebih gampangnya, mencarikan seorang laki-laki yang memiliki kriteria idaman untuk disukai oleh laki-laki. Mengerti kan?
"Udah gue bilang kan, di sekolah tuh gak ada yang masuk kriteria gue." Daffa berkata santai disaat Alara hampir mencekek leher temannya sendiri akibat frustasi.
"Plis deh Daf, ya masa Lo harus suka sama ... Bang Alvin, sih?" Alara memelankan suara saat menyebut nama Alvin.
"Emang Napa sih? Emang kenapa kalo gue suka sama Bang Alvin?" Daffa membalikkan badan menghadap Alara.
"Lo serius, gak ada yang lain selain bang Alvin? Kalian ini tinggal di lingkungan yang sama lho."
"Serius lah, emang kenapa kalo kita tinggal di lingkungan yang sama? Perasaan suka tuh gak bisa di kontrol, Ala. Sama kayak perasaan gue sama Bang Alvin, yang gak bisa di kontrol."
Alara sedikit merasa jijik saat Daffa berbicara serius mengenai perasaannya terhadap Bang Alvin. Ya masalahnya, perasaan Lo tuh enggak wajah bego. Ingin rasanya Alara berkata seperti itu pada Daffa, hanya saja dia urungkan sebab takut melukai perasaan Lelaki itu.
"Hah! Gue ada satu lagi, kandidat yang menurut gue cocok banget sama Lo." Alara menjentikkan jarinya.
Kening Daffa bertaut. "Siapa lagi sih? Kalo yang modelan Slay lagi, gue gak mau ya."
Gadis berambut panjang itu menggeleng seraya tersenyum lebar. Akhirnya dia menemukan seseorang yang menurutnya cocok dengan Daffa.
"Orang nya Maco kok. Dia ada rumor, katanya dia juga penyuka sesama jenis." Alara mendorong tubuhnya untuk mendekat pada Daffa lalu berbisik pada lelaki itu.
Daffa menyipitkan mata, agak tersinggung ketika Alara menyebut Penyuka sesama jenis. Meski begitu, ia berusaha mendengar baik-baik apa yang Alara bisikkan padanya.
"Namanya tuh Delon, mustahil Lo gak kenal sama yang satu ini." Alara menjauhkan tubuhnya dari Daffa. Perempuan berambut panjang itu menarik kedua sudut bibirnya saat melihat ekspresi tertarik Daffa.
"Oh, Delon yang itu ya?" Kebetulan orangnya lewat, jadi Daffa menunjuknya. "Emang dia beneran belok?"
Senyum lebar Alara jadi luntur, dia jadi berpikir keras akan pertanyaan Daffa. Iya juga sih, inikan hanya rumor. Bagaimana jika rumor itu nyatanya palsu? Tapi Delon tidak pernah terlihat dekat dengan seorang perempuan. Lho, emang nya kalo gak Deket sama perempuan itu berarti belok ya?
"Sabodo teuing, nanti gue bantu deh Daf. Intinya perasaan Lo ilangin dulu. Gak sanggup gue kalo Lo harus suka sama Bang Alvin." Alara menyeruput pop ice miliknya yang sudah tawar akibat terlalu lama di diamkan.
"La, jadi menurut Lo gue gak pantes gitu suka sama Bang Alvin?"
Alara tersedak. Dia melebarkan mata panik bersamaan dengan tangannya yang melambai di depan dada. "Kagak elah! maksud gue tuh, kan gak lucu nih Lo satu lingkungan terus suka sama Bang Alvin. Kalo orang-orang tau gimana? Lo bisa di benci loh. Paling parah di usir dari sana, gak peduli bapak Lo Pak RT atau bukan." Gue ngomong apasih bangsat, kagak bakal lah si Daffa di usir. Orang bapaknya pak RT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Lie
Novela JuvenilKhadaffa Arashi bukan lah seorang gay dan kenyataan itu hampir membunuh Alara Harumi. Hampir dua tahun Alara berteman dengan Daffa dan dia baru saja mengetahui kebenaran bahwa Daffa tidak pernah memiliki orientasi seksual menyimpang, seperti yang l...