Chap 2- Daily

13 18 20
                                    

"Hah"
Hembusan nafas rain terasa berat, benak nya memikirkan sesuatu

Setelah sampai rumah. Memang rain langsung pergi menuju ranjang kesayangannya.

Memangnya mau kemana lagi? Menghampiri orang tua mungkin? Yang dimana kegiatan sederhana itu memang sangat mudah bagi orang yang beruntung. Tapi tidak bagi rain.

Memang kehidupan rain seperti seorang yang normal. Memiliki sebuah keluarga yang normal. Tapi bagi rain, itu tidaklah sesuatu yang
Sederhana seperti yang orang kira.

Ngomong-ngomong soal istirahat. Yang dilakukan rain bukanlah semata mata istirahat belaka. Dirinya memang seorang siswa di sekolahan negeri. Tapi untuk belajar, yang satu ini rain agak tidak menyukainya. Toh lagi pula dirinya tidak akan kuliah. Pikirnya.

Dan soal hembusan nafas kasar yang rain keluarkan. Itu masih mengganggu fikirannya. Bagaiman tidak? setelah belajar seharian di sekolah sekarang di tambah tugas yang harus di lakukan di rumah dan harus di kumpulkan minggu depan.

Bagi seseorang itu hal yang biasa memang, tapi tidak bagi rain. Satu hal yang di rasakan rain saat ini, cemas hanya itu yang ada dipikirannya. Bagaimana tidak. Sekarang rain harus memikirkan untuk mengikuti atau mencari kelompok untuk tugasnya tersebut.

Bukan maksud bingung untuk memilih kelompok yang harus dia ikuti seperti kebanyakan siswi yang berprestasi maupun mempunyai teman.

Masalah nya rain tidak punya teman. Untuk sekedar mengikuti teman nya kekantin pun rain rasa mereka enggan. Memang selama ini rain mempunyai banyak teman, bahkan dengan siapa pun rain siap berteman.

Tapi masalahnya rumit dan tidak segampang itu.

"Nisa mau gak ya sekelompok dengan ku? ah tapi bukannya dia dengan Devi dan farun".

Bahkan belum apa apa rain sudah frustasi sendiri.

Malam hari telah tiba, cuaca terang benderang sekarang telah usai dan telah di gantikan dengan sebuah malam yang indah dengan ditaburi bulan serta bintang bintang sebagai pelengkap.

"Rai, rain makan nak sudah malam." Ucap seorang pria paruh baya yang merupakan ayahnya.

"Iya pak" ucap rain menjawab

"Bagaimana sekolahnya? Apakah lancar" basa basi sorang ayah yang memulai percakan mulai terdengar.

"Alhamdulillah, lancar yah.." jawab rain di sertai senyum tipis

Yah begitulah percakapan antara rain dengan ayah nya. Hanya sekedar basa basi semata, menurut rain.

Bahkan rain pernah bertanya tanya, mengapa ayahnya tidak pernah memberi perhatian lebih kepada nya? Seperti ayahnya yang memberikan perhatian khusus untuk adik maupun kakaknya. Rain merasa sedikit iri dengan mereka.

Bagaimana tidak merasa terasingkan? Sementara sikap ayah dan ibunya pun selalu sama dan tidak pernah berubah.

"Yah, besok rain mau latihan pmr. Motor nya rain bawa ya? apa tidak apa"

"Yasudah bawa saja" jawab sang ayah.

Rain sedih? oh tentu tidak. Itu sudah biasa bagi rain.

"Apakah ibu hari ini menelfon ayah? Kemaren ibu menelfon ku tapi tidak terangkat karna sedang ada kelas, maaf yah.." terang rain mencari sebuah pembicaraan

"Sudah, dia mungkin merindukan adikmu makannya meneror ayah dengan menelfon terus" terang sang ayah.

Bahu rain merosot lemah. Fikirannya berkelana, berkah ibunya hanya merindukan anak bungsu nya? bagaimana dengan anak keduanya? Apakah ibunya tidak merindukannya? Fikirnya mulai negatif.

Ibu rain memang bekerja jadi _tkw_ diluar negri untuk mencukupi kebutuhannya.

- terimakasih buat kakak² yang sudah membaca cerita ini hehehe;))

It's RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang