Kanala membawa tanaman bunga mawar dan meletakkannya di sebelah Julian yang tengah menanam tanaman hias juga.
Sekolah mengadakan kegiatan menanam yang mengharuskan seluruh murid untuk membawa masing-masing satu tanaman untuk ditanam di taman sekolah yang sehari sebelumnya sudah dibersihkan dari rumput-rumput liar.
Tentu para anggota OSIS harus mencontohkannya terlebih dahulu dengan menjadi yang pertama menanami lahan luas tersebut.
"Itu jangan terlalu deket sama tanaman lain, kasih jarak,"
Kanala mengangkat tangkai bunga mawar itu dan memindahkannya agak jauh dari tanaman yang disebut Julian.
Ia menanam bunga mawar tersebut dengan senyum ceria terpatri di wajahnya. Kanala memang suka tanam-menanam pohon seperti ini.
Setelah selesai menanam tanaman miliknya, baik Kanala maupun anggota OSIS lainnya menjauh dari taman dan mengkondisikan para murid yang hendak menanam.
Banyak jenis tanaman yang dibawa oleh murid, dimulai dari apotek hidup, warung hidup sampai tanaman hias.
Merasakan keringat mengucur di pelipisnya, Kanala hendak mengusapnya menggunakan tangan yang masih berbalut sarung tangan kotor. Julian yang memang di sebelahnya langsung menahan tangan si gadis.
"Tangan lo kotor,"
Kanala mengerjap lalu membuka sarung tangannya, membuangnya ke tempat sampah dan mengelap keringatnya.
Bosan dengan pemandangan siswa siswi yang menanam sambil bercanda, Kanala mengalihkan pandangan dan malah menatap Julian yang mengerutkan alisnya.
Pipi Julian kotor, Kanala tertawa kecil melihatnya.
"Kak, ada noda tanah di pipi lo,"
Julian reflek mengusap pipinya, namun salah bagian. Kanala menunjuk pipi kanannya membuat Julian mengusap pipinya lagi.
Greget karena Julian mengusap bagian yang tidak kotor, Kanala mengulurkan jempolnya membersihkan noda kecil itu di pipi Julian.
Gadis itu tersenyum kemudian pergi karena Ertha memanggilnya untuk membantu menyiram tanaman.
Perlakuan manis Kanala membuat Julian gugup. Namun ia berhasil mengusir pikiran anehnya itu, meyakinkan diri sendiri bahwa sebentar lagi Kanala akan menyebalkan.
"Biasa aja kali ngeliatinnya,"
Jessa terkikik geli melihat Julian yang langsung merubah raut wajahnya dan mengalihkan pandangan dari Kanala yang tengah menyirami tanaman.
Gadis itu menyenggol pelan lengan Julian, "Jangan terlalu kasar sama dia, kasian masih muda udah kena mentalnya gara-gara sering lo marahin,"
Julian menghela nafas, "Kalo dia gak bikin salah gak bakal gue marahin Jes,"
"Itu dia, jangan jadiin kesalahan dia jadi sasaran emosi lo, gitu-gitu dia bertanggung jawab lho,"
Alis Julian mengerut tak suka, "Ngapain lo tiba-tiba muji dia?"
Jessa mengangkat bahunya, dia melirik Kanala sekilas sebelum kembali menatap Julian. "Gue kasian aja, udah di OSIS gaada temen, mau ngakrabin juga agak segan gara-gara sering lo marahin, dia berani ngobrol sama gue sama Ertha juga diem-diem, padahal pas awal-awal dia aktif banget lho nanya-nanya,"
kak julian
| ke ruang osis, jam istirahatKanala mengecek ulang pesan yang dikirim Julian, siapa tahu memang dari grup. Tapi dia tidak salah baca kok, Julian memang mengiriminya pesan pribadi.
Maksudnya apa ya?
Apa ada hal yang ingin dibicarakan Julian padanya tentang kegiatan tadi? Atau memang sengaja dikirim pribadi karena hanya beberapa anggota OSIS yang diminta?
KAMU SEDANG MEMBACA
young luv
Fanfiction[ b a h a s a ] julian said that girl was annoying, but he didn't realize that the more he hate her, the more he can fall into her.