Pelajaran Olahraga adalah pelajaran yang paling ditunggu-tunggu bagi sebagian besar murid, apalagi bila kebagian jam pagi hari. Selain karena jarang atau bahkan hampir tak pernah berkutat dengan buku di kelas yang membosankan, kadang, gurunya juga baik.
Kanala yang baru berganti baju langsung menggandeng Jennifer untuk segera memasuki lapangan. Ia mengerjapkan matanya melihat sekumpulan murid yang tengah berbaris di lapangan, gadis itu menyenggol Jennifer.
"Jen, kita gabung kelas olahraga sama kelas dua belas?"
Sebagai sekretaris kelas, Jennifer tentu tahu jadwal. Jadi tak heran kalau Kanala sampai menanyakan ke Jennifer. Yang ditanya mengangguk, mengiyakan dugaan Kanala.
Sebelumnya kelas Kanala mendapat jam olahraga digabung dengan kelas 11 IPA 2 namun sepertinya terjadi perubahan jadwal yang membuat kelas mereka kini jadi gabung dengan kelas 12.
Netra Kanala menyipit melihat sosok yang ia kenal, berdiri paling depan barisan, sedang mendengarkan sepatah-dua patah kata dari guru olahraga. Mungkin sembari menunggu kelas Kanala bergabung.
Ertha dan Jessa melambaikan tangannya ramah, menyapa Kanala yang sepertinya berusaha mengenali mereka.
Mendapat sapaan tersebut, Kanala reflek tersenyum dan balik menyapa keduanya. Menyadari bahwa Ertha dan Jessa satu kelas dengan Julian, Kanala langsung mengedarkan pandangan mencari ketua OSIS paling galak itu.
"Na, baris depan,"
Karena Kanala cukup pendek, diantara teman-teman perempuannya yang punya tinggi menjulang, gadis itu sering jadi tumbal barisan depan.
"Karena ini minggu pertama kelas dua belas mengikuti pelajaran olahraga, bapak kasih kebebasan aja, kalian pemanasan terlebih dahulu lalu gunakan lapangan untuk berolahraga,"
Banyak anak laki-laki menyarankan pertandingan basket, dan sang guru pelajaran menyetujuinya. Dengan syarat beliau yang jadi wasit.
"Cowoknya dulu, dua belas IPA mau siapa aja?"
Kanala menatap fokus lapangan yang kini hanya diisi para siswa laki-laki, yang perempuan disuruh duduk di pinggir lapangan. Alisnya berkerut karena sinar matahari yang menyilaukan.
"Jul maen Jul!"
"Sakha aja tuh!"
"Halah, si Sakha palingan bisa jejeritan doang, ayo lah!"
Pak Gunawan yang duduk di sebelah Kanala menyeletuk, "Di kelas sebelas IPA satu gak ada yang ikutan eskul basket ya, Kana?"
"Gak ada kayaknya pak, waktu kelas sepuluh saya sama Jennifer ikutan, tapi gak lama hehe,"jawab Kanala.
Guru yang masih terbilang muda itu mengangguk, "Kenapa berhenti? Gak mau ikutan lagi? Eskul basket lagi butuh anggota perempuan lho,"
Kanala cengengesan, "Capek pak hehe, sekarang siapa ketua eskulnya pak? Masih kak Mario?"
Sembari memantau para pemain basket di lapangan, Pak Gunawan memberi anggukan pada pertanyaan Kanala. "Masih, palingan diganti nanti bulan agustusan,"
Interaksi Kanala dengan Pak Gunawan memang sudah tidak asing bagi teman sekelasnya, karena gadis itu memang cukup dekat dengan guru olahraga sejak Kanala menjadi ketua eskul kesenian.
Selain menjadi guru olahraga juga pemegang eskul basket di sekolah, Pak Gunawan juga kerap berkontribusi dalam hal kesenian, membantu Bu Anisa jika pembina eskul itu tengah berhalangan, karena akhir-akhir ini Bu Anisa disibukkan dengan program sekolah yang lain.
Saat tengah memperhatikan teman sekelasnya bermain basket di lapangan sembari sesekali curi pandang ke kakak kelas, Ertha dan Jessa duduk di sebelah Kanala yang juga bersebelahan dengan Pak Gunawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
young luv
Fanfiction[ b a h a s a ] julian said that girl was annoying, but he didn't realize that the more he hate her, the more he can fall into her.