05 - too good to be true

50 16 0
                                    

Sesuai dengan rencana, sepulang sekolah di hari Jum'at para pengurus OSIS sudah berkumpul depan ruang OSIS menunggu Julian karena kunci ruang tersebut ada di dirinya.

Jessa mendengus sebal, diliriknya lagi arloji yang melingkar di tangannya. Sudah lewat sepuluh menit sesuai waktu yang ditetapkan, tapi Julian juga masih belum datang.

Baik dirinya maupun Ertha tak mengetahui keberadaan teman sekelasnya itu. Padahal saat bubar kelas, Julian meninggalkan kelas paling awal dari dua gadis yang sering ngaret itu.

"Lo yakin kak Julian gak nitip pesan apa-apa kak? Siapa tahu kagak jadi,"

Ertha menjawab pertanyaan Kenzo dengan gelengan, seingatnya Julian tak bicara apa-apa tentang pembatalan rencana tadi. Lagipula kalau dibatalkan, Julian pasti mengabari di grup chat.

Netra Jena memandangi satu-persatu pengurus OSIS yang hadir sembari menghitung siapa saja yang belum hadir selain Julian.

Keningnya mengerut menyadari bahwa pengurus OSIS kurang satu orang, ia mencolek lengan Septa yang berdiri di sampingnya.

"Selain kak Julian siapa lagi yang belum hadir?"

Berkat pertanyaan Jena, Septa jadi ikut menghitung orang yang berkumpul depan ruang OSIS. Lama berpikir, sebelum akhirnya ia menyadari bahwa Jessa dan Ertha kekurangan satu anggota.

Cowok itu tertawa kecil, "Jangan-jangan si Juli lagi berduaan sama Kana?"

Jessa mengedarkan pandangannya, "Lah iya, si Kana kemana?"

Entah saking banyaknya orang atau belum terbiasa dengan kehadiran Kanala, semua orang disana baru sadar kalau Kanala juga belum kunjung menampakkan batang hidungnya sejak tadi.

Sejak tadi, mereka hanya fokus menghubungi Julian via chat dan telepon yang tak dapat balasan apapun. Dan mereka tidak ingat untuk menghubungi Kanala juga, siapa tahu mereka sedang bersama?

"Tha, coba telepon Kana, siapa tau lagi sama Julian,"

Ertha mengangguk, kembali merogoh ponsel dalam saku dan mencari kontak Kanala untuk ia hubungi.

"Eh itu Kana sama kak Juli!"seru Ryujin menunjuk dua orang yang berjalan menghampiri mereka.

Ertha langsung membatalkan panggilan, dan mengalihkan pandangan. Menatap curiga pada Kanala yang tengah dipapah Julian.

Yang sedang duduk merasa bosan langsung bangun ketika kedua orang yang ditunggu itu datang.

Dan seperti yang Julian juga Kanala prediksi, mereka langsung menyerbu keduanya dengan berbagai pertanyaan bahkan Julian sampai dapat protes karena telat.

"Kanala kenapa?"

Pertanyaan itu yang paling sering muncul sejak Julian datang dengan Kanala yang ia bantu berjalan.

Cowok itu menunjuk saku almamaternya dengan tatapan, "Buka pintu,"ujarnya.

Septa langsung mengambil kunci di saku Julian dan membuka pintunya, sementara ketua OSIS itu masih memapah Kanala yang meringis setiap kakinya melangkah.

Julian melirik si gadis yang meremat bahunya, "Sakit banget?"

"Kak, gak perlu gue kasih tau aja gue yakin lo udah tau,"dengus Kanala sebal, pasalnya sejak tadi Julian terus menanyakan pertanyaan yang sama.

Julian membantu Kanala duduk dan menyuruh gadis itu meluruskan kakinya sementara ia berlutut di depannya.

Telunjuk Kanala langsung terarah waspada, "Lo mau ngapain?"

Jessa menggernyit heran, "Kanala kenapa Jul?"

"Jatuh di tangga kesenggol orang, kakinya terkilir,"jawab Julian.

young luvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang