Cemas

2 0 0
                                    

"Kapan pun kamu siap" 

ucap seorang pria sambil meletakkan tape recorder didepan seorang wanita paruh baya berumur 42 tahun. Sesekali tangannya terlihat gemetar. Ia terlihat gelisah tentunya apalagi ia diminta mengingat kembali peristiwa yang mengerikan itu. Tidak cuma hanya dia, untuk warga warga Jakarta pastinya.

"Emm...nama saya Amanda Prameswari"

Wanita itu terdiam, seperti sesuatu tersangkut di tenggorokannya. Tangannya kembali bergetar. Ia mengambil segelas air putih yang berada didepannya. 

"Tidak perlu terburu buru Bu Amanda. Just take your time"

Wanita itu melihatku dengan tatapan penuh arti dan tersenyum kecil meskipun tangannya sesekali masih bergetar. Ia menghela napas dan

"saya head of Nurse di RS Medika Nusantara. Saya sudah bekerja disana selama 15 tahun" ia terdiam sebentar untuk menenangkan dirinya kembali 

"saya berada di rumah sakit tepat sebelum kejadian......"

" dan sewaktu saya bersama dengan teman teman sesama perawat..."

.

1 Februari 2007

Amanda, berjalan cepat di koridor rumah sakit sambil dengan ranselnya. Hari itu, rumah sakit tampak lebih hectic dari biasanya. Sudah 4 tahun, beliau menjawab sebagai Kepala bagian Perawat suatu kehormatan bagi dia untuk bisa memiliki karir dan prestasi yang cukup baik. Namun, dibalik itu semua Amanda masih menganggap dirinya belum pantas berada di posisinya, mengingat Kepala bagian Perawat harus mengundurkan dirinya karena sistem kerja rumah sakit yang semakin tidak karuan. Namun, Amanda ingat bahwa kesempatan ini tidak datang dua kali dan dia punya 2 anak yang harus dinafkahi.

"Hey bu Amanda" 

"Julio, hey. Gimana? ada masalah tidak?"

"Sejauh ini aman sih bu. Tadi Pak James sudah kembali kerumahnya, Bu Rosa sudah aku jadwalkan untuk scan di lusa, tadi Bima lapor untuk UGD ada sekitar 18 orang"

"oke nanti kamu tolong atur sama Rahma untuk assign 8 orang ke UGD ya"

"oke bu.."

"oh ya, untuk anak intern? hari ini jadi ada orientasi ?" 

"jadi bu, nanti akan mulai di jam 14.00 untuk bagian kita. Aku udah minta Bu Diana, Olivia sama Rifky untuk stand by disana"

"oke oke thank you ya Julio. Kamu makan siang dulu sana"

"nanti aja bu, aku sama Bima ada janji sama Dr. Philip"

"oke, oke nanti aku di rawat inap ya jul"

Keduanya pun berpisah, sementara Amanda masuk ke unit rawap inap ditemani oleh beberapa perawat yang sedang menonton televisi. Hari itu dikabarkan akan ada hujan badai dengan kekuatan tinggi melanda Jakarta. Sejak 3 hari lalu, pihak BMKG sudah melaporkan ramalan cuaca tersebut ke beberapa stasiun televisi. 

"Bu Manda, si kecil gimana di rumah?" tanya salah seorang perawat

"aman, dia di rumah sama bapaknya" jawab Amanda

"gapapa itu bu, ditinggal sama bapaknya. Ini katanya mau hujan badai lho bu"

"Ya palingan hanya 1 jam hujannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan"

"oh, ya bu tadi sempat dicariin Dr. Anna mau membahas tentang prosedur rawap inap"

"Huh, sudah berkali kali saya jelaskan padahal lho"

Mereka berdua tersenyum kecil.

"oke saya ke unit rawat inap dulu ya"

"semuanya, jika sudah selesai break nya tolong segera ke rawat inap dan UGD. Nanti bisa page Julio jika ada apa apa. Saya stand by duluan di rawat inap"

Amanda berjalan menyusuri koridor sembari mempersiapkan dirinya. 

Suara gemuruh mulai terdengar, lebih kencang dari yang ia kira ternyata. Dari kaca, ia melihat angin yang cukup kencang disaat yang bersamaan rintik hujan mulai berjatuhan. Tidak menghiraukan apa yang terjadi diluar sana, Amanda melanjutkan perjalanannya menuju kantor Dr. Anna

"halo, dok. Tadi cari saya?"

"ah ya Bu Manda, iya ini ada beberapa hal yang mau saya bahas"

"oke baik bu, apa yang saya bisa bantu"


PRANG!!

Dentuman keras terdengar dalam sisi rumah sakit. Terdengar beberapa orang berlarian disertai oleh teriakan. Amanda dan Dr. Anna berlari keluar ruangan dan melihat sekumpulan staff dan pasien berlarian ke arah berlawanan. Lampu-lampu perlahan mulai remang remang. 

Beberapa staff berlarian ke arah suara bermunculan. 

"Hey, hey ini ada apa? Kamu mau kemana? tanya Dr Anna kepada salah satu staff

"Koridor untuk wing selatan hancur dokter kena badai hujan"

Dr. Anna dan Amanda terkejut dengan apa yang mereka dengar.

Mereka berdua berlari menuju arah suara.

Amanda memerintahkan 3 perawat untuk mengarahkan para pasien ke tempat yang aman

Sesampai disana, seluruh wing hampir hancur dengan kaca yang retak, disertai dengan hujan badai yang masih deras.

"Dok, lapor ke Pak Johanes" ucap Amanda

Dr. Anna terdiam terpaku melihat koridor tersebut.

"Dok!" 

"Lapor pak Johanes sekarang bu" 

Dr. Anna mundur dan berlari ke arah berlawanan

Amanda melihat dari sisi sebrang beberapa pasien dan staff terdiam terpaku dan ketakutan melihat kehororan didepan mereka.

Amanda berjalan mundur perlahan. Handphone nya berdering sebuah pesan teks bertuliskan "Bu Manda butuh bantuan, Julio tersengat aliran listrik di wing selatan"

Dengan shock, 

Amanda melihat ke sisi sebrang dengan kekhawatiran

"Julio.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apakah masih ada harapan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang