Disclaimer : Semua tokoh, universe, dll yang ada di cerita ini adalah milik tante JK Rowling. Saya hanya pinjam untuk bersenang-senang.
Pairing : Severus/Hermione (main). Harry/Ginny, Neville/Hannah, Luna/Rolf, Ron/OC.
Genre : Romance, Fantasy
Note : Hi, aku kembali setelah sekian lama kena writer’s block. Fanfic ini sebenarnya sudah selesai ditulis, tetapi dalam bahasa Inggris dan versi Inggrisnya masih dikoreksi beta-writer. Jadi sementara versi Indonesianya adalah terjemahan dari versi Inggris. Jujurly, saya awalnya emang berniat merilis versi Inggris doang. Tapi setelah dipikir lagi kok pengen ada versi Indonesianya juga. Anyway, selamat membaca & komen/review ditunggu ya.
Bab 1Hermione mengedarkan pandangan ke segala arah. Dinding kamar dilapisi wallpaper berwarna biru muda, lantainya dilapisi karpet berwarna pelangi, dan di salah satu sudut terdapat boneka binatang yang tertata rapi.
Sepertinya dia ada di kamar anak-anak. Tapi anehnya, Hermione tidak mengenali ruangan tempat dia berada.
Kamar siapa ini? dimana aku? Bagaimana aku bisa ada di sini?
Dia bingung.
Pikirannya tiba-tiba terusik oleh suara tangisan bayi. Suara itu berasal dari ranjang kecil yang tertutup kelabu di belakangnya. Tempat tidur bayi dengan kanopi biru tua.
Dengan jantung berdebar dan tangannya gemetar, Hermione perlahan mendekati tempat tidur. Dia menyingkirkan kelambu yang menutupi tempat tidur dan menemukan bayi perempuan mungil di dalamnya.
Dengan mata hitam, rambut cokelat keriting, hidung mungil yang lucu, dan bibir merah yang menggemaskan, bayi itu tampak seperti baru berusia beberapa bulan. Pipinya yang chubby basah oleh air mata.
"Hai, little one," kata Hermione tanpa sadar. Dia tertegun menyadari apa yang baru saja dia katakan.
Namun otaknya belum sempat berpikir karena tangis bayi semakin keras. Kedua tangan mungil itu terulur ke arahnya. Bayi itu minta digendong.
Tubuh Hermione bergerak secara otomatis. Dia segera meraih bayi itu dan memeluknya ke dadanya. Tangisan bayi itu sedikit mereda setelah Hermione dengan lembut menepuk pantat kecilnya.
Aneh, pikir Hermione. Dia semakin bingung. Ini terasa sangat familier baginya. Seolah-olah dia telah melakukan ini berkali-kali sebelumnya. Pada saat yang sama, tidak ada pertanyaan tentang siapa bayi yang digendongnya. Mereka berdua berbagi ikatan yang tak terpisahkan. Ikatan seorang ibu dengan anaknya. Tapi bagaimana caranya?
"My dear.." Hermione memperhatikan ekspresi tenang di wajah bayi itu. Dua mata hitam polos balas menatapnya. Dada Hermione langsung menghangat.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki kecil semakin dekat. Seorang anak laki-laki berambut hitam berlari ke kamar dan langsung memeluk kaki Hermione. Anak laki-laki itu tampak seperti berusia sekitar empat atau lima tahun; dia kurus dan memiliki hidung besar dan khas yang mengingatkan Hermione pada seseorang. Hermione tersentak kaget.
"Mummy, Daddy bilang sarapan sudah siap!" kata anak laki-laki itu, masih memeluk salah satu kaki Hermione.
Panik, bingung, dan tidak yakin apa yang harus dilakukan, Hermione hanya bisa menatap dengan bibir setengah terbuka. Ini tidak nyata, pikirnya. Semua ini tidak nyata.
"Siapa kamu?" tanya Hermione. Tapi yang keluar dari bibirnya hanyalah, "Tunggu sebentar, dear. Aku harus menenangkan adik perempuanmu dulu."
Anak laki-laki itu cemberut sedikit; bibir mungilnya mengeluh, "Athy kecil, bisanya cuma nangis."
"Kau juga bisanya cuma nangis waktu seusia Athy, Silas."
Jantung Hermione berdetak kencang lagi ketika suara laki-laki datang dari ambang pintu. Suara yang dalam dan halus. Suara seseorang yang sangat dikenal Hermione. Seorang pria tinggi kurus dengan rambut hitam sebahu dan hidung besar bengkok masuk ke ruangan.
"Daddy!" seru bocah laki-laki itu, memprotes. "Itu tidak benar."
Pria itu, Severus Snape, hanya terkekeh saat dia mengangkat Silas dan menggendong anak laki-laki itu. Hermione terdiam saat Severus mendekatinya, memegangi Silas di lengannya. Siapa pun yang melihat mereka akan langsung yakin bahwa mereka adalah ayah dan anak. Tapi bocah itu baru saja memanggil Hermione 'mummy'. Otak Hermione masih berusaha memproses apa yang sedang terjadi.
"Ada apa love? Kamu terlihat sedikit lelah."
Severus memandang Hermione dengan mata hitam pekatnya sebelum mendekatkan wajahnya untuk mengklaim bibirnya. Ciumannya lembut, hangat, dan bergairah. Hermione hampir melupakan logikanya. Ini tidak mungkin.
Ini mimpi. Ini pasti mimpi. Tidak ada alasan logis selain itu. Hermione yakin akan hal itu.
Tapi rasanya begitu nyata. Dia bisa merasakan kelembutan dan kehangatan ciuman mereka saat bergerak ke dadanya. Dia menghela nafas sebelum berpisah darinya untuk mengatur napas. Mereka begitu dekat, dia bisa merasakan napasnya di wajahnya. Tangan Severus menangkup pipinya, dan dia tersenyum padanya dengan penuh kasih, berkata, "Selamat pagi, love."
Pada saat itulah Hermione terbangun dari tidurnya. Dia tersentak dan terkejut menemukan dirinya di ruangan gelap sendirian. Tidak ada bayi perempuan yang lucu. Tidak ada anak laki-laki berambut hitam yang akan memanggilnya 'mummy'. Tidak ada Severus Snape yang menciumnya dengan penuh gairah.
"Oh Merlin," bisik Hermione. Dia menyadari dia berada di kamar tidurnya sendiri. Jantungnya masih berdebar.
Mimpi yang baru saja dia alami aneh banget!
Hermione tidak bisa menahan perasaan sedih yang merayap ke dalam hatinya. Perasaan hampa dan rindu. Dia dengan cepat mencoba untuk menghapusnya. Ini hanyalah reaksi aneh terhadap mimpi yang mustahil, pikirnya.
Hermione melirik botol kosong yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Botol itu berisi ramuan untuk tidur tanpa mimpi. Dialah yang meracik ramuan itu dan meminumnya demi tidur nyenyak tanpa mimpi buruk.
Kali ini, alih-alih tidur tanpa mimpi seperti biasa, dia malah bermimpi aneh. Mimpi yang sangat nyata dan membuatnya merasa sedih saat terbangun.
Kebingungan dan kepanikan membangkitkan rasa ingin tahunya. Hermione yakin mimpinya bukan hanya mimpi biasa. Dia harus mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Bersambung ya
A/n : Nah, gimana? Cukup seru kah? Udah bikin penasaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
It Starts With A Dream
FanfictionLelah bermimpi buruk, Hermione meminum ramuan Tidur Tanpa Mimpi. Alih-alih tidur dengan damai, ia justru bermimpi aneh--mimpi yang membuatnya mempertanyakan perasaannya kepada bosnya, Severus Snape.