2

26 3 0
                                    

Sekarang adalah jam pulang sekolah. Mereka berlima menuju parkiran untuk segera pulang.

20 menit kemudian, mobil itu berhenti di rumah Sheila, kemudian berlanjut hingga yang terakhir yaitu Nara.

"El lu gak pulang ke rumah lu?" Tanya Nara.

El hendak menjawab, namun sudah keduluan dengan orang disampingnya, "gak, dia ikut gua pulang bentar."

Nara yang memang mengship mereka berdua punya hanya tersenyum senang. "Ya udah hati-hati ya El, haha."

El yang notabennya sudah tau tingkah laku Nara hanya menghela nafas capek. "Dah sana lu masuk."

Setelah Nara masuk, mobil Agra menuju rumahnya, kalau bagi bukan orang kaya sih udah kayak mansion sih.

Sesampainya di halaman perumahan Agra, satpam rumah Agra pun menyambut mereka berdua. "Den Agra dah pulang toh, bentar saya buka pagar dulu."

El dan Agra turun dan masuk ke rumah yang tidak berpenghuni, masih ada orang sih yaitu Bi Nina, pembantu dirumah mereka yang sudah bekerja selama belasan tahun. Orang tua Agra sedang tidak ada dirumah mereka sedang ada di Belanda, sudah pasti karena pekerjaan.

Bi Nani yang melihat tuan mudanya sudah pulang pun berjalan kearah mereka, "selamat datang tuan Agra dan tuan El."

"Terima kasih bi," jawab kompak mereka berdua.

"Mau langsung makan atau gimana tuan?"

"Nanti saja bi, masih kenyang."

"Baiklah, bibi akan lanjut kerja dulu tuan."

Agra dan El masuk ke kamar. El merebahkan dirinya di kasur empuk Agra, capek banget uy, batinnya.

"Jadi, lu mau cerita apa Gra?"

"Gak papa sih, gua cuma bosen aja sendirian dirumah terus."

"Lu kalo bosen kan bisa ke rumah kita-kita, lagian kita sekomplek loh."

"Males."

"Serah dah serah Gra."

Listen to my heart beep beep beep~

Nada dering ponsel El terdengar. El pun mengangkatnya. "Halo, kenapa ma?"

"Kamu dimana El?"

"Dirumah Agra, kenapa ma?"

"Ajak Agra kesini gih, nih si Revan ada di mari."

"Ou yaudah deh."

"Jangan lama, kasian Revan."

"Iya."

Tut

"Kenapa?"

"Revan ke rumah gua, mama suruh pulang, lu ikut juga."

Agra berdecak malas, "nanti aja, gua lagi capek."

"Kasian Revan anjir."

"Bodoamat, lagian tadi udah ketemu ngapain ketemu lagi."

"Lu jadi sahabat rada bangsat ya," El menggelengkan kepalanya heran.

Agra tidur dikasurnya kemudian menarik El untuk tidur juga. "10 menit baru pergi, gini dulu El."

Agra memeluk El di pinggangnya, dan mencium aroma shampo di rambutnya. Mereka hanya berbaring dan berpelukan selama 10 menit dengan diam.

"Udah 10 menit ayok ke rumah gua, Revan dah kesel tuh pasti."

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ponsel Agra bergetar menandakan telepon masuk.

"Woi anjing sini ke rumah El jancuk, lagian lu ngapain bawa El ke rumah lu dah."

"Iya ni otw."

"Cepat, si Sheila sama Nara juga dah sampe. Lu langsung ganti baju ya, mau keluar."

"Kemana?"

"Sheila mau diajak jalan sama gebetannya, Nara mau ikut katanya gak percaya sama crush Sheila, jadinya kita dipaksa ikut karena Nara gak mau jadi nyamuk."

"Oke."

Tut

"Kenapa Gra? Mau kemana?"

"Sheila mau jalan bareng gebetan, Nara gak percaya gebetan Sheila, jadinya kita semua disuruh ikut katanya."

"Ada-ada aja anjir tuh anak, orang pacaran pun diganggu."

Tak berselang lama mobil Agra sampai di kediaman El.

"Anjing lama banget lu berdua. Ngapain sih?" Emosi Revan. Sekedar mengingatkan Revan orang nya tidak sabaran jadi harap maklum.

Nara disamping Revan hanya menjawab santai, "palingan habis pelukan kekeke."

"Diem deh Nar," kesel El.

"Udah anjing cepet kasian ayang gua sendirian disana bangke." Sheila melihat jam tangannya.

"Kuy dah."

Mall XX, itu adalah tujuan mereka. Sesampainya mereka langsung menuju lantai 3, tempat gebetan Sheila berada.

"Ryan!" Sheila berlari kearah Ryan sambil melambaikan tangannya.

"Sorry, dah lama?" Tanya Sheila tidak enak.

"Santai, gua juga baru sampe kok." Jawab Ryan.

Nara yang memang tujuannya untuk ikut adalah melihat apakah Ryan ini bisa dipercaya atau tidak.

"Kenalin gua Nara bestie Sheila sejak lahir, mereka juga bestienya, yang kacamata Revan, muka bule tuh Agra, satunya lagi Jazziel."

"Oh hai, kenalin gua Ryan, calon pacar Sheila," sapa Ryan santai.

Nara melihat dengan cermat Ryan dari atas sampai bawah, El yang melihatnya hanya meringis, Nara ngapain dah, batinnya.

"Lu harus jawab gua dengan jujur ya," ucap Nara.

Ryan tau sikap Nara yang kurang bersahabat dengannya, namun dia tidak masalah karena dia tau kenapa Nara bersikap seperti ini kepadanya. "Oke."

"Lu sekolah atau kuliah atau kerja? Tinggal dimana? Punya mantan berapa? Siapa nama mantannya? Kenapa bisa kenal Sheila?" Tanya berderet Nara.

"Gua kuliah semester 3 sambil kerja. Tinggal di komplek sebelah kalian no17C. Punya 2 mantan. Namanya Bunga dan Aqeela. Kenal Sheila karena 2 bulan yang lalu kita ketemu di minimarket terus jadi deket," jawaban Ryan cukup santai dan jujur.

"Nara ajg lu nanya nya banyak banget dah, gua aja gak sampe nanya gitu." Sheila agak malu sebenarnya, takut image nya jadi jelek di mata Ryan.

"Kita harus tau Sheila, ya mana tau dia masih gamon sama mantan atau lu tuh selingkuhannya," tuding Revan tajam.

"Hahaha, gak kok mantan gua semua udah punya pacar dan santai aja La, gua tau kok temen-temen lu cuma khawatirin lu."

"Udah, sekarang kita makan, El belum makan," ujar Agra mutlak.

Friends? Or What? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang