-o0o-
Ia kembali ke sebuah rumah. Rumah besar yang penuh koridor yang membingungkan, tapi kenapa ia tidak bisa mengingatnya? Langkahnya juga tidak seperti biasanya, ia merangkak ke arah pintu yang berwarna coklat di depannya.
Ia kemudian menggenggam gagang pintu yang asing baginya. Aneh, emang tangannya sehitam ini sebelumnya?
Di dalam kamar ada seseorang anak laki-laki yang meringkuk ketakutan sambil di bungkus oleh selimut tebal. Kamar tidurnya tertutupi bayangan malam yang gelap, namun ia bisa melihat jelas mainan-mainan yang tercecer di lantai.
Perlahan-lahan, ia menghampiri bocah itu dan ingin menyentuhnya. Namun, bocah itu menangkis serta mengatakan, "Pergilah monster!"
David memejamkan matanya. Ternyata itu hanyalah mimpi.
Keesokan paginya, udara masih dingin dan kabut tebal menyelimuti kota Tora. David bangun lebih awal dari biasanya, meskipun malam sebelumnya nyaris tak memberikan istirahat yang layak. Pikiran tentang bayangan, kutukan, dan entitas misterius terus menghantui pikirannya.
Wiliam sudah menunggu di dapur pondok, menyiapkan beberapa perlengkapan yang akan mereka bawa. Di atas meja, ada peta tua, sebuah kompas, dan beberapa kantong kecil berisi makanan kering. Saat David menghampiri, Wiliam mengangkat pandangannya dan berkata, "Bersiap-siaplah kita harus siap untuk segala kemungkinan."
David mengangguk tanpa berkata-kata. Pikirannya masih dipenuhi bayangan gelap dari malam sebelumnya, tetapi dia tahu tak ada waktu untuk ragu. "Apa semua sudah siap?" tanyanya.
"Ya, sebagian besar," jawab Wiliam sambil melirik ke pintu. "Tapi sebelum kita berangkat, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Dia akan ikut bersama kita."
David mengernyit bingung. "Siapa?"
Tak lama kemudian, pintu pondok terbuka, dan seorang wanita muda masuk dengan langkah mantap. Rambutnya hitam pekat, terikat rapi, dan matanya yang berwarna hijau bersinar dengan ketegasan. Dia membawa sebuah busur di punggungnya dan mengenakan jaket kulit yang tampak sudah sering digunakan dalam petualangan yang sulit. Wanita itu berdiri tegak di depan David dan mengulurkan tangannya. "Namaku Luna Adelson," katanya dengan suara yang tenang namun penuh percaya diri.
David menatap Luna dengan bingung, tapi dia menerima uluran tangan itu. "D-david," jawabnya dengan sedikit keraguan. David merasa wanita itu mirip dengan seseorang yang pernah ia lihat, namun David membuang jauh-jauh pikiran itu.
"Tapi... kau yakin ingin ikut dengan kami?" celetuk Wiliam
Luna tersenyum tipis. "Kau tidak perlu khawatir soal itu. Kau tahu kan aku sangat berdedikasi kepada hal-hal yang mistis."
"Baiklah, asalkan kau tetap diam dan jangan memberitahukan hal ini kepada orang lain." Wiliam lalu menepuk pundak David. "Luna adalah salah satu orang terbaik yang kita miliki untuk perjalanan ini. Dia tahu banyak tentang legenda kota Tora, dan kemampuan memanahnya akan sangat berguna."
David mengangguk, meski rasa khawatir masih menghinggapinya. Dia belum tahu banyak tentang Luna, tapi jika Wiliam mempercayainya, itu sudah cukup untuk sekarang.
Setelah beberapa menit persiapan tambahan ketiganya berangkat, menyisakan Snow yang mengawasi mereka dari atas. Mereka berjalan melewati jalanan berbatu kota yang sepi, menuju arah Hutan Bayangan yang dirumorkan, tempat di mana semua cerita mengerikan itu katanya bermula.
Sepanjang perjalanan, Luna menceritakan lebih banyak tentang kutukan yang telah lama menimpa Tora.
"Tora dulu adalah kota yang penuh cahaya dan keindahan," ujar Luna, suaranya berbisik pelan, seolah ia sedang menceritakan sebuah kisah rahasia. "Tapi setelah Bayangan Abadi bangkit, semuanya berubah. Setiap bulan Juni, bayangan mulai menyebar, mengisi sudut-sudut gelap kota ini. Banyak yang hilang tanpa jejak, terseret oleh bayangan mereka sendiri, itu menurut nenek ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wistoria
Misteri / ThrillerDavid Watson merupakan anak yang diberkahi dengan kemampuan bisa berbicara dengan hewan. Meskipun begitu, hidup David penuh dengan hal tidak mengenakan. Suatu hari hidupnya tiba-tiba berubah saat ia mengunjungi kota Pamannya yang terkenal misterius...