Semua terjadi secara tiba2, aku dengan segala keterkejutan dan masih mencoba menelan kalimat laki-laki separuh baya yang masih duduk tersenyum ke arahku.
Kalimat yang akan ku ingat sampai kapan pun, moment yang tak pernah ku bayangkan seumur hidup. Awal yang mendebarkan namun berakhir dengan segala keraguan, aku disenangkan dengan tujuan dicampakkan pada akhirnya. Sedikit kisah untuk moment akhir tahun namun masih menyisakan sakit sampai hari ini.
***
November cerah untuk langit yang biru, aku dengan segala kesibukanku hari itu.
Hari yang sudah ku rencakan jauh-jauh hari, aku menjadwalkan temuku dengan dosen pembimbingku,
Ya, aku sedang bimbingan skripsi tugas yang sebenarnya sangat memusingkan untukku, aku menaiki tangga fakultas dengan stelan baju mocca tua, sedikit berlari kecil takutnya aku akan terlambat naik ke lantai 3, karena aku tau waktu adalah uang bagi semua dosen.
Ruang dosen yang masih hening, dengan sedikit menghembuskan nafas panjang aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu dekat pojok dinding lorong kampus
"Assalammualaikum," ucapku dengan nada sedikit tertekan, aku menarik senyum simpul ke arah laki-laki paruh baya yang sedang menungguku
"Maaf Pak, saya terlambat tadi di jalan macet." Ya, sebenarnya itu hanya alasanku agar tidak kena marah
"Nggak papa, yang penting kamu datang, revisinya sudah sampai mana?" aku mengeluarkan laptopku dengan sedikit tergesa, untungnya aku sudah mempersiapkan laptopku
"Sudah sampai pembuatan tabel spss Pak," beliau mengangguk dengan sedikit tersenyum, "Susah kah? Ucap beliau lagi dengan suara lembut, aku tersenyum sembari mengangguk
"Maaf ya Pak sebelumnya saya cuma bisa bimbingan online saja, maklum Pak jarak tempuh rumah saya dengan kampus sangat jauh."
"Nggak Papa Lyn, kasian kamu jauh-jauh datang bimbingan ke kampus, tadi diantar siapa?"
"Diantar teman adik Pak,"
"Nggak bawa motor sendiri?" aku menyeringai dengan masam
"Saya nggak bisa bawa motor sendiri Pak,"
"Oalah, jadi ke kampus gimana biasanya? Nge kost kah?"
"Nge kost juga nggak dibolehin sama orang tua Pak, jadi kalau ke kampus biasanya pulang-pergi di antar."
Beliau mengangguk dengan senyuman dengan focus mata masih ke layar laptopku, "Bagus dong, takut kenapa-kenapa berarti orang tua kamu."
Kali ini aku hanya mengangguk, ternyata beliau tidak se-killer yang di rumorkan, nyatanya manusia ini sebaik dan seramah itu padaku. Kenapa tidak bimbingan dari dulu saja, bodohnya aku percaya rumor kalau beliau adalah dosen yang sangat tidak ramah.
"Nanti ejaannya diperbaiki ya Lyn, marginnya juga dirapikan. Kalau sudah selesai bagian spss balik konsul lagi ya." Beliau menyerahkan laptopku lagi-lagi dengan sebuah senyuman
"Terimakasih Pak, nanti kalau sudah selesai saya bimbingan lagi."
"Langsung mau pulang?"
"Iya Pak, kasian temen adik nanti kelamaan nunggunya."
"Jarak ke rumah berapa menit Lyn?"
"Kurang lebih 1 jam Pak." Sahutku sembari menaruh laptopku ke dalam tas
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Paling Berkesan
Roman pour AdolescentsJika patah adalah luka, maka besok akan ada badai di hariku. Jika patah adalah penyakit, maka rumah sakit akan menungguku. tapi ini bukan perihal patah lalu aku bersedih untuk selama dekade, ini hanya serangkaian rasa Iba yang dia pakai untuk hatiku...