Bagian 1 - Patah hati

499 43 25
                                    

Pernah ga kepikiran buat ga nikah? Itu yang terpikirkan di kepala Tasia, wanita cantik yang sekarang berusia dua puluh sembilan tahun itu tidak lagi memikirkan untuk menikah, kisah cintanya yang tidak begitu mulus delapan tahun silam membuat Tasia merasa pacaran atau dekat dengan laki-laki adalah sebuah hal yang sia-sia, Tasia tidak mau sakit hati lagi.

Delapan tahun lalu dia pernah menjalin hubungan dengan laki-laki, di usianya yang muda itu, Tasia sudah ada niatan untuk menikah, dia berpacaran dengan laki-laki itu sudah hampir empat tahun.

Tasia sudah pernah memperkenalkan laki-laki itu ke keluarga besarnya, bahkan saat lebaran dan natal, mereka saling mengundang satu sama lain.

Tapi ternyata hubungan yang di jalin lama, hubungan yang bahkan semua orang sudah tau, tidak menjamin akan berakhir dengan bahagia.

Waktu itu Tasia sedang meeting bersama designer gedung untuk membuat butiknya sendiri, Tasia ingin membuka butik yang berisi gaun-gaun pengantin buatannya sendiri.

Saat itu Tasia meeting disalah satu hotel, dia berada di bagian restoran yang masih satu gedung dengan hotel itu, semua lancar, sampai dia melihat laki-laki yang dia cintai masuk bersama wanita lain, mereka tampak mesra dan Tasia begitu tercengang.

Tasia berdiri dan mendekat ke arah pacarnya saat itu, Tasia tidak marah, sebelum semakin dekat, dia menarik nafas dalam-dalam dan mencoba menangkan dirinya, Tasia juga berusaha agar tangannya tidak bergetar dan juga tidak menangis.

"Leon." Tasia memanggil pacarnya.

Leon jelas kaget dan langsung melepas gandengan tangan wanita disebelahnya.

"Tasia? Ngapain kamu disini?!"

"Bukannya aku yang harusnya nanya? Kamu kenapa disini? Aku udah bilang kan ke kamu kalo aku ada meeting di hotel?" Tasia semakin menguatkan dirinya saat melihat wanita disebelah Leon justru tidak mau melepaskan tangannya yang melingkar di lengan Leon.

"Ini siapa?" Tasia kembali bertanya dengan nada tenang, padahal di hatinya dia sudah mau berteriak.

"Saya calon istrinya, minggu depan kami akan menikah disini."

Itu jawaban wanita yang berada disebelah Leon, wanita cantik dengan dress mini warna maroon dan rambutnya di cepol.

"Calon istri?! Tunggu tunggu, gimana ini maksudnya, kalo dia calon istri kamu terus aku apa?!"

Leon kembali melepaskan tangan wanita disebelahnya dan mendekati Tasia.

"Aku bisa jelasin, gimana kalo kita ngobrol berdua aja?"

Tasia jelas mundur, "nggak! Jelasin sekarang di depan dia sama aku!" Tasia berusaha keras untuk tidak berteriak dan mengamuk.

"Gini deh ya kak, kakaknya siapa?" Wanita itu bertanya ke Tasia.

"Saya pacar dia, sudah empat tahun."

Wanita itu kaget, "empat tahun? Saya sudah enam tahun sama dia dan udah menjalin hubungan yang serius selama ini, saya..." Wanita itu bahkan tidak bisa berkata-kata lagi, wanita itu hanya bisa menatap Leon dengan tatapan tidak percaya. 

"Jadi selama ini kamu bohongin aku? Aku selingkuhan kamu selama ini?" Tasia melipat kedua tangannya di depan dada, dia menatap lurus ke mata Leon, begitu juga dengan wanita disebelah Leon, rasanya dia juga tidak percaya, enam tahun pacaran dan empat tahun diselingkuhi, apa Leon sudah gila? 

"Gini deh, kamu jelasin secara singkat ini maksudnya apa?" Wanita itu juga menuntut penjelasan tanpa adanya nada tinggi yang sampai membuat seluruh hotel memperhatikan mereka. 

Leon menarik nafas panjang, "aku bakal jelasin, tapi bisa kita duduk dulu disana? Ga enak kalo harus berdiri ditengah-tengah gini." 

Kedua wanita itu mengiyakan dan akhirnya duduk. Seolah ini adalah sebuah introgasi, kedua wanita itu duduk di tempat duduk yang sama dan di hadapannya ada Leon yang duduk sendiri, memasang wajah khawatir sekaligus panik yang sangat mudah di baca, isi kepalanya berusaha untuk mencari alasan agar tidak kehilangan dua wanita di hadapannya, tapi sekeras apapun Leon berusaha mencari alasan, dia tetap harus memilih bukan. 

SIAL | Giselle HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang