33. Kinaya Menyerah

1K 150 24
                                    

Halo, aku up lagi nih

Absen dong kamu baca part ini kapan? 🙌🏻

Yang spam komen makin glowing 🥹

Bantu 200+ votes 500+ komen ya 🩷

HAPPY READING

33. KINAYA MENYERAH

Beberapa minggu ini cukup menguras energi Kinaya mau pun Laras. Kinaya bisa merasakan betapa lelahnya Laras menghadapi Kinaya yang semakin tak karuan gejalanya. Bahkan ia merasa dirinya seperti monster yang siap mengamuk kapan saja. 

Kinaya benar-benar lelah, ia merasa tidak ada lagi energi untuk melakukan apapun, bahkan untuk menangis sekalipun. Tidak terhitung olehnya berapa kali dalam setengah bulan ini Laras menangis diam-diam karena Kinaya. Kinaya juga sempat memergoki Laras dan Rano yang kembali saling berargumen. 

Kinaya merasa tidak berguna. Ia hanya menyusahkan orang lain. Bahkan tidak ada kebahagiaan yang bisa Kinaya berikan pada orang lain. Justru air mata lah yang sering terlihat. 

Apa gunanya lagi Kinaya berada di sini? Ini hanya akan memperburuk suasana. 

***

Hampir setengah jam Rangga menunggu Kinaya di depan sekolah untuk menjemputnya seperti biasa. Namun, ia tidak kunjung melihat batang hidung Kinaya. Semua siswa sudah berhamburan keluar dari gerbang hingga kini lingkungan sekolah mulai sepi. 

Rangga pun berusaha menghubungi ponsel Kinaya, tapi tidak mendapat jawaban. Langkah Rangga menuntun dirinya menuju pos satpam. 

"Permisi Pak," sapa Rangga pada penjaga gerbang yang sedang santai di dalam pos sambil menyesap kopi.

"Eh, sore, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" Penjaga gerbang itu pun langsung beranjak menyambut Rangga. 

"Apa Bapak lihat Kikanaya?" tanya Rangga.

"Kikanaya?" Pria paruh baya itu mengingat-ngingat yang dimaksud.

"Oh, Kinaya anak 12 MIA?" 

"Benar, Pak."

"Oh, tadi saya lihat Kinaya sudah pulang."

"Udah pulang? Baik, Pak, makasih, ya." Rangga tersenyum mengangguk sopan lalu pamit.

Rangga kembali ke dalam mobil kemudian menyalakan kembali mesin mobil dan segera melaju menuju rumah Kinaya. Namun, entah kenapa Rangga merasa perasaannya tidak enak. Tidak biasanya Kinaya pulang sendiri tanpa memberitahu dirinya melalui pesan. 

***

Laras masuk ke kamar Kinaya untuk merapikan meja belajar Kinaya yang berantakan seperti biasa. Ia berdecak pelan sambil terkekeh, Kinaya jarang sekali merapikan meja belajar. buku-buku berantakan dan alat tulis yang berserakan. Tatapan Laras teruju pada secarik kertas yang terselip di antara buku-buku yang ia susun. Kertas tersebut seperti sengaja diperlihatkan sebagian untuk menarik perhatian seseorang. 

Laras pun menarik kertas itu kemudian membuka lipatan kertas yang isinya sebuah rangkaian tulisan yang hampir memenuhi kertas itu. 

Laras mengernyit kemudian membacanya karena penasaran. Butuh waktu dua menit bagi Laras untuk melahap habis tulisan itu yang berhasil membuat jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia menutup mulut sendiri dengan sedikit bergetar. Kaki Laras seakan tidak kuat menopang bobot badannya sendiri. Cairan dari mata Laras langsung merembes begitu saja. Ia ternganga tidak sanggup bersuara. Seolah ada batu besar yang menghantam kepalanya begitu selesai membaca surat ini. 

Tarangga Untuk Kikanaya (republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang