Bab 3

120 14 5
                                    

Bughh

Bughh

Bughh

Suara pukulan terdengar nyaring kini terjadi tawuran antar siswa. SMA Nugraha dan SMA N sakti memang sedari dulu tidak pernah akur.

"Awas Lo anjing"

"Ini rasain Lo"

Krekk

"Aghhh bangsat tangan gue"

Mereka terus memukul satu sama lain. Napas Arga terengah rengah karna terus mendapat pukulan dari musuh.

"Cabuttt cabutt"

"Wuuuu uuu pengecut bajingan" Bima terus berteriak meledek.

Kini mereka berlima sedang berada di markas mereka. Di belakang sekolah SMA Nugraha, ruangan kosong yang tidak lagi dipakai, mereka merenovasi habis habisan ruangan ini.

Geng Sparta. Geng Sparta hanya beranggotakan lima orang saja yaitu Arga, Arthur, Alka, Raka, dan Bima. Yang berisi anak anak dari kalangan orang berada. Itulah mengapa mereka disegani di SMA nya.

"Aduh aduh aduh pelan pelan bangsat" Bima mengerang sakit saat Alka sengaja menekan luka yang ada di wajah Bima. Mereka sedang mengobati satu sama lain hanya Arga yang terdiam ya memang luka yang didapat tidak sebanyak teman temannya. Dia duduk santai dengan bersender dikursi tak lupa tangan nya yang sedang memegang rokok Sesekali dia mengisap rokok dan menghembuskan asap rokok.

"Lebay banget sih Lo. Masa gini doang sakit"

"Lo ga ngerasain jadi gue ya anjing"

"Berisik banget sih. Nih obatin sendiri"

"Jahat banget sih, au ah gue ngambek. Mending gue pulang mau ketemu anak gue."

Mendengar perkataan dari Bima sontak mereka semua menghentikan aktivitas mereka dan setelah itu mereka semua lari menuju ke motor masing masing.

Bahkan Arga pun yang image nya sebagai pria cool ikut lari larian sama seperti mereka.

***

Sudah kurang lebih dua bulan Azara tinggal disini. Sedikit demi sedikit Azara sudah mempunyai perubahan walaupun sedikit.

Dia sudah mulai berani dengan orang, dia tidak berteriak teriak lagi saat melihat orang. Sekarang dia sedang belajar berjalan dengan benar bersama baby sitter, Mbak Sari.

Brakkk

Bunyi pintu yang terbuka kasar membuat dua insan yang sedang latihan berjalan itu terkejut. Tapi setelah itu senyum merekah di bibir kecil Azara.

"Apa apa"

Dia bahkan sudah bisa bicara walaupun belum terlalu lancar. Mereka benar benar seperti sedang mengurus bayi.

Azara berjalan dengan terlatih dan merentangkan tangannya. Dia segera memeluk Alka yang memang sudah didepannya.

"Apaa"

"Kenapa, rindu ya?" Alka bertanya gemas melihat Azara yang kegirangan saat melihat mereka.

"Kera saktinya gue pinter banget sih udah bisa jalan"

Arthur menyenggol lengan Bima agar berhenti bicara yang tidak tidak. Dia tidak mau melihat Arga mengamuk lagi hanya karna Azara dipanggil kera.

"Dada dada"

Senyum Azara semakin lebar saat melihat kehadiran Arga. Melihat itu Arga langsung mengendong Azara.

"Istighfar cil. Arga bener bener lu ye nagajari anak sembarangan"

Bima mengomel seperti ibu ibu komplek matanya melotot dengan kedua tangan dipinggang. Tak tahan mendengar gerutuan Bima, Arthur mengusap wajah Bima agar berhenti mengomel kupingnya benar benar panas mendengar suara Bima yang cempreng.

"Maksud Azara itu Daddy bodoh!" Ucap Raka ngegas.

"Oh gue pikir dada perempuan" ucap Bima tersenyum kikuk

"Otak lu memang otak selangkangan"

"Zaza rindu Daddy hm?"

"Aww om Arga bisa sosweet juga ternyata" ucap Raka sok imut

Mendengar ucapan Arga. Bima terdiam sebentar setelah itu dia menyenggol Raka pelan yang memang duduk disebelahnya

"Gue takut Arga jadi pedofil"

"Anjing Lo" Arthur melempar bantal sofa yang ada di belakangnya.

"Jangan sembarangan" setelah menendang Bima. Arga langsung membawa azara kekamarnya.

"Ehh Arga jangan bawa baby gue dong"

Arga tidak menghiraukan teriakan dari Bima dan dia terus berjalan memasuki lift dengan Azara di gendongannya.

***

"Sialan, dimana dia nyembunyiin perempuan jalang itu"

Wanita itu menatap kosong gelas yang berisi wine didepannya. Dia benar benar muak dengan keadaan seperti ini.

"Gue rasa si jalang itu udah melahirkan seorang anak" Wanita tadi hanya berdecak tidak suka.

"Gue gak peduli. Gue cuman mau jalang dan anak itu mati. Gara gara dia cucu ku harus kehilangan sosok ayah dan ibu"

"Kamu tenang saja aku akan berusaha buat cari wanita itu"

"Kapan? Kapan? Dari dulu kamu bilang gini. Tapi sampai saat ini kamu belum menemukan perempuan sialan itu"

"Sabar dong sayang, mending kita happy happy dulu hm?" Laki laki itu tersenyum dan menaik turunkan alisnya menggoda. Sedangkan wanita tadi hanya berdecak sebal.

Tak urung dia menyambut uluran tangan sang kekasih yang mengajak nya untuk berdansa. Semakin mereka mendekat bunyi suara musik semakin kuat, banyak pasangan kekasih sama seperti mereka yang sedang berdansa. Yaa mereka sekarang sedang berada di club.

"Mau melakukan yang lebih dari ini?"

Sang wanita hanya mengangguk dan melanjutkan ciuman yang terhenti tadi.

***

Brakk

Pintu kamar Arga terbuka lebar, sedangkan sang pelaku hanya cengengesan tidak jelas dia lupa kalo Azara masih di kamar Arga. Untung saja Azara yang sedang tertidur tidak terbangun karna mendengar tendangan pintu yang dia lakukan.

"Sorry gue lupa"

Arga hanya mendengus

"kebiasaan"

Arthur duduk di sofa yang ada di kamar Arga. Dia melihat Azara yang sedang tertidur lelap. Dia melihat ke Arga yang sedang mengangkat alisnya seakan bertanya 'ada apa?'

"Gue cuman mau nanya tentang perkembangan kasus Azara"

Arga mengangguk mengerti

"Detektif yang gue sewa kemaren tidak berguna dia gak nemuin apa apa. Hanya baju cewe sama baju anak anak"

Sebelum melanjutkan bicara Arga meminum minuman yang memang disediakan di kamarnya. Tenggorokannya tiba tiba haus.

"Dan foto itu gue udah nyuruh orang buat lacak. Tapi identitas dari perempuan itu tidak bisa ditemukan. Kayaknya perempuan ini memang lagi disembunyikan sama seseorang"

"Berarti orang ini memang bukan orang sembarangan?"

Arga mengangguk

"Kita gak diberi cela buat tau siapa perempuan yang ada di foto itu"

Arthur terdiam mendengar penjelasan dari Arga. Arthur menjadi semakin penasaran. Dari keluarga mana ibu Azara berasal?

****

Selesaiii

Sampai jumpa di part selanjutnya

See you

AzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang