Gerakan dinamis nan elegan memanja ratusan mata yang memandang. Dua tubuh bergulat seirama melodi mendayukan alunan merdu. Beriringan seolah menunjukkan kepada dunia sebuah cerita tanpa kata. Tentang kisah menakjubkan, mendebarkan.Satu dari dua, saling melengkapi. Menciptakan ilusi. Menghipontis para khalayak hingga termenung dengan perasaan takjub. Lekukan demi lekukan tumpah ruah, bersama tepuk tangan yang terdengar semakin meriah. Hingga tanpa sadar, sorakan keras itu menggetarkan ruangan.
Bahkan lampu mewah di atas panggung pun mulai goyah. Berdecit ringan tanpa ada seorang pun yang mendengar.
Dilain sisi, dua penari itu kemudian mulai menuntaskan gerakan mereka dengan sentuhan akhir. Putaran di sertai lompatan puncak oleh sang penari wanita, di lanjutkan sang penari pria yang mengenggam pinggang partnernya lalu mereka berpose. Postur tegak nan anggun layaknya pasangan boneka dalam sebuah kotak musik.
Saat tepuk tangan bergema dengan keras, tiba-tiba saja bunyi retakan besar terdengar. Bunyi itu berasal dari lampu kristal di atas panggung. Tanpa ada waktu untuk berkedip, benda itu langsung begitu saja jatuh bersama dengan suara retakan tadi. Menimpa tubuh dua penari di bawahnya dengan naas.
"WAAAA!!"
"KYAAAA!!!"
Penonton berjingkat dan menjerit. Para orang tua menutupi mata anaknya agar tidak melihat tragedi yang baru saja terjadi, ada diantara anak itu yang bahkan menangis tersedu. Mereka semua shock.
Petugas medis datang dengan tergesa. Menapaki lantai yang mulai basah oleh darah kental menggenang."Astaga..."
Mereka melihat tubuh si penari wanita tersayat-sayat, ujung lampu yang runcing menembus perutnya hingga berlubang. Mata setengah tertutup dan nafasnya berhenti.
"Wanita ini sudah tak tertolong," kata salah seorang petugas ketika mengecek denyut nadi dan nafas si penari wanita.
"Cepat periksa yang satunya!"
Sementara penari pria di samping merintih, kaki kirinya tertimpa bongkahan besar langit-langit dan beberapa serpihan lampu kristal. Kedua tangan mencengkram paha menahan panas dan perih yang menusuk tulang. Salah satu dari petugas itu menghampirinya kemudian menghempaskan bongkahan. Meski dengan gerakan kecil, rasa nyilu yang di timbulkan membuat pria itu mengerang kesakitan. Ia melolong.
Kesadaran menipis.
Tepat ketika petugas medis mulai memeriksa bagian kepala, kabut hitam menghantam penglihatan dan penari pria itupun pingsan.
•~•
DUAKH
"Fuu-" umpatan tertunda itu datang dari seorang pria yang baru saja bangun. Ternyata kepalanya terpentok pinggiran rak kayu dengan keras.
BUGH BUGH BUGH
Tangan pria itu menyerang balik. Ia dengan muka kesal memukul brutal rak dinding berbahan kayu di sampingnya. Setelah sadar ia kemudian menangkupkan wajah, mencoba berpikir jernih. Butuh beberapa saat setelah itu pandanganya mengarah lagi ke benda di sisinya. Tangan kanan mengecek, apakah engsel penghubung kendur karena pukulan kerasnya. Ternyata masih aman.
Pria itu menghela lega. Punggung bersandar pada kursi sambil mendongak ke atas. Jangan sampai ia harus membeli rak kayu itu lagi untuk yang ke-10 kalinya.
Keuangan sedang menipis. Saat ini belum ada cukup uang untuk membeli beberapa barang-barang yang sudah habis dan rusak. Seminggu ini ia sepi pelanggan. Tidak ada tabungan yang cukup karena seringkali ia ambil untuk kebutuhan hidup sehari-hari bersama adik dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely
RomanceIni tentang Shoi dan Hien, dua manusia yang memaknai keindahan dari sebuah rasa sakit. Cr: edited by canva