Chapter 3

311 26 1
                                    

My neighbour think I'm crazy. But they don't understand. You're all I have. You're all I have.

Sebuah ketukan halus terdengar beriringan dengan pintu yang dibuka oleh Hoseok kembali.

"Jim, ada tamu untukmu."

"Ah. Suruh masuk Hyung. Kau sungguh tak sopan membiarkan tamuku menunggu lama berdiri Hyung." kekeh Jimin seraya berdiri pindah ke sofa di tengah ruangannya.

"Silakan masuk, Sooyuna. Nampaknya Jimin sudah tak sabar bertemu denganmu." Sarkas Hoseok kepada Sooyun yang tersenyum kikuk kepadanya.

Jimin yang mendengar sindiran Hoseok mendelik sebal ke arahnya. Hoseok yang sadar diplototi oleh sang manager, berpura-pura tak melihat. Dirinya hendak pamit undur meninggalkan Sooyun dan Jimin. Namun di tahan Jimin seketika.

"Terima kasih, Hyung. Silakan duduk. Mau minum apa?" tanya Jimin seraya tersenyum indah seperti biasanya.

Kau itu terlalu pandai memasang topeng diwajahmu, Jimin. Jika kau ikut akting, aku rasa kau mungkin sekarang sudah memenangkan piala oscar sebagai aktor hebat. Dan apa-apaan kau menawarkannya minum? Harusnya kau biarkan saja ia tak usah minum, biar ia tak mau berlama-lama disini. Cih.

Hoseok merollingkan matanya malas.

"Apa saja boleh, Jim." jawab Sooyun

Jimin mengisyaratkan kepada Hoseok yang dibalas anggukan sebagai tanda mengerti. Hoseok kembali pergi meninggalkan Jimin dan Sooyun.

Sooyun duduk di sofa single sebelah kanan Jimin. Penampilannya masih sama seperti dulu, kulit yang putih, senyum yang menawan, hidung mungil yang mancung, bibir pink penuh, dan bentuk tubuh yang sempurna. Hanya potongan rambutnya saja yang berubah jadi lebih pendek dari terakhir kali ia pernah bertemu. Tak heran jika Jungkook dulu jatuh cinta pada sosok ini.

"Lama tak bertemu, Jim." sapa Sooyun memecah keheningan yang terasa canggung di dalam ruangan kerja Jimin.

"Iya, Yun. 3 tahun kurasa?"

"ya lebih kurang seperti itu. Kau masih saja berkarisma dan menawan, Jim." Puji Sooyun yang terdengar basa-basi bagi Jimin

Jimin terkekeh pelan

"Padahal yang ngomong juga tak kalah cantik. Awet muda."

Sooyun hanya tersenyum.

"Jadi ada cerita apa hingga membawamu kemarin, Yun?" tanya Jimin to the point tak ingin berbasa-basi lebih lama.

"Kau memang tak pernah suka basa-basi ya, Jim." sindir Sooyun mendengar pertanyaan Jimin yang selalu to the point.

Jimin mengendikkan bahunya seraya tersenyum yang membuat matanya menyipit nyaris hilang. Senyum yang menjadi daya pikat siapapun yang melihatnya.

"Aku kemari karena ingin meminta bantuanmu, Jim."

"Bantuanku? bantuan apa?"

"Tentang Jungkook."

Jimin terdiam. Dadanya mendadak nyeri ketika nama Jungkook keluar dari mulut wanita disampingnya itu. Rasa tak nyaman itu kembali hadir.

"Jungkook?" tanya Jimin penuh selidik.

"Ya. Aku rasa saat ini kau pasti sedang mencari keberadaannya bukan?"

Pertanyaan Sooyun telak membuat Jimin memfokuskan pandangannya kepada Sooyun.

"Apa maksudmu?" wajah Jimin tegang. Ada amarah disana.

"Sebelumnya aku minta maaf karena harus menemuimu, Jim. Tapi aku rasa, kau adalah orang yang paling tepat untuk menolongku saat ini."

Talking To The Moon || JikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang