OD 10

2.4K 265 23
                                    

Happy reading!
~~

Shani pagi ini baru saja selesai menyantap sarapannya bersama dengan Kirana. Keduanya kali ini sedang bersantai menonton televisi sembari menikmati kopi mereka. Setelah kejadian pada malam itu, Shani mencoba untuk bersikap biasa saja di hadapan Kirana. Banyak pertanyaan di kepalanya, namun Shani memilih untuk tetap diam. Shani bahkan sengaja mematikan ponselnya agar ia bisa bersantai menikmati waktunya bersama Kirana.

"Menurut Mama, kalau Shani keluar dari dunia entertaint gimana?" tanya Shani tiba-tiba.

"Bagus dong, dari dulu kan Mama ga pernah setuju kamu masuk ke dunia itu."

"Tapi kebahagiaan aku ada disana Ma.."

"Mama ga paham. Dari kecil kamu itu ga suka jadi pusat perhatian, kok sekarang bisa-bisanya kamu jadi public figure? Dulu juga kamu pendaftaran agensi sana sini gara-gara diajak Gracia kan?"

Shani menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Aku tau ini bakalan bikin Mama kecewa, tapi lebih baik Mama denger dari aku langsung daripada dari orang lain."

Kirana meletakan cangkir kopinya dan beralih menjadi menghadap Shani, ia menatap tanya pada Shani. "Setelah Seno dan Gracia, sekarang kamu?"

Shani mengepalkan kedua tangannya takut, namun ia tidak ingin mundur untuk saat ini. Maksud ia menemui Kirana saat ini adalah untuk membicarakan hal ini, Shani tidak ingin Kirana sampai tahu dari orang lain.

"Apa yang Mama bilang tadi itu bener, Shani ga suka jadi pusat perhatian. Shani juga sebenernya ga terlalu suka ada di dunia entertaiment ini, tapi kenapa Shani bisa bilang kebahagian Shani ada disini? Itu karna Gracia. Kebahagiaan yang Shani maksud itu Gracia, bukan yang lain."

Kirana terdiam untuk sesaat, ia berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Shani. "Apa maksud kamu?"

"Shani sayang sama Gracia, lebih dari sekedar temen." ucap Shani sembari terus menunduk, ia tidak berani untuk melihat kearah Kirana.

PLAK!

Semuanya terjadi begitu cepat, Kirana menampar Shani dengan sangat keras. "Setelah kamu liat foto-foto kemarin, kamu masih bisa ngomong gini sama Mama?!"

Pandangan Shani mengabur karna air mata yang mulai menumpuk di pelupuk matanya dan pipinya terasa sangat perih saat ini. Satu kata saja yang keluar dari mulutnya, Shani yakin ia tidak bisa menahan air matanya lagi.

"S-Shani minta ma-"

"Apa Mama salah didik kalian dulu?"

Bersamaan dengan itu, air mata Shani sudah mulai menetes di pipinya.

"Apa kalian ga cukup kecewain Mama? Papa kamu, Seno, sekarang kamu?!"

"Apa yang Gracia punya sampai-sampai Seno dan kamu suka sama dia?"

"Apa kurang kasih sayang yang Mama kasih buat kamu?"

"Jawab Shani!"

Shani hanya menggelengkan kepalanya sembari mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya. Kirana mengusap lembut bahu Shani, ia bersimpuh di hadapan Shani. Ia membawa kedua tangan Shani dan menggenggamnya dengan erat.

"Apa ini karna perceraian Mama sama Papa?"

Shani menggelengkan kepalanya pelan. "Shani gatau.."

"Shani sayang, dengerin Mama ya.. Mama sama Papa itu udah ga bisa bareng-bareng lagi. Boleh kan Mama egois sekali aja? Selama kita jadi keluarga utuh, apa pernah Mama buat kalian kecewa?"

"Tapi kenapa Ma?"

Kirana menggeleng, lalu tanpa sadar ia meneteskan air matanya.

"Mama ga bisa bilang?" tanya Shani yang langsung diangguki oleh Kirana.

ONE DAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang