Future

1.8K 130 4
                                    

Makasih untuk semua yang udah sabar menunggu kelanjutan cerita ini, karena sekarang udah mulai libur semester aku akan up lagi dan terima kasih untuk semua komen berupa saran dan kritik dari kalian itu membuatku bahagia dan dihargai

Happy reading





****





"Bentar jadi kan gais?"

"Jadi dong masa enggak"

"Jam 4 ingat!"

"Oke besti, kalo gitu gue duluan ya, jangan lupa sharelook. Byee"

"Gue juga, udah ditunggu bang Kael.

See you"


****


Ceklek

Cilla dan Kael masuk ke dalam rumah. Dapat mereka lihat kedua orangtua dan si bungsu yang sedang duduk diruang tamu, dengan Jio yang berada dipangkuan sang bunda.

"Good afternoon everyone, it's me Cilla and this is my lovely brother Kael" kataku berjalan kearah mereka

Kael berjalan bersamaku dengan tangannya yang bergerak melepas pelan tasku dan kemudian menyerahkannya bersama miliknya pada bodyguard

"Ka El, ka La" Jio turun dari pangkuan bunda dan berlari semangat kearah kami

"Happ" Kael menangkap Jio yang melompat kearahnya

"Be careful boy, you gonna be hurt" ucapnya lembut dan mengecup pipi Jio

Aku tersenyum dan mengusap kepala Jio "Adiknya kakak yang ganteng ini gak boleh lari-larian kayak tadi, okay? Nanti kalo kamu jatuh bisa berdarah, go to the hospital and insomnia" kataku hiperbola

"Emm okay, Jio gak mau beldalah, lumah sakit bauu Jio gak suka" katanya sembari merentangkan tangan berpindah kepelukanku"

Kuserbu dia dengan ciuman beruntun di pipi, dahi dan hidungnya. Kael yang telah berjalan lebih dulu menghampiri orang tua kami dan mencium tangan mereka

Ayah, Bunda dan Kael hanya tertawa melihat tingkahku dan Jio yang menggemaskan

"Amnesia sayang, insomnia itu gangguan yang dialami seseorang saat ingin tidur" Ayah merevisi perkataanku

"Ooo eeh ooo bukannya sama ya dad?" Kataku belum konek, bunda malah tertawa mendengar jawabanku sedangkan Kael hanya menggeleng

"Beda sayang, hayoo anak bunda baru tahu yaaa" goda bunda

"Enggakk Cilla udah tahu tapi lupa, habis kata-katanya mirip beda A sama I doang" kataku mengangguk-angguk mengerti

"Emmm milipp" kata Jio polos dengan nada dan gerakan yang sama denganku

Sepertinya bicara denganku akan memakan waktu yang panjang jika diterukan, karena itu mereka hanya menghela napas kecil dan mengiyakan ucapanku

"Kalo udah salah mending gass aja ya kan, malu sama keluarga mana di depan bocil kesayangan lagi, harga diri dipertaruhkan coyy hehe" batinku

Setelah menurunkan Jio, aku mencium Ayah dan Bunda, kami pergi ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaian.


****

Pov Cilla
Aku berjalan dengan langkah lebar dan masuk secara terburu-buru kedalam kamar

"Malu banget anjir, amnesia, insomnia, amnesia, insomnia, beda banget ini. Mana tadi gue bilang kata-katanya beda sekata doang bodoh-bodoh"

aku menenggelamkan kepalaku pada bantal yang kujadikan sebagai pelampiasan

"Goblok banget sih, ternyata ini yang orang bilang pintar tapi bodoh, image gue dipertaruhkan. Maafkan istrimu yang pelupa ini Jimin sayang tenang saja aku tidak akan melupakanmu walaupun swkarang kita udah beda dunia tapi aku tidak akan mendua, mentega, mencair lope you emuahhh" ucapku kegilaan

Terkadang ada saatnya kalian menjadi gila kan, walau sudah dewasa itu hal yang wajar right?

Lagian tidak ada seorangpun yang bisa mendengar ocehanku karena ruangan ini kedap suara

"Kekekeheheh"

Mungkin karena telah mengeluarkan banyak tenaga membuatku kelelahan dan secara perlahan menutup mata dan tertidur

Pov berakhir

"Where you ganna go?"

Seorang bocah lelaki menggenggam tangan gadis kecil didepannya

"Sorry but me and my family have to leave this town tommorow, so i wanna say goodbye to you" balas gadis itu sendu

Bocah itu menggeleng kepalanya tanda menolak, dengan suara yang bergetar dia berkata

"You can't do it, you promise to stay with me until we marriage, you said i'm handsome dan cute when i smile but also now you wanna leave me this alone"

"I....."

Aku membuka mataku perlahan

"Mimpi...benar sebuah mimpi yang aneh....semua terlihat jelas kecuali wajah mereka, siapa? Untuk apa? Aku tidak paham"

Hanya perasaan bingung dan kosong yang kurasakan saat ini.

Untuk sejenak hanya ada kensunyian sampai tiba-tiba..

"Dek, kamu sudah bangun?"

Ketukan bersamaan suara Theo terdengar dari balik pintu

Aku bangun dan berjalan linglung karena masih setengah sadar

Ceklek

Theo berdiri di depan pintu dengan senyum manis terpancar dari wajahnya

Dia menyentuh dan mengelus pipiku lembut
"Maaf udah ganggu waktu tidur adek, sekarang udah waktunya makan siang dan kamu juga harus siap ke temanmu untuk kerja tugas kan?" Ucapnya panjang

"Emm" dumamku sembari merentangkan tangan minta dipeluk

Dia terkekeh dan langsung memeluk membuatku tenggelam dalam pelukannya

"Sayang kita kebawah yah, udah ditunggu sama yang lain"

Dia mengangkat tubuhku dan menggendongku, aku menggeliat mencari popisi yang nyaman karena berada dipelukannya selalu membuatku tenang dan bahagia

Theo menuruni tangga perlahan, memastikan agar tidak menggagu adik kecilnya ini

"Tadi kakak udah datang manggil kamu tapi kata bunda kamu udah tidur jadi gak kakak ganggu"

"Adek sebentar kesana bareng kakak boleh? Kakak nanti mau sekalian ke cafe depan taman ada meeting bareng teman kampus disana"

"Boleh kan dek?" Ucapnya menambah dengan ragu

Jujur saja Theo masi canggung dengan Cilla, lebih tepatnya dia takut adiknya membencinya seperti dulu dan menjauhinya lagi. Theo sangat ingin dekat dengan Cilla, bahkan saat ibunya mengandung cilla, Theo menjadi sangat protektif pada ibunya karena takut adik perempuannya itu kenapa-napa

"Emmm..emm"

Mendengar itu membuat Theo tersenyum senang, dia memeluk adiknya sayang

"Makasi, makasi banyak dek udah kasi kakak kesempatan untuk kembali dan bahagia bersama"

"Kakak janji, kakak akan melakukan apapun untuk membuat kamu bahagia, kalian semua bahagia"

Sesampainya di lantai bawah, Theo berjalan kearah ruang makan dengan Cilla yang masih diposisi semula

"Wahhh pemandangan langka, harus bunda abadikan" kata bunda yang melihat putra dan putri kesayangannya itu

"Pantesan tadi abang gercap keatas duluan, lain kali aku yang bakal gendong Cilla"Kael bahkan mendengus sebal karena kakak sulungnya start lebih dulu darinya, jiwa kompetitifnya meronta-ronta

Bukan hanya Kael, Ayahnya juga cemburu karena sejauh ini dia yang paling sedikit berinteraksi dengan putrinya

"Lain kali, aku yang harus menggendong putriku" gumamnya pelan

Sontak istrinya yang mendengar itu juga kaget dan senang. Ini pertama kalinya dia melihat sisi lain dari suaminya dan itu sungguh membahagiakan

"Aku harap kebahagiaan ini akan bertahan selamanya, aku akan memperjuangkannya untuk keluargaku"


















Bersambung....
Jangan lupa vote dan komen byee..

Antagonis CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang