Chapter 27 (Langit & Hujan)

2.5K 173 23
                                    

"bisakah kau menjaga Fern? orang tuanya baru akan tiba besok pagi dari kampung halamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"bisakah kau menjaga Fern? orang tuanya baru akan tiba besok pagi dari kampung halamannya. Aku harus ke supermarket untuk membeli keperluan ibuku dan juga Fern selama dirawat disini" pinta Sky pada Prapai, ia takut meninggalkan Fern sendirian 

"tidak masalah Sky, apa perlu aku mengantarmu?" tanya Prapai

"tidak perlu, jangan tinggalkan Fern sendirian sedetikpun"

"oke, kau bisa menyetirkan? tapi menyetirlah pelan-pelan, aku takut tiap kali kau harus menyetir, aku tak mau kau kenapa-napa" mohon Prapai memberikan kunci mobilnya pada Sky

"oke" Sky berpikir bila malam begini lebih baik menyetir sendiri saja dari pada kendaraan umum

"dan Sky" panggil Prapai lagi menghentikan langkah Sky untuk keluar dari kamar rawat Fern

"apa lagi? aku akan baik-baik saja menyetir"

"bukan masalah itu Sky, tapi ini, Pinnya tanggal jadian kita dulu" Prapai menarik tangan Sky dan menaruh kartu debitnya, tentu saja hal itu membuat Sky terkejut

"apa ini Pai? aku tak mau uangmu" 

"kau tak perlu kerja, pakai saja uang yang ada disitu, aku masih punya kartu yang satunya lagi" 

"aku tak mau Pai, ini tidak benar. Aku masih punya uang sendiri untuk menghidupi keluargaku"

"Aku hanya ingin membantumu Sky"

"kau sudah cukup membantu, tak perlu sejauh ini" Sky berusaha mengembalikan kartu itu, ia tak mau berutang budi, dan ia tak mau bergantung dengan Prapai

"apakah aku harus berlutut dibawa kakimu agar kau menerima bantuanku Sky? sungguh aku tak tau harus bagaimana lagi agar aku berguna untukmu, aku melakukannya tanpa meminta imbalan apapun, kau mau menyuruhku tidak menyentuh dan menyuruhku tidur dilantaipun, tidak masalah" frustasi Prapai

"aku bukan siapa-siapamu Pai sampai harus kau nafkahi seperti ini"

"kau bukan siapa-siapa? mungkin bagimu aku yang bukan siapapun untukmu, tapi bagiku kau sangat penting, Jadi pakailah kartu itu, jangan bekerja lagi, kita harus fokus pada khasus ayahmu agar bebas dan kembali pada kalian" mohon Prapai, melihat pria itu sudah nampak terlihat stres membuat Sky kasian juga tapi disatu sisi ia juga ingin ketawa akan tingkah Prapai yang sudah sampai mengacak rambutnya sendiri

"tapi ini uang orang tuamu, dan kau dengan percaya dirinya memberikan padaku" ejek Sky 

"ets! jangan salah, itu uangku. Aku dan saudaraku diajarkan untuk memulai dari bisnis yang kecil sebelum dipercayakan mengurus perusahaan" bantah Prapai

"sungguh?" 

"selama jadi pacarku dulu, kau juga tak pernah ingin tau apa yang aku kerjakan, kau hanya diam tanpa bertanya-tanya tentangku, pada hal di Instagramku tertera jelas semua bisnis yang aku jalankan, bisa-bisanya kau menuduhku menjadi beban keluarga" cemberut Prapai, saat Prapai seperti ini, ia selalu ingat, dulu Prapai juga selalu merengek seperti ini padanya, Sky menunduk ia tak mau mengingat masa lalu karena nanti ia akan mengingat hal menyakitkan lagi

"aku tak punya waktu berdebat denganmu, aku harus segera pergi" Sky membuka pintu dan kali ini akan pergi sungguhan

"pakai kartunya! jadikan aku berguna untukmu" ucap Prapai namun Sky menutup pintu dan berlalu.

Dalam lift rumah sakit, Sky tersenyum melihat kartu debit Prapai, bukan masalah kartunya tapi perhatiannya dan selama ini baru kali ini Prapai sungguh peduli padanya, bahkan sampai memohon. Kenapa hatinya merasa senang saat Prapai mengunakan tanggal jadian mereka sebagai Pin? dulu Sky pikir Prapai sangat tak peduli akan hal-hal seperti itu, tapi Prapai mengunakannya sebagai Pin yang akan selalu ia ingat. Bila ia mencoba membuka hatinya kembali apakah Prapai masih akan bersikap seperti ini setelah mendapatkannya lagi? 

.

.

Sky memasuki supermarket dan memilih bahan-bahan yang akan ia butuhkan, saat sibuk-sibuknya memikirkan barang yang akan ia beli, sebuah suara mengangetkannya

"Phi Sky?" 

"Rain?"

"beneran phi Sky ternyata" senang Rain yang akhirnya punya kesempatan bertemu Sky secara langsung, pada hal tadi dia sudah mengomel karena ibunya menyuruh belanja malam-malam begini sendirian, tau-taunya ia malah tak sengaja bertemu Sky

"ada apa?" heran Sky melihat tingkah Rain yang malah tersenyum lebar kearahnya. melihat Rain ia teringat masa lalu yang menyakitkan

"apa kau sedang mencari Prapai? dia terus mengikutiku tapi kau tak usah khawatir nong Rain, aku akan segera menendangnya" jelas Sky namun Rain mengeleng

"aku tak butuh phi Pai karena aku hanya membutuhkan phi Phayu, tapi untuk sekarang aku butuhnya phi Sky" jelas Rain berputar-putar hingga Sky harus mengunakan otak cerdasnya secara ekstra

"Phayu? kau kenal Phayu?" tanya Sky, ia kenal Phayu hanya sebagai teman sekelas dan tim basket Prapai dulunya, ia tak tau menahu hubungan Phayu dan Rain

"kita butuh bicara phi karena ceritanya panjang, kita harus cari tempat yang nyaman" ajak Rain.

.

.

Sky duduk disebuah caffe area supermarket itu, dan Rain duduk didepannya yang sedang berpikir jeras untuk menyusun kata demi kata untuk memulai ceritanya, entah kenapa aura Sky membuat Rain takut tapi Sky tak menyadari hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sky duduk disebuah caffe area supermarket itu, dan Rain duduk didepannya yang sedang berpikir jeras untuk menyusun kata demi kata untuk memulai ceritanya, entah kenapa aura Sky membuat Rain takut tapi Sky tak menyadari hal itu

"ceritakan saja, tidak apa-apa. Langit sudah mengelap dan mendung, akan turun hujan nanti sedangkan aku harus segera kembali" ucap Sky mengingat ia tak mau meninggalkan Fern terlalu lama

"tunggu Phi, lagian bercerita saat hujan turun cukup menyenangkan karena akan sejuk terlihat dari dinding kaca caffe ini" senyum Rain dengan kaku, wajah Sky memang datar, bagi orang seperti Rain itu sangat canggung, tapi aslinya begitulah Sky kadang-kadang tanpa ekspresi saja wajahnya, tapi hatinya tidak seperti itu karena ia bisa menunggu dan meladeni Rain dengan sabar

"tapi aku tidak suka hujan" datar Sky

Deg

Sungguh jantung Rain mau lompat, kalau bukan demi menebus dosa, ia mungkin sudah kabur dari tadi. Sky hampir tertawa akan ekspresi takut Rain, dia seperti adik yang sangat polos dan lucu sangat mudah untuk ditakut-takuti

"maksudku aku tak bisa pulang bila hujan, aku belum bisa menyetir dengan baik apa lagi bila hujan turun" lanjut Sky membuat Rain bernafas legah, dia pikir Sky sedang memarahinya ternyata cuman masalah membawa mobil yang belum lancar bila hujan turun

"oh hehe" tawa Rain canggung, dia adalah anak extrovert  dan harus berhadapan dengan anak introvert yang anti sosial, bagaimana dia jadi tak kaku? dia sangat sulit bisa memahami orang lain

"jadi, aku akan menunggu apa yang akan kau bicarakan nong Rain?" Sky berhenti menakut-nakuti Rain dan memandangnya dengan lembut layaknya seorang kakak. Ia tak pernah menyalahkan apa lagi membenci Rain, dia jelas sangat tau semuanya bukanlah kesalahan Rain, hanya Prapai saja yang ingin menyeleweng dulu darinya. 

.

.

.

Tbc

Berikan vote :')

I'm Sorry, Sky! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang