MENCAIR 5

659 54 8
                                    

Para murid sudah berada di kelompok mereka masing-masing. Dengan menyatukan meja dan kursi. Mereka kini saling berunding untuk memilih siapa yang menjadi penanggung jawab di kelompok masing-masing.

"Chik lo aja jadi penanggung jawab" ucap Vion.

"Yang lain gimana?"

"Setuju" jawab yang lain serentak.

Dengan cepat kelompok pertama sudah mengumpulkan nama penanggung jawab mereka dimeja guru.

"Sekarang kita bagi-bagi tugas" ucap Chika.

"Vion lo sama Alden  sub materi pertama, gw sama Gita yang kedua, dan lo ketiga plus persentasi ya Cornelia"

"Kenapa dia banyak banget?" Tanya Gita.

"Dia kan pinter, dia aja yang persentasi" ucap Vion.

"Gak bisa gitu dong, materinya banyak loh" ucap Gita.

"Materi bab tiga kan dikit" ucap Vion kembali.

Oniel yang masih belum begitu dekat dengan teman barunya tidak berani membuka suara. Ditambah tatapan mereka yang nampak seperti mengintimidasi membuat nyali Oniel menciut.

"Kalo gitu lo persentasi juga" ucap Chika datar ke arah Gita.

"Oke setuju" ucap Gita.

Alden yang duduk berhadapan dengan Oniel memilih untuk diam menunggu keputusan yang teman-temannya ambil. Ia hanya memperhatikan gerak-gerik Oniel yang sedikit canggung saat diminta berbicara oleh Chika.

"Gimana lo setuju kan?"

"Iya" jawab Oniel canggung.

Bel pulang sekolah berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah berbunyi. Para murid sudah mulai berhamburan keluar kelas menuju pintu gerbang.

"Niel gw tunggu keputusan paling lama besok ya"

"Tapi Lu"

"Gw bakal nunggu lo Niel, please pikirin baik-baik" ucap Lulu.

Lulu yang tak mau mendengar keputusan Oniel yang terlihat belum ia pikirkan secara matang langsung pergi keluar meninggalkan Oniel.

"Kenapa sih anak-anak disini pada maksa semua" ucap Oniel ngedumel.

Perkataan Oniel terdengar olehku didepannya yang masih membaca buku rumusan. Aku menoleh kebelakang melihat Oniel yang masih mengkomat-kamitkan mulut dengan tangan yang tetap merapihkan isi tasnya.

"APA LIAT LIAT"

Seketika aku terkejut kala gadis itu berteriak ke aranya karena menyadari aku sedang memperhatikannya.

Saat aku tersadar dari kagetku. Aku yang tek terima pun menyemprot balik Oniel dengan nada lebih tinggi.

"Lo berani sama gw?!"

"Ngapain takut, situ manusia" jawab Oniel.

Baru kali ini aku melihat ada gadis semenyebalkan Oniel. Sedikit terheran pada gadis itu seperti ada beberapa kepribadian didalam tubuh Oniel.

Oniel terkadang terlihat pendiam dan pemalu, terkadang cerewet dan jayus, terkadang juga sedikit menyeramkan seperti sekarang. Tapi macam-macam kepribadian itu sepertinya hanya bisa dilihat oleh aku saja.

Aku yang sedikit cengo mendengar jawaban Oniel memilih untuk merapikan buku. Dari ekor mataku nampak Oniel yang sudah berjalan keluar kelas meninggalkan diriku.

"Woy tunggu" teriakku mengerjarnya keluar.

Dia berjalan cepat diantara pohon yang menjatukan daunnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia berjalan cepat diantara pohon yang menjatukan daunnya. Rambutnya yang tergerai menangkap satu daun kering diatasnya.

"Aduh, ngapain si kamu?"

"Ngambil daun" ucapku sambil menghancurkan daun itu digenggamanku.

"Kalau mau ambil mah daunnya aja gausah pala aku juga yang kamu ambil. Pake segala dijambak"

"Lagi lo jalannya cepet banget" ucapku nyolot.

"Lagian kenapa kamu ngotot banget mau kerjain tugas sekarang sih?"

"Lebih cepat lebih baik"

"Bukannya kamu buat materi dua bareng Chika?"

"Nanti aku email dia aja, biasanya juga gitu"

Dia hanya mengangguk paham. Kami melanjutkan perjalanan dengan dia yang sekarang berjalan lebih santai didepanku.

Aku yang berada dibelakang sedikit lelah mengikutinya. Cukup jauh jarak antara sekolah dengan tempatnya tinggal.

"Masih jauh gak sih?" Tanyaku pada Oniel.

"Habis belokan situ kita sampai"

"Kalau tau gini mending kita naik mobil online aja Niel Niel"

"Dasar LEMAH" Ucapnya mengejekku.

Setelah kami berbelok di belokan yang Oniel bilang tadi. Terdapat rumah besar berwarna putih dengan gerbang hitam. Diantara rumah lain. Rumah ini terlihat berbeda dengan halaman luas yang dapat dilihat dari luar gerbang.

"Nah udah sampai" ucapnya menunjukkan senyum.

Haiii Rikiy disiniii
Jangan panggil aku min atau thor ya walaupun ada yang bandel dikit sih hihihi
Ini hanya sekedar cerita jangan baper
Semoga suka yaa♡

Sampai jumpa di next part (^_^)v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M E N C A I RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang