prolog.

219 43 9
                                    

Keeper menerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke pengelihatannya.

'Dimana ini?'

Deburan ombak menyentuh kakinya. Laut tampak begitu luas dan dalam, seolah berteriak padanya jangan sekali-kali masuk ke dalamnya.

Tubuhnya terasa begitu berat. Seolah titik gravitasi berkumpul ditengah perutnya. Membuat ia sulit untuk bangkit dari posisinya, membuatnya kembali memejamkan mata.

Eloise

Suara bak bisikan memasuki telinga runcing nya.

Eloise

Keeper membuka matanya dengan lebar. Suara itu seolah memberinya kekuatan, menariknya ke suatu tempat yang ia tak tahu dimana.

Dengan perlahan ia menggerakkan tubuhnya. Mengeluarkan tenaga untuk sekedar bangkit dan melangkah mengikuti suara yang terus memanggilnya.

Keeper dengan gontai memasuki daratan yang nampak seperti hutan di belakangnya. Selama ini dia pikir Arda sudah sangat indah dengan segala kekayaan alam dan keajaiban makhluk yang menghuninya, namun daratan ini memiliki pemandangan indah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Ia menyerahkan dirinya untuk bergerak kemana hatinya ingin. Meninggalkan pantai berpasir putih dan menggantikannya dengan rumput hijau.

Tempat itu terasa seperti rumah. Jauh terasa lebih seperti rumahnya dibandingkan 'rumah'nya di Arda. Memikirkan itu, ia tidak bisa menahan diri untuk tertawa.

'Sejak kapan aku memiliki rumah di Arda? Pikiran yang sangat lucu.'

Keeper terus berjalan hingga menemukan suatu tempat yang terlihat familiar baginya. Tempat itu terlihat seperti Lórien, hanya saja dengan kekuatan magis yang lebih kental.

Belum selesai ia mengagumi tempat itu, sebuah kepalan tangan mendarat di kepalanya.

"Hey!" Seru Keeper mengusap kepalanya yang terasa sakit.

Nampak seorang pria, seperti Elf, dengan rambut emas dan warna mata yang senada, menatapnya ketus. "Apa? Kamu pikir aku akan mengasihanimu karena kisah cintamu yang tragis itu?"

"Apakah kita saling mengenal?"

Pria itu mengangkat bahunya, "tidak secara langsung, tapi apakah kamu bodoh, itu fakta." Lugasnya seraya menyentil dahi Keeper.

"Jangan terlalu kasar. Dia hanya terlalu mengasihi makhluk itu."

Tanpa Keeper sadari, seorang pria berambut hitam datang. Netra biru menatap Keeper dengan hangat, seolah musim semi kini menyambutnya.

Raut tegas pria itu melembut melihat wajah polos Keeper. Ia mengulurkan kedua tangannya, memeluk si gadis dengan hangat.

Nyaman.

Entah mengapa pelukannya terasa sangat nyaman. Ia tidak pernah mengingat kapan terakhir kali ia dipeluk seseorang dengan rasa seperti ini. Atau mungkin memang tidak pernah?

"Kau telah berusaha dengan baik selama ini. Pasti sulit bagimu menjalani hal-hal buruk tanpa seseorang disisimu." Ujarnya seraya mengusap kepala Keeper.

Keeper hanya terdiam. Pria di depan nya adalah sesosok asing yang tak pernah ia temui, tapi mengapa pelukannya terasa seperti rumah yang ia rindukan?

"Arda baik-baik saja karenamu. Perang itu dimenangkan oleh pihak cahaya. Namun semuanya belum usai, adikku."

Adik?

Pria bersurai hitam itu melepaskan pelukannya. Menepuk kepala Keeper dengan lembut beberapa kali sebelum beralih pada si surai emas.

"Kau terlalu lembut padanya, Galladan." Pria berambut emas itu menyilangkan tangannya. Yang disebut Galladan hanya tertawa, "apa kau ingin ku peluk juga, Callon?" Tanyanya dengan nada jahil seraya mengulurkan kedua tangannya pada Callon.

"Galladan? Callon? Apakah kalian—"

"Ya, kami adalah Keeper terdahulu. Dan kau—" Callon mencubit pipi Keeper, atau mungkin kini lebih baik disebut Eloise, hingga kemerahan. "Adik bungsu kami yang telah menyalahi aturan seorang Penjaga."

"Sudahlah, Callon. Lebih baik kita antar Eloise ke tempat tinggalnya dulu."

Galladan merangkul Eloise, membawanya pergi meninggalkan Callon yang masih saja mendumal perihal pelanggaran yang Eloise lakukan. 'Tak ada yang boleh mengganggu urusan antara hidup dan mati'. Kata-kata itu terus Callon lontarkan sepanjang perjalanan mereka.

Eloise hanya diam berada di tengah-tengah antara dua Keeper itu. Ia sibuk memperhatikan Callon yang mengomel dan Galladan yang menanggapi nya dengan tenang.

Diam-diam itu membuatnya tersenyum. Glorfindel benar. Galladan merupakan sosok yang tenang, bijak dan sangat arif.

Galladan nampak seperti Arda itu sendiri. Surai hitam panjangnya seperti langit malam yang tenang dan netra birunya seperti samudera yang luas memancarkan kasih sayang.

Sedangkan Callon, keberadaannya seperti musim panas. Ia sangat ekspresif dan bersemangat. Surai emasnya seperti matahari yang hangat, netra nya bersinar menggambarkan dirinya yang cemerlang.

Mereka berhenti di depan sebuah pohon tua yang sangat besar dengan pintu tinggi di depannya.

"Welcome home, Eloise."

Dan untuk pertama kalinya, Eloise benar-benar mempunyai rumah.

The Keeper 2 [The Lord of The Ring Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang