3

156 35 7
                                    

Eloise termenung di sisi ranjang. Lord Elrond telah memeriksa keadaannya dan ia tidak boleh banyak bergerak, setidaknya untuk seminggu. Tubuhnya perlu adaptasi sebelum ia kembali bertugas menjadi Keeper secara penuh.

Kesunyian membawa pikirannya ke masa terakhir kali ia berada di Arda. Tebing es itu, ia masih ingat dingin yang menusuk kulitnya. Masih teringat pula rasa perih dari luka yang ia rasakan saat terjatuh dari tebing.

Ah, tebing itu. Apa Kili baik-baik saja? Apa ia telah menyelamatkannya? Bagaimana dengan Fili? Lukanya seharusnya tidak lagi mengancam nyawanya.

Dan... Thorin.

Eloise menatap ke luar jendela. Andai ia tahu kabar kawan-kawan Dwarf nya. Tapi ia tak punya hati untuk bertanya pada para Elves.

Udara segar ia hirup dengan dalam. Langit biru begitu bersih dengan matahari yang bersinar terang. Hari masih panjang namun tak banyak yang bisa ia lakukan saat ini.

Eloise teringat dengan apa yang ia lihat dalam mimpinya. Mimpi yang terasa begitu nyata hingga ia sendiri tidak yakin bahwa itu sekedar mimpi. Tapi ia bukan seorang Seer. Ia hanya seorang Keeper.

Mungkin itu memang sekedar mimpi. Mimpi yang buruk. Mungkin, ia tak perlu memikirkannya.

Tok tok tok

Eloise mengalihkan pandangannya pada pintu yang tertutup. Mungkinkah Arwen kembali?

"Masuklah,"

Pintu terbuka, menampakkan sesosok kecil dengan banyak kerutan di wajahnya. Ia tersenyum lebar dengan air mata di pelupuknya.

"Ely,"

Untuk pertama kalinya ia beranjak dari ranjangnya. Berlari menghambur peluk pada sahabat Hobbitnya, Bilbo Baggins.

Hobbit itu tertawa renyah dalam pelukan Sang Penjaga. Membalas pelukan dengan erat.

"Bilbo, sahabatku. Astaga, tak pernah ku sangka akan melihatmu disini! Di Imladris!" Seru Eloise seraya melepaskan pelukannya.

Bilbo mengusap air mata di wajahnya, "akupun tak menyangka dapat bertemu denganmu lagi Ely. K-kau dihadapanku, kau—" Air matanya keluar melebihi kata-kata dari lidahnya.

Eloise kembali memeluk Bilbo, menenangkan sahabat Hobbitnya. "Maafkan aku tentang itu, Bilbo. Pasti berat bagimu melihat semua itu."

Bilbo menggelengkan kepalanya, "tidak masalah, Ely. Kini semua itu tak masalah bagiku dengan adanya kau disini. Sekarang kita bisa memasak kue dengan resep ibuku dan menikmatinya bersama-sama."

Gadis itu mengulum senyumnya. Bilbo masih ingat dengan rencana yang mereka buat puluhan tahun yang lalu. Hobbit itu masih mengharapkannya.

"Oh my dear Bilbo,"

Hari itu Eloise menghabiskan waktunya bersama Bilbo. Mendengarkan Hobbit itu bercerita tentang hari-hari setelah ia kembali ke Shire.

Hari berikutnya pun sama. Bilbo terus menemani dan menghibur Eloise di kamarnya. Kadang mereka bernostalgia, terkadang Bilbo mengajaknya bermain teka-teki, apapun Hobbit itu lakukan agar Eloise tidak merasa bosan dan kesepian.

Setelah seminggu berlalu, Eloise diperbolehkan untuk berjalan-jalan disekitar kediaman. Ia juga perlu meregangkan ototnya yang kaku sebelum melakukan olahraga yang berat.

Bilbo dengan senang hati menemani gadis itu berjalan-jalan di Imladris, meskipun ia sering kali berhenti untuk istirahat. Usia tidak dapat membohongi tubuhnya yang sudah tua.

Seperti hari ini, Eloise bermain dengan kelinci-kelinci lembah Imladris. Sedangkan Bilbo duduk di bangku taman dengan buku dan pena bulu di tangannya. Bilbo sempat ingin menyerahkan kembali buku itu pada Eloise, tetapi gadis itu menolaknya dengan halus dan berkata bahwa itu telah menjadi milik si Hobbit seutuhnya.

"Bersenang-senang dengan anak kelinci, Eloise?"

Eloise membalikan tubuhnya. Senyumnya merekah begitu menyadari kehadiran Elf yang dijuluki bunga emas. Ellon itu melambaikan tangannya dan memberi isyarat pada Eloise untuk tetap berada ditempatnya, sedangkan ia menghampiri Si Keeper dan Si Hobbit.

"Sudah merasa lebih baik?"

"Lebih baik dari sebelumnya. Aku pikir kau sedang pergi entah kemana, ternyata mau ada disini. Jahat sekali baru sekarang kau menemuiku, Glorfindel."

Glorfindel mencubit pipi Eloise, "aku baru pulang tahu," Ujarnya mengerutkan dahi, "kau kurus sekali, Keeper."

Ucapan Glorfindel membuat Eloise menekuk bibirnya, "aku banyak makan tahu! Aku sudah banyak menelan makanan seperti seorang Hobbit! Benarkan, Bilbo?"

Bilbo yang sebelumnya termangu melihat sosok gagah nan indah Glorfindel kembali tersadar.

"Ah, iya benar. Aku mengikut sertakan Ely dalam rutinitas makan Hobbit ku. Ia makan cukup banyak, meski ku akui tubuhnya memang kurus."

Eloise melototi Bilbo setelah mendengar kalimat terakhir Hobbit itu. "Aku tidak kurus. Aku hanya—kekurangan massa otot. Ya, ya, aku kekurangan massa otot." Bilbo maupun Glorfindel tertawa mendengar perkataan Eloise, yang membuat gadis itu semakin mengerutkan wajahnya.

Glorfindel menutupi bibirnya dengan tangan kanannya, berusaha menyembunyikan rasa geli pada perutnya, "kalau begitu, apa kamu mau mulai berlatih bersamaku?"












Halo readers! Pertama-tama aku mau ngucapin terima kasih untuk kalian yang setia menunggu book ini. Maaf aku nggak bisa sesering update chapter kayak book yang pertama kemarin, tapi aku usahain akan selalu ada update minimal tiap bulan.

Aku juga minta maaf kalau isi tiap chapter nya cukup pendek dan mungkin kurang memuaskan. Keseharian ku yang semakin padat sangat mempengaruhi penulisan dan imajinasi ku 😔.

It's gonna take a long time, but i promise I'm gonna finish this book!

—with love, bearsaurus

The Keeper 2 [The Lord of The Ring Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang