Prolog

130 28 5
                                    

Happy Reading❤️

°

°

°

Seorang gadis melangkahkan kakinya lebar-lebar, berjalan cepat menyusuri kawasan pertokoan yang terlihat ramai itu. Dengan wajah cemberut ia terus berjalan tanpa menghiraukan seseorang yang terus memanggilnya di belakang sana.

"Sakura tunggu!"

"Hey, Sakura! Tunggu!"

Ia terus mempercepat langkah lebarnya. Orang-orang mulai meliriknya karena gaya berjalannya yang jauh dari kata anggun. Gadis mana ya

ng akan berjalan selebar dan secepat dirinya, oh tentu saja hanya dirinya. Hanya Sakura seorang. Si gadis bar-bar nan tomboi itu langsung membelokan kakinya ketika mendapati persimpangan jalan.

Ia berhasil meninggalkan orang yang menjadi alasannya berwajah cemberut. Pria sialan yang sudah menipunya selama 1 tahun ini. Sakura menghela nafasnya lelah ketika dirasa pria itu benar-benar tertinggal. Kakinya dengan lunglai melangkah ke area taman besar yang ada di pinggiran kota.

Suasana taman yang sejuk dan tidak terlalu ramai membuat gadis itu memilih duduk di salah satu kursi taman yang menghadap ke danau. Ia duduk termenung sambil memikirkan kembali ucapan pria sialan tadi.

"Maafkan aku, Sakura. Aku tidak bermaksud membohongimu selama ini, hanya saja aku terlalu takut untuk jujur padamu."

"Jujur saja, kau juga cantik dan manis. Hanya saja ia terlihat anggun dan lemah lembut, bagaimana mungkin orang-orang tidak menyukainya. Semua orang sangat menyukainya dan aku pun sangat menyukainya. Dan ternyata dia pun menyukaiku. Dia sangat sabar dan baik hati. Sungguh idaman sekali bukan?"

Sakura berdecih, lalu meludah ke tanah. Ia memandang  kakinya yang terlapisi sepatu berwarna putih. "Memangnya kenapa kalau aku bar-bar dan kasar, hah?" Ia menjejakkan sebelah kakinya ke rerumputan dengan kesal. "Cih, setidaknya aku tidak pernah merebut pasangan orang lain." Ia mendengus sambil kembali meludah. "Baik hati? Dasar siluman bermuka dua. Emang cocok kalian berdua, si setan dan siluman. Semoga kalian langgeng sampai menikah dan punya anak iblis!"

Sakura bangkit, ia memandang sekitarnya dengan alis menekuk tajam. Tak terlalu banyak orang, ia bersyukur karena ucapan kasarnya tadi tidak ada yang dengar. Ia menghela nafas panjang berusaha meredakan segala emosi yang bercokol di hatinya. Mengambil ponsel di dalam tas selempangnya, Sakura berniat mengecek jam yang ternyata masih jam 2 siang. Masih tersisa 2 jam sebelum jam kerjanya di cafe. Sakura kembali mendudukan dirinya dan menatap langit yang begitu cerah sebelum memejamkan mata untuk menikmati angin sepoi-sepoi yang membelai kulit wajahnya. Baru saja 15 detik ia memejamkan mata, terdengar suara seseorang dari sebelahnya bersamaan dengan kursi kayu yang ia duduki sedikit berderit.

"Kau patah anak muda?"

Sakura mendapati seorang nenek-nenek tengah tersenyum lembut kearahnya. Ia mengernyit mendengar ucapan nenek itu.

"Aku bisa melihatnya dari wajah kesalmu. Sepertinya kau baru saja mengalami patah hati. Ada sedikit kesedihan di balik ekspresi kesalmu," ujar nenek tersebut sok tahu.

Sakura terdiam cukup lama sebelum mengangguk mengiyakan. Ia kembali memandang langit yang cerah di atasnya. "Hmm, ya begitulah."

Nenek itu memandang Sakura lembut. Ia ikut menengadah melihat langit. "Dulu ada seorang gadis yang begitu cantik. Wajahnya selalu murung entah kenapa, lalu suatu hari aku mengetahuinya. Ia sedang patah hati karena cintanya memilih gadis lain. Dan mirisnya, ia tak bisa melakukan apapun selain menerima kenyataan pahit itu. Ia harus menerima bahwa lelaki miliknya kini menjadi milik orang lain."

I'm a QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang