Seungwan menghilang.
Bahkan Seungwan meninggalkan apartmentnya yang baru saja Joohyun kunjungi satu minggu yang lalu.
Bahkan security dan pihak apartment Seungwan tidak tau kemana Seungwan pergi.
Joohyun menurunkan topi untuk menutupi wajahnya ketika menyadari beberapa orang sudah memperhatikannya.
Tangannya sibuk mengeluarkan handphone lalu ragu untuk meminta bantuan. Dia bisa saja menyuruh siapapun di negara ini.
Joohyun menghembuskan napasnya dengan kasar. Tidak ada yang boleh mengetahui Seungwan.
Joohyun memutuskan untuk mengunjungi kampus Seungwan. Dengan topi, masker, dan baju biasa seperti ini seharusnya tidak menarik perhatian.
"Siang, apa boleh saya menanyakan jadwal kuliah seorang mahasiswi disini?" Tanya Joohyun ketika memasuki ruangan staff kampus.
"Atas nama siapa?"
"Son Seungwan."
Staff kampus itu memperhatikannya heran. "Maaf, anda siapanya?"
"Saya keluarganya. Saudara saya itu lagi tidak bisa dihubungi." Kata Joohyun meyakinkan. Terlahir dengan latar belakang keluarga seperti miliknya mengajarkan bagaimana cara bicara yang terdengar yakin walaupun itu belum tentu benar.
"Son Seungwan baru saja mengambil cuti. Dia benar-benar tidak bisa dihubungi? Bahkan anda keluarganya saja tidak tau?"
Joohyun kembali menghembuskan napasnya kasar. "Ya. Dia tidak bisa dihubungi."
💙
Kenapa Seungwan menghindarinya?
Joohyun tidak mengerti dimana letak "tidak mungkin" nya kalau Joohyun menyukai Seungwan.
Apa Seungwan menganggapnya tidak serius?
"Nona Bae."
Joohyun mengalihkan pandangannya dari komputer kerjanya.
"Ada apa?"
"Saya cuma mau mengingatkan Nona Bae ada agenda kunjungan ke kementerian bersama tunangan anda siang ini." Kata Yeri, asisten pribadinya.
Joohyun memutar bola matanya malas lalu kembali memperhatikan komputer di depannya.
"Tidak bisa kalau Suho saja?"
"Tidak bisa. Ini perintah dari Tuan dan Nyonya. Anda harus terlihat bersama tunangan anda." Ucap Yeri sambil membungkukkan badannya tanda maaf.
"Huh. Menyebalkan." Kata Joohyun lalu melipat tangannya dan berjalan menuju jendela besar di ruangannya. "Saya sudah menyibukkan diri dengan perusahaan saya sendiri, sudah tidak ikut campur dengan urusan kerajaan ataupun pemerintahan, tapi saya juga yang harus melakukan kunjungan ke kementerian?"
"Kalau saja anda lupa, tunangan anda seorang politikus, Nona Bae."
Joohyun ingin sekali meninju seseorang sekarang.
Tunangannya itu sangat menyebalkan. Diantara semua orang kenapa orang tuanya memilih Park Bogum? Politikus muda yang tentu saja diperhitungkan menjadi kandidat menteri selanjutnya. Joohyun tidak menyukainya. Walaupun kini kerajaan sudah tidak se-kuno itu, kenapa orang tuanya tidak berpikir menjodohkannya saja pada seseorang keturunan kerajaan dari luar negeri?
Joohyun ingin meninggalkan negara penuh lelucon ini.
Bahkan kalau bisa, Joohyun ingin menjadi orang biasa saja.
Mungkin dengan begitu Seungwan akan menerimanya. Bahkan dia saja tidak tau Seungwan kemana.
"Saya izin keluar dulu melanjutkan laporan, Nona Bae." Ucap Yeri yang dilanjutkan dengan suara pintu tertutup.
💖
"Lo gak ke club nih?" Tanya Sooyoung santai lalu merebahkan dirinya di sofa ruangan kerja Joohyun.
Tentu saja club yang sangat private. Club yang dikhususkan untuk golongan elite seperti mereka.
"Capek."
"Capek mulu lo kayak orang tua."
Joohyun hanya menatapnya sinis. Dipikir-pikir enak juga menjadi Sooyoung yang tidak memiliki keturunan kerajaan tapi masih termasuk golongan elite karena kesuksesan perusahaan entertainment milik keluarganya itu.
Joohyun harus sepuluh kali lipat menjaga tingkahnya di publik. Padahal dia sebenarnya tidak peduli akan itu. Dia masih memikirkan orang tuanya.
"Eh cewek lo si Wendy - wendy itu udah gak pernah muncul tau. Apa dia pindah club ya?" Kata Sooyoung sambil duduk dan terlihat berpikir. "Tapi kalau dia pindah pasti pada tau gak sih? Lagian akhir-akhir ini kan yang booking dia lo doang bukannya? Lo sampai bayar berapa tuh biar dia gak disentuh orang lain kan?"
Huh. Sooyoung sangat cerewet.
"Apa lo yang sembunyiin?" Tanya Sooyoung menyelisik.
"Gue gak segila itu."
"Dengan kuasa keluarga lo, lo bisa lakuin apa aja sih." Sooyoung melipat tangannya di atas dada. "Tapi gue kepo deh sama si Wendy - wendy itu. Orang-orang gak pernah liat muka aslinya gimana. Apa lo udah lihat?"
"Nggak. Itu udah aturan dia gak bakal nunjukin muka." Kata Joohyun berbohong.
Kenapa Sooyoung harus membicarakan Wendy sekarang? Menambah beban pikirannya saja.
"Oh! Gue dari kemarin tuh mau tanya soal tunangan lo itu! Gila ya-" lanjut Sooyoung tidak berhenti menceritakan bagaimana reaksi orang-orang negara ini dengan kemunculan mereka berdua di kementerian kemarin.
Sooyoung benar-benar menambah beban pikirannya saja.
💙
Menjadi bagian dari kerajaan membuat Joohyun harus selalu dikawal. Joohyun pernah protes tentang ini dan membuat orang tuanya membiarkan Joohyun tanpa pengawalan ketika weekend saja.
"Seulgi, kamu tidak usah ikut. Saya cuma mau jalan-jalan di kota kecil itu."
Joohyun mengingat Seungwan pernah menyebutkan salah satu kota kecil sebagai kampung halamannya.
"Belum weekend, Nona Bae."
Joohyun menghentikan langkahnya lalu menatap Seulgi. Seulgi sangat keras kepala perihal keselamatan Joohyun.
"Oke. Kamu boleh ikut tapi ini rahasia kita. Kamu tidak boleh melaporkan ini pada orang tuaku."
Seulgi mengedipkan matanya berkali-kali lalu mengangguk.
Joohyun tau Seulgi salah satu orang yang paling loyal pada dirinya.
"Saya lagi mencari seseorang."
Seungwan pikir dirinya akan menyerah begitu saja?
💖