Seungwan masih tersenyum ketika kembali masuk ke kedai setelah mengantar Joohyun ke mobil. Joohyun tidak bisa lama-lama di kota kecil ini karena jadwalnya yang padat. Tapi memikirkan Joohyun meluangkan waktu luang yang tidak banyak itu untuk menemukannya membuat Seungwan tersenyum. Pertama kalinya dia merasakan menjadi prioritas seseorang setelah sekian lama.
"Kak! Kok bisa kenal Irene Bae?!"
"Cerita gimana kak Seungwan ketemu dengan nona Bae!"
"Kita butuh penjelasan!"
Seru para pekerja kedai teh ketika Seungwan sudah duduk di salah satu sofa kedai.Seungwan melirik nenek Jang yang masih terdiam sambil mengamatinya. Menunggu penjelasan bagaimana cucu-nya itu bisa kenal dengan seorang Irene Bae yang notabene sangat sulit dijangkau bagi kalangan mereka.
"Dia pernah menjadi pemateri di kampusku." Seungwan tidak sepenuhnya berbohong.
"Dan kak Seungwan mengajaknya kenalan?!"
"Tidak mungkin kan seorang Irene Bae yang datang ke kak Seungwan untuk kenalan?!"
"Mungkin saja! Buktinya nona Bae tadi kesini!"Para pekerja kedai itu tidak akan pernah melepaskan pembicaraan ini sampai mereka puas.
"Well, kak Seungwan memang cantik sih! Tapi kenapa juga nona Bae mau berkenalan sampai effort ke kota kecil ini?!"
Seungwan hanya menggelengkan kepalanya melihat pekerja kedai itu meributkan hal tentang dirinya.
"Sudah, sudah! Kalian bersih-bersih dan langsung pulang saja hari ini." Seru nenek Jang yang akhirnya datang membubarkan pekerja kedai yang mengelilingi Seungwan.
Pekerja kedai tentu saja senang karena bisa pulang dengan cepat untuk hari ini.
"Seungwan, kita perlu bicara." Kata Nenek Jang dengan serius.
💙
"Jujur sama nenek, bagaimana bisa kamu kenal dengan Irene Bae?" Tanya nenek ketika para pekerja kedai sudah pulang.
"Dia pernah menjadi pemateri di kampusku, Nek."
Nenek Jang menatapnya seperti tidak percaya dengan ucapannya.
"Oh ya? Bagaimana bisa pemateri dengan ratusan atau mungkin ribuan mahasiswa itu berkenalan denganmu?"
Seungwan memutuskan kontak mata dengan neneknya.
"W-waktu itu kita tidak sengaja ketemu di parkiran dan kenalan. Itu saja. Dia cuma kenalan."
"Kenapa seorang Bae sampai rela mencarimu di kota kecil seperti ini?"
"Mungkin karena aku menghiraukannya."
Nenek Jang mengangkat alisnya.
"Jadi hubungan kalian sudah lebih dari sekadar 'kenalan'."
Seungwan memutuskan berdiri dari sofa kedai ingin langsung menuju kamarnya yang berada di atas kedai. Nenek tinggal di rumahnya sendiri yang berada di samping kedai. Seungwan memutuskan untuk tinggal di lantai atas kedai yang kosong karena tidak mau memberatkan nenek.
"Itu tidak penting, Nek. Aku mau ke atas dulu istirahat."
"Itu penting bagi nenek. Kamu cucu nenek satu-satunya."
Nenek Jang mengikuti Seungwan ketika Seungwan berjalan menuju pantry untuk mengambil minum untuk dirinya. Tenggorokannya tiba-tiba terasa sangat kering.
"Kamu tau kan keluarga Bae itu sangat powerful. Dan sesuatu yang powerful itu bisa menjadi bahaya."
Seungwan hanya diam mendengarkan nenek sambil meminum minumannya.
"Siapa yang tau tentang hubungan kalian?"
Seungwan tersedak minuman yang diminumnya dan langsung terbatuk-batuk
Nenek menepuk-nepuk punggungnya dan mengambil gelas yang dipegang Seungwan.
"Nenek sempat melihat kalian ciuman. Itu bukan hal yang dilakukan dengan sekadar 'kenalan', Seungwan."
Wajah Seungwan memerah. Kenapa juga nenek Jang melihat itu?!
"Dan kalau saja kamu lupa, Irene Bae sudah bertunangan dengan si politikus itu. Nenek lupa namanya."
"Sudah, hari ini kamu ke atas saja istirahat. Tapi nenek masih butuh penjelasan kalau mau sudah siap." Kata nenek Jang akhirnya.
Is this a mistake?
💖