Vir 002

7 2 1
                                    

Jreng...jreng...jreng "terdengar suara alarm".

Tangan panjang berurat menggapai alarm yang ada di meja samping tempat tidur, terbangun lelaki dengan badan indah bak pangeran itu bergegas melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi dan bersiap mandi.
Waktu menunjukkan pukul 06.45, terlihat lelaki tampan itu mulai memakai seragam sekolahnya dan bersiap ke sekolah, ini adalah sekolah perdana untuk Vir semenjak neneknya meninggal.
Tak banyak bicara Vir keluar kamar dan bergegas ke belakang pekarangan golf untuk berpamitam kepada Mr.Pertamina yang sedang bermain golf.

Setelah itu Virpun berangkat ke sekolah dengan herly ( motor Kawasaki H2 carbon kesayangan Vir)

Sesampainya di sekolah tampak memandangan asing, pertemanan, kelas dan seisinya yang membuat Vir tidak nyaman saat hampir dua bulan ini ia tidak ke sekolah.
Yah pukul menunjukkan pukul 07.30 tandanya pelajaran segera di mulai.

Dengan kaki yang jengjangnya itu melangkah ke arah kelas 12 mipa 3, sesampainya di pintu kelas, Vir jadi sorotan seisi kelas.
"Vir itu vir" "apa aku tidak salah lihat?" Suara gemuru teman sekelas Vir sambil melototinya.
Diam dan berjalan kakuh Vir memasuki kelas dan duduk tanpa menghiraukan teman kelasnya.

"Selamat pagi anak anak" : suara berat dan serat dari pria tua berkacamata itu masuk ke kelas mipa 3

Hentakan kaki berlarian murid mencapai tempat duduknya masing-masing menandakan Pak Herman akan memulai pelajaran .

"Baik bapak akan absen dulu, dengar nama kalian dan angkat tangan": suhut Pak Herman.

Nama-nama siswa/i mulai di sebut untuk melihat hadiran siswa/i
"Dernathan Virnandes?": Pak Herman.
Vir mengakat tangannya menandakan siap mengikuti pembelajaran,
Tampak kaget dari raut wajah Pak Herman.
Mendapati Vir ada di kerumunan murid dan siap untuk belajar.

Pelajaran pun dimulai
Selang tengah tengah pemebelajaran :

"Pak": suara serak dari pria jengjan sambil mengangkat tangannya yang berurat itu.
"Saya ijin ke wc Pak" : lanjutnya dan melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari kelas.

Vir adalah siswa yang pintar di sekolah, anak olimpiade, sang juara kelas dan sangat rajin dan suka belajar, namun dia tidak tertarik dengan pelajaran bhs. Indonesia jadi diakan ke perpus saat pelajaran bhs. Indonesia dan belajar matematika, iya dia sangat menyukai mapel matematika. Pantas saja dia kabur dari kelas karna Pak Herman adalah guru mapel bhs. Indonesia.

Namun kali ini Vir tidak ke arah perpus melainkan ke arah kantin.
"Nak Vir...": wanita tua yang tergesa gesa menghampiri Vir.
Mendengar ada yang memanggil Vir menoleh ke arah wanita tua itu.
"Nak vir....mbah Wati rindu Vir" : isak wanita tua itu menghampiri dan memeluknya.
Sontak Vir kaget dan diam saat dirinya di peluk
Mbah Wati adalah ibu kantin langganan Vir karena dengan kegigihan  yang selalu belajar di kantinnya membuat mbah Wati kagum kepada Vir,  mbah Wati sering juga memberikan naskun gratis kepada Vir dan mulai sejak itu Vir jadi sangat akrab dengan mbah Wati.

Mbah Wati sangat rindu dengan Vir sudah hampir dua bulan Vir tidak pernah ke kantin mbah Wati.
Vir kemudian berbalik memeluk mbah Wati, Vir sangat merindukan alm. Ibunya saat mbah Wati memeluk Vir, Vir merasakan pelukan ibunya.

Sontak mbah Wati kaget, setetes air mata menetes di pundaknya mengisyaratkan bahwa Vir sedang menangis.
Mbah Wati dan Vir kemudian duduk di kursi pembeli sambil Vir makan dan bercerita, Vir mulai menceritakan apa yang telah menimpah dirinya.

~00~

Jreng....jreng...jreng bel istirahat menandakan waktunya istirahat.

Badan jakung dan kaki jengjang itu kemudian pergi kearah atas rooftop sekolah.

Terhenti melangkah Vir diam dan termenung melihat satu  orang yang ada di rooftop tersebut sedang berkelahi dengan sekelompok siswa.

Vir bingun pergi atau membantu satu orang itu yang sedang di borongi,ali alih pergi Vir malah mengunci pintu tangga keluar dan lari ke tengah rooftop dan berkelahi.

Vir memang sangat jago dalam hal bertarung, belah diri sudah diajarkan oleh kakeknya sejak sangat kecil dan Vir juga menguasai beberapa bela diri, dan kini ia sabuk hitam taekwondo.
Walau dengan begitu Vir tidak pernah berkelahi dan mempraktikkan jurusnya kepada siapapun.
Saat ini sedang mempraktikkan jurusannya

Dua badan jakung memar dan sedikit percikan darah di wajahnya dan seragamnya yang berantakan itu berbaring di lantai rooftop sambil melihat langit yang di papar sinar matahari.

"Hahaha" suara tertawa dua laki laki itu yang menahan sakit
"Huhf" : Vir ceringis
"Begini rasanya" lanjutnya sambil menoleh ke arah orang yang sedang tersenyum melihat ke atas langit.
"Ya" suara gertakan kepada Vir
"Lu ngapain ikut ikutan goblok, pake acara bantuin gua" sambung cowok yang di bantu oleh Vir
"Gua bingun, rencananya gua pengen pergi pas lihat lu di borongi, tapi batin gua bilangan sayang gua belajar bela diri tapi nggak gua pake, yaudah": Vir menjelaskan kepada pria malang itu.
"Alah siaaa, udah biasa guema":jawabnya
"Udah biasa berkelahi nya ta": sambung Vir
"Udah":jawabnya
"Gua ma di borongi juga enggak bakal mati, yaaa kecuali emang udah ajal gua itu ma": jawab dia dan bangun pergi ke arah teras dan berdiri.
"Lu mau?": menawari Vir yang sedang ada di tangannya yang dia ambil di kantong celananya.
"Apaan lu nyebat di sekolah?, enggak bahaya tah": jawab Vir sambil memantau pekarangan rooftop.
"Aman": balas dia sambil menawarkan rokok yang ada tangannya itu dan menyuruh Vir berbangun dari atas lantai itu.
"Muka lu fameliar, fotolu yang ada di browser kan?" : tanya Vir
Sambil ringis Vir kemudian mengaukkan kepalanya menandakan mengiyakan.
"Selain pinter, lu jago juga kelahinya": sambil sebat putung rokok.
"Nama Vir,lu? Gua baru liat lu di sekolah ini" Vir dengan wajah penasaran
"Nama gua Alaska, panggil aja Aka": jawab Aka mengajak Vir untuk berteman.

Mulai sejak itu Vir dan Aka saling kenal dan berteman.

~00~

Bel berbunyi menandakan waktunya untuk pulang.
Vir dan Aka bolos hari ini, banyak cerita yang telah mereka bicarakan di atas rooftop, duduk di kursi yang terlindungi oleh terpaan sinar matahari.

"Gimana soal keluarga lu?":Vir menanyakan ke Aka.
"Gua nggak tinggal di rumah lagi Vir,-":Aka yang menoleh ke Vir
"Semenjak papa meninggal,mama gua menikah lagi dan sekarang mereka bahagia banget gua punya Adik tiri ada 2, gua ngerasa nggak cocok aja sih tinggal disitu":sambung Aka.
"Jadi lu tinggal dimana sekarang?": Vir yang penasaran.
"Tinggal di apartemen, sendiri": Aka
"Ketika gua bosan gua pergi judi,di-": pembicaraan Aka di potong oleh Vir.
"Oh gua jadi tau sekarang": Vir
"Jadi gara gara ini lu jadi buronan": Vir menoleh ke arah Aka.
(Aka tersenyum) "Nah iya lu ngerti":Aka meyakinkan Vir.
"Gua ngerasa bahagia aja si, gua sengaja ngutang kesana sini buat dicariin": menoleh ke arah Vir
"Semenjak papa gua nggak ada, gua nggak pernah dicariin sama nyokap gua": Aka.

Vir hanya dapat terdiam dan sesekali mengelus pundak temannya.

"Gue pengen jadi diri gua sendiri yang dulu, gua nggak suka kayak gini":Aka
" gue benci sama diri gue yang sekarang, lu?": lanjut Aka.
Vir tidak dapat berkata kata, ia hanya dapat memelototi Aka.

~00~

Mereka berdua beranjak dari tempat duduknya dan bergegas meninggalkan rooftop, untuk pulang.

Mereka ke kelas mareka masing masing untuk ngambil tas yang ia tinggalkan di kelas, Vir ke mipa 3 dan Aka ke mipa 5, mereka berdua berjalan beriringan ke bagasi untuk pulang.

"Wih motor lu keren juga Vir": Aka sambil menepuk pundak Vir.
"Suka lu desain motor ya": Aka sambil meraba raba si herly motor Vir.
"Motor lu juga udah kayak pembalap we liat liat": Vir menunjuk motor Aka.
"Yoi gua biasa ikut": jawab Aka.
"Lain kali ajak gua": Vir ( memasang helmnya dan menaiki herly, bergegas untuk pulang).
"Songong lu taik":Aka.

_Capture selanjutnya_
Jangan lupa vote ya ges
Makasi.

VirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang