2. Di Sini Kita Bertahan

4 0 0
                                    

Nazumi memandang kendaraan yang berlalu lalang dari atas jembatan penyeberangan, beberapa di antaranya melaju sangat cepat bagai cahaya.

Nafas yang berat ia hembuskan perlahan, matanya mengeluarkan buliran air yang segera membentuk sungai kecil di pipinya.

Kalau saja ia lebih cekatan, lebih berani menolak, lebih pintar, ia tidak akan merasakan kesesakan ini di dadanya.

"Bodoh," bisiknya sembari merasakan sungai di pipinya mengalir lebih deras, pikirannya pun gelap, gadis itu menapakkan kakinya ke sela-sela jembatan, membuat tubuhnya lebih tinggi dari pembatas.

"Tungguuuuu—" sebuah suara maskulin yang semakin keras menghampiri telinganya, tak sampai di situ, tubuhnya menjatuhkan Nazumi kembali ke jembatan, "apa yang kau lakukan!?"Nazumi yang berada di bawah kungkungannya tersadar perlahan, ia hampir menjatuhkan tubuhnya ke bawah, ".... Maaf.."

"Kenapa minta maaf!? Aku sedang bertanya!" Pemilik suara maskulin itu menarik tubuh Nazumi hingga duduk bersimpuh, "kau baik-baik saja, Nazumi"

"Iya..." Nazumi tidak bisa banyak bicara, tubuhnya masih kaget karena merasa terguncang, pria di depannya masih menasehati Nazumi panjang lebar karena sudah melakukan hal yang berbahaya.

"Tapi, ya sudah! Kalau memang tidak apa-apa, kuantar kau pulang, bisa bangun kan?" Kento itu menarik tangan Nazumi untuk berdiri, kemudian sebentar ia memastikan gadis itu baik-baik saja, "ayo, pulang, kakakmu pasti khawatir,"


"Iya.... Terima kasih, Kento,"

Bagaimana Aku dan Kamu Menjadi KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang