CHAPTER 18

4.6K 547 109
                                    

Malam harinya, Ratih masuk kekamar Leonard yang ternyata belum di bereskan bekas kemarin malam. Untuk yang kesekian kalinya, Ratih merasakan sakit di hatinya.

"Jika anda peduli dan tidak ingin kehilangan saya, kenapa anda melakukan ini?"

Ratih hanya bisa berbicara sendiri dengan lirih. Dengan perasaan yang sesak, Ratih merembeskan kamar Leonard. Sedangkan sang pemilik kamar, pergi entah kemana. Yang pasti, terkahir kali ia lihat. Leonard sedang mengobrol bersama Anggelina di luar.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Ratih selesai membereskan kamar Leonard. Ia menghela nafas panjang lalu berbaring terlentang di atas ranjang. Menghirup aroma seprei yang wangi karena ia ganti dengan yang baru.

Hingga tanpa sadar matanya terpejam, namun tidak tidur. Ratih belum ngantuk tapi ia merasa capek. capek dengan semua yang terjadi dengan hidupnya.

Hingga suara pintu terbuka membuat Ratih bangun. Dia duduk dengan tatapan mata melihat sosok yang masuk kedalam kamar ini.

"Kau sedang tidur?" Tanya Leonard yang entah kenapa terdengar lembut kali ini.

Ratih menggeleng, "belum, maaf berbaring di kasur anda tanpa izin."

"Tidak apa, tolong siapkan air hangat, aku ingin mandi."

Ratih terdiam, gadis itu maju mendekat pada Leonard.

"Tidak demam," gumam Ratih dengan tangan yang menempel pada dahi Leonard.

"Kenapa?"

Melihat alis Leonard terangkat, Ratih jadi gugup sendiri.

"Tidak."

"Kalau begitu cepat siapkan air hangatnya."

"Baik tuan."

Ratih pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat. Sedangkan Leonard, pria itu memegang dadanya yang berdebar.

"Tidak mungkin aku jatuh cinta padanya."

"Oh tidak, jangan Leo. Nanti kau membuatnya sakit."

•••••••

Kini, Leonard sudah selesai membersihkan tubuhnya. Dia keluar dari kamar mandi yang ternyata Ratih sudah tidak ada di kamarnya.

Leonard keluar dari kamarnya dengan menggunakan celana kolor pendek tanpa atasan, jadi pria itu telanjang dada saat ini.

"Kau melihat nyonya?"

Bodyguard yang ditanya oleh Leonard menoleh. Membungkukkan tubuhnya sebagai hormat.

"Maaf tuan, saya tidak melihatnya."

Leonard menghela nafasnya lalu pergi begitu saja. Baru saja kakinya ingin melangkah menuju dapur. Pintu kamar tamu sedikit terbuka, dan itu cukup membuat Leonard heran. Pasalnya, ini sudah malam dan para maid sudah pergi ke asrama untuk istirahat.

Leonard melangkah pelan menuju kamar itu. Membuat pintunya secara perlahan, hingga pintu itu terbuka lebar.

"Tidak ada siapa-siapa," heran Leonard dengan mengerutkan keningnya.

Namun, diri Leonard penasaran karena ada handphone jadul Ratih di atas nakas. Leonard menutup pintu itu dan berjalan kerah nakas untuk memastikan jika itu memang handphone Ratih.

"Benar ini handphonenya," gumam Leonard.

"ALLAHUAKBAR, ASTAGHFIRULLAH HALAZIM!" Pekik Ratih setelah keluar dari kamar mandi. Gadis itu menutup matanya dengan kedua tangan ketika melihat Leonard.

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang