5

62 7 1
                                    

Pagi ini gerimis turun lagi. Yeonjun dengan seragam dan tas selempangnya turun dari bus. Lelaki itu berdecak kesal. Dia tidak membawa payung, dan jarak dari halte ini ke sekolah sedikit jauh. Yeonjun melihat sekeliling. Manusia yang turun tadi bersamanya sudah pergi, ya karena mereka membawa payung, jadi tidak bingung kayak Yeonjun ini.

Lelaki itu menghela nafas dengan wajah kesalnya, akhirnya dia memakai tas selempangnya untuk menutupi kepalanya dari guyuran gerimis. Lalu kakinya mulai melangkah, berlari menuju sekolah.

Sepertinya, salah satu pencapaian besar bagi Yeonjun adalah menjadi yang pertama kali berada di kelas pagi ini. Ah, menyalakan lampu kelas pertama kali juga menjadi salah satunya. Biasanya dia menjadi yang terakhir masuk kelas, seringnya mepet waktu bel masuk. Ayo beri applaus untuk Yeonjun.

Lelaki itu duduk di bangkunya. Tangannya bergerak merapikan rambut hitamnya yang sedikit berantakan karena terkena tasnya tadi. Karena bingung akan melakukan apa, Yeonjun memilih mengeluarkan ponselnya dari saku. Bermain game pasti seru.

Baru lima menit, tiba-tiba terdengar suara pintu kelas yang terbuka. Yeonjun menoleh, melihat siapa yang datang. Dan di pintu sana, berdiri seorang lelaki bertubuh jangkung. Dengan wajah sedikit terkejut.

Lelaki itu melanjutkan langkahnya masuk kedalam kelas. Dengan menampilkan senyum tipisnya pada teman yang sedang memegang ponsel itu.

"Dari tadi?" Lelaki itu duduk di bangkunya.

Yeonjun mengangguk, menjawab pertanyaan manusia yang semalam dibuat celaka olehnya. Bukan sepenuhnya salahnya sih sebenarnya, karena Soobin memang sedang sakit juga semalam.

Yeonjun menatap lengan kiri Soobin, masih ada perban elastis yang membalut tangan lelaki itu. Tetap terlihat walau tertutupi oleh jaket yang dikenakan Soobin.

"Tangan Lo, udah ga papa?"

Soobin yang baru menyimpan tasnya menoleh, menatap lengannya lalu menggerak-gerakkan tangannya. "Udah ga papa."

Yeonjun mengangguk kecil, lalu kembali menatap ponselnya lagi. Sebenarnya dirinya sedikit heran dengan Soobin. Semalam baru saja masuk UGD, paginya sudah berangkat sekolah. Jika dirinya yang seperti itu, pasti sudah izin tidak masuk selama tiga hari. Biasanya jika sedang sakit, mamanya sel- Yeonjun mendengus pelan, tidak jadi mengingat kembali masa lalu saat mamanya kadang masih suka perhatian padanya jika dirinya sedang sakit. Tapi sekarang mamanya itu sudah berubah.

Yeonjun kembali menoleh saat suara pintu terdengar lagi. Ternyata Soobin yang keluar kelas.

.

Soobin berjalan sedikit cepat. Menaiki tangga menuju rooftop sekolah. Ya, ini masih tentang buku lirik lagu milik Soobin yang hilang kemarin. Lelaki itu masih berharap bukunya ada yang mengembalikan dan disimpan di tempat semula, walau sedikit takut juga jika bukunya ada disana, karena pagi tadi gerimis turun. Jika bukunya ada di rooftop sekolah, sudah pasti akan basah.

Pintu rooftop dibuka, kakinya melangkah menginjak sedikit genangan air sisa gerimis tadi. Untungnya sekarang sudah reda.

Melihat meja yang kemarin dia pakai kosong, tidak ada apapun diatasnya, Soobin sedikit lega, tapi tidak lega juga karena sekarang bukunya entah dimana. Lelaki itu menghela nafas gusar, sepertinya dia benar-benar menghilangkan buku berharganya.

Dengan langkah lesu, Soobin hendak kembali ke kelas. Tangannya yang sudah memegang kenop pintu di tarik kembali saat ada yang membuka pintu itu dari dalam. Membuat Soobin mundur selangkah.

Seorang anak laki-laki yang memakai seragam yang sama dengannya, tersenyum pada dirinya. Soobin membalas senyumnya tipis disertai rasa bingung karena anak itu malah berdiri di depan pintu.

Lovesong || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang